ABC

Jumlah perempuan muda Australia yang tercatat menyakiti diri sendiri melonjak

Sebuah laporan yang diluncurkan minggu ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan muda Australia yang dirawat karena menyakiti diri sendiri meningkat tajam.

Dalam laporan yang diluncurkan oleh Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia tersebut, dikatakan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 terdapat lebih dari 26.000 catatan perawatan bagi pasien yang telah menyakiti diri mereka sendiri.

Kebanyakan pasien tersebut berjenis kelamin perempuan. Dalam kelompok umur 15 sampai 19 tahun, jumlah pasien perempuan tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.

Kasus meracuni diri sendiri dan overdosis di kalangan perempuan meningkat tajam selama sepuluh tahun  terakhir ini, dan jumlah kasus menyakiti diri sendiri dengan menggunakan benda tajam meningkat lebih dari dua kali lipat.

Menurut Profesor Phillip Hazell, seorang psikiater anak dan remaja, hanya satu dari sepuluh orang yang menyakiti dir sendiri mendapatkan perawatan medis.

Hazell berkata bahwa perempuan biasanya menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk menghadapi masalah. Gejala tersebut menunjukkan adanya isu yang lebih serius di baliknya, seperti depresi, stres atau bullying.

“Sepertinya, bagi kalangan remaja yang masih amat muda, mereka melakukan itu lebih karena mereka merasa diri mereka tidak baik,” jelasnya.

“Mereka berusaha menghukum diri sendiri.”

Bec, 25 tahun, berkata bahwa Ia berusia 12 tahun saat pertama kali menyakiti diri sendiri.

“Pada umur itu saya mulai menderita depresi dan cukup parah, dan bila menderita depresi, kita meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita adalah orang yang tidak baik, sebagian dari akibatnya adalah kita beranggapan bahwa kita perlu dihukum, dan menghukum diri sendiri,” ceritanya.

Namun, lanjut Bec, saat Ia sudah lebih dewasa, Ia menyakiti diri sendiri karena merasa mati rasa, dan bukan karena sedih.

Profesor Hazell berkata bahwa, kebiasaan menyakiti diri sendiri tidak akan bertahan lama bagi kebanyakan orang, namun ada juga yang menjadi tergantung secara fisik atau emosional terhadap kebiasaan tersebut.

“Teorinya adalah bahwa saat mengalami rasa sakit tubuh kita melepaskan endorphin, yaitu zat serupa morfin, yang membuat kita sedikit mabuk atau merasa lebih baik,” jelasnya.  

Dr Alex Parker dari yayasan kesehatan mental remaja nasional Headspace berkata bahwa banyaknya pemuda yang menyakiti diri sendiri akhir-akhir ini bisa juga disebabkan perubahan-perubahan dalam faktor-faktor sosial.

Internet dapat menjadi tempat mencari bantuan bagi mereka yang menyakiti diri sendiri.

Namun, menurut Parker, internet bisa juga menjadi sarana penyebaran materi yang menyangkut kegiatan menyakiti diri sendiri.

Contoh materi seperti itu adalah gambar-gambar luka, bahkan pesan yang mendukung kegiatan menyakiti diri sendiri.