ABC

Jumlah Perempuan Muda Yang Bunuh Diri Semakin Meningkat di India

Sekitar 40 persen angka bunuh diri yang dilakukan perempuan di dunia ini terjadi di India, dan yang melakukannya adalah perempuan muda yang baru saja menikah.

  • Dua dari lima bunuh diri perempuan dunia terjadi di India
  • Penyebabnya antara lain pernikahan paksa, kekerasan dalam rumah tangga, dan melahirkan muda
  • Ini sudah digambarkan sebagai ‘krisis kesehatan publik’ yang gagal ditangani pemerintah

Perempuan di India juga 2,1 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena bunuh diri dibandingkan rerata dunia, dan itu meliputi 71 persen dari kematian perempuan di bawah usia 40 tahun di dunia, menurut penelitian yang dimuat jurnal The Lancet.

Juga disebutkan bahwa bunuh diri adalah penyebab kematian utama di kalangan perempuan berusia antara 15 sampai 29 tahun, dengan kematian perempuan lebih tinggi dibandingkan pria di kelompok umur tersebut.

Penelitian juga menyebutkan bahwa ‘pernikahan dini dan pernikahan yang dijodohkan, perempuan yang melahirkan muda, status ekonomi rendah dan kekerasan dalam rumah tangga menjadi faktor yang menambah tingginya tingkat bunuh diri tersebut.

“Di negara-negara Barat, pernikahan menjadi tempat berlindung bagi perempuan di India, tampaknya pernikahan bukan menjadi tempat berlindung.” kata Dr Manjula O’Connor, seorang psikiater (dokter jiwa) yang tinggal du Melbourne yang banyak menangani warga keturunan India di Australia.

"Ini bertalian dengan faktor patriarki dan juga tingkat tekanan dan tidak adanya kebebasan bagi perempuan dalam situasi pernikahan."

Associate Professor Peter Mayer dari University of Adelaide, seorang pakar mengenai bunuh diri di India, menyebut femomena ini sebagai “desperate housewives”.

Meski angka bunuh diri perempuan sudah menurun sejak tahun 1990, namun dua dari lima tindak bunuh diri di dunia ini terjadi di India, sehingga menjadikannya ‘krisis kesehatan publik’ di sana, kata Dr Mayer.

Menurutn penelitian Lancet, sama seperti di banyak negara lain, tingkat bunuh diri keseluruhan di India masihlah pria lebih banyak dibandingkan perempuan.

Angkanya adalah 21,2 persen untuk pria dan 14,7 persen untuk perempuan per 100 ribu penduduk.

Menurut Dr O’Connor, bunuh diri juga menjadi masala di kalangan perempuan muda dalam komunitas India di Australia.

Namun statistik tidak tersedia karena Biro Statistik Australia tidak mengeluarkan angka mengenai tingkat bunuh diri berdasarkan etnisitas atau budaya.

Banyak yang bunuh diti itu adalah perempuan muda yang datang dari India ke Australia dengan pernikahan yang dijodohkan, dan tiba dengan ‘mimpi adanya kebebasan’ namun menemukan kemudian suami mereka malah sangat mengatur.’ kata Dr O’Connor.

“Mereka melawan karena permintaan adanya mahar atau penguasaan gaji istri, dan ketika para perempuan ini melawan akibatnya adalah kekerasan dalam rumah tangga.” katanya lagi dan persoalan ini diperburuk dengan masalah kesehatan mental dan juga perasaan terisolir.

Kebiasaan mahar – hal yang umum dalam budaya di India dan bagi masyarakat India di luar negeri – adalah keluarga perempuan harus memberi uang atau barang kepada suami mereka setelah menikah.

Penyelidikan yang dilakukan Senat Australia mengenai budaya mahar di Australia ini akan dikeluarkan hari Kamis (6/12/2018).

Membicarakan soal bunuh diri dan kesehatan mental berkenaannya masih menjadi stigma besar di India, dengan peneliti mengatakan ini menjadi penghalang guna menyelesaikan akar masalahnya.

“Di India, bahwa kalau kita menderita gangguan jiwa tidak saja masalah bagi orang itu sendiri, namun juga mempengaruhi kemungkinan saudara perempuannya untuk bisa menikah.” kata Dr Mayer.

“Jadi ada banyak halangan bagi seseorang untuk mengakui mereka menderita depresi.”

An Indian woman covered in a red veil sits with her head in her hands.
India meloloskan UU Kesehatan Mental tahun 2017 namun masih dianggap kontroversial oleh beberapa kalangan.

Flickr: Nevil Zaveri

Peraturan yang bertentangan di India

Adanya peraturan yang bertentangan juga membuat usaha mengurangi tingkat bunuh diri di India mengalami kesulitan.

Menurut UU Hukum Pidana, usaha melakukan bunuh diri bisa dikenai penjara maksimal satu tahun ataupun denda, dan rumah sakit harus melaporkan pasien yang hendak bunuh diri kepada pihak berwenang.

Tahun lalu, Parlemen India meloloskan UU Kesehatan Mental yang pada dasarnya membuat tindak bunuh diri tidaklah lagi merupakan tindak kriminal.

Namun pendiri lembaga pencegahan bunuh diri di India Sneha, Dr Lakshmi Vijayakumar, mengatakan dalam kenyataannya adanya dua peraturan ini yang sebenarnya saling bertentangan satu sama lain.

"Kita masih belum tahu apa yang harus dilakukan oleh rumah sakit — apakah melaporkan atau membiarkan saja." katanya. "Beberapa melaporkan, yang lain tidak. Mereka bingung."

Menurut Dr Mayer, India sendiri masih juga kewalahan memberikan pelayanan kesehatan dasar, apalagi untuk memberikan layanan kesehatan mental yang lebih rumit.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari statistik yang ada sejauh ini hanya ada 0,3 psikiater per 100 ribu penduduk di India di tahun 2011.

Dr Vijayakumar mengatakan bahwa pemerintah ‘belum melakukan banyak usaha sejauh ini’ untuk menangani masalah bunuh diri, walau dia mendapat pemberitahuan hari Rabu bahwa pemerintah ingin membuat strategi nasional pencegahan bunuh diri.

ABC sudah menghubungi Kementerian Kesehatan India namun tidak mendapatkan komentar apapun.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini