ABC

Jumlah Pemegang Visa Sementara di Australia Semakin Meningkat

Mahasiswa internasional, para lulusan baru dari universitas dan mereka yang menggunakan visa sementara semakin meningkat di Australia.

Dalam statistik resmi yang dikeluarkan hari Jumat, jumlah pemegang visa sementara di Australia di bulan Juni naik sebanyak 107 ribu selama setahun terakhir.

Ini berarti kenaiakan sebanyak 5 persen.

Jumlah pemegang visa baru ini melampui angka pengurangan 20 ribu visa permanen yang dilakukan pemerintah Australia dalam masa yang sama.

Jumlah pemegang visa sementara (bridging visa) yang mencapai 176 ribu sekarang ini, naik 40 ribu sepanjang tahun lalu digambarkan oleh Abdul Rizvi, seorang pejabat senior Departemen Imigrasi, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumya.

“Bridging visa diperkenalkan dalam usaha memberikan status sementara ketika proses visa mereka dilakukan, maksudnya betul-betul sementara.” katanya kepada ABC.

“Bila jumlah bridging visa ini meningkat, ini berarti departemen imigrasi tidak mampu memproses visa dengan cepat.”

Dibandingkan tahun lalu sekarang ini ada tambahan 10 ribu warga China, 7 ribu warga India, dan 4 ribu warga Malaysia yang memiliki bridging visa dibandingkan bulan Juni tahun lalu.

“Ketika saya menjalankan program ini, angka 30 ribu saja sudah dianggap sebagai masalah.” kata Rizvi.

“Angka 200 ribu merupakan angka yang mengerikan.”

Menteri Urusan Multikultur Australia Alan Tudge menolak memberikan komentar langsung mengenai meningkatnya bridging cisa,m dengan mengatakan ‘hampir semua kenaikan visa jangka pendek sejak saya menjabat adalah mahasiswa internasional.”

“Mayoritas pemegang visa jangka pendek adalah warga Selandia Baru, mahasiswa internasional dan turis.”
Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton mengatakan partainya ‘memperkenalkan kembali integritas’ dalam program migrasi sejak adanya pemotongan terhadap pemberian visa permanen bulan Juli.

Proses penyelesaian visa lebih lama

Abdul Rizvi mengatakan bahwa kenaikan jumlah bridging visa berarti sebagian migran menggunakan penundaan proses visa mereka untuk bisa lebih lama tinggal di Australia.

“Ini menggambarkan penurunan integritas dan menurunnya efisiensi dalam pemrosesan.” katanya.

Agen migrasi Jonathan Granger dari Granger Australia menggambarkan naiknya jumlah bridging visa merupakan hal yang tidak terduga.

Dia mengatakan kenaikan disebabkan dua faktor – meningkatnya jumlah orang yang ditolak visanya yang mengajukan banding, dan meningkatnya proses pengecekan visa.

“Tampaknya seperti mereka tidak mau menambah tenaga untuk mengurus dan membiarkan begitu saja.”

Mahasiswa internasional yang menyelesaikan pendidikan S2 selama dua tahun boleh bekerja selama dua tahun di Australia menggunakan visa ‘post-study work”.

Pemegang visa jenis ini, – yang tidak termasuk pasangan atau anak-anak mereka – meningkat dari 21 ribu menjadi 55 ribu dalam tiga tahun terakhir.

Mahasiswa internasional diijinkan bekerja selama 20 jam per minggu selama kuliah semester yang dijalaninya.

Sebuah studi yang dikeluarkan oleh London Economics, yang dibuat untuk kelompok Delapan Universitas Besar di Australia menggambarkan sumbangan ekonomi para mahasiswa internasinonal.

Disebutkan bahwwa mahasiswa internasional rata-rata membayar uang sekolah $AUD 58 ribu (sekitar Rp 580 juta), dan sebagai tambahan mengeluarkan lebih dari $AUD 50 ribu untuk sewa rumah dan biaya hidup lainnya.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini