ABC

Jemaah Masjid Al Aqsa Alami Kekerasan, Indonesia Kecam Tindakan Polisi Israel

Indonesia dan sejumlah negara mengutuk tindak kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel di Masjid Al Aqsa, kemarin, bertepatan dengan Ramadan.

Aksi kekerasan yang terjadi di Al Aqsa telah menyebabkan sejumlah orang terluka dan ratusan orang lainnya ditangkap.

Dalam pernyataan di Twitter, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan tindakan kepolisian Israel tersebut "menyakiti perasaan umat Muslim dunia, dan merupakan pelanggaran nyata terhadap kesucian Al Aqsa".

"Indonesia mendesak PBB dan dunia internasional segera mengambil langkah nyata guna menghentikan dan mengakhiri berbagai pelanggaran Israel terhadap Al-Aqsa," demikian pernyataan Kemenlu RI.

Sementara itu, negara-negara Liga Arab sudah mengadakan pertemuan darurat, kemudian mengutuk tindakan Israel yang bisa membahayakan stabilitas regional.

Uni Emirat Arab  dan China sudah meminta Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara untuk mendiskusikan masalah ini secara tertutup hari ini di New York.

Yordania dan Mesir yang mendukung usaha Amerika Serikat untuk menurunkan ketegangan antara Israel dan Palestina juga mengecam tindakan tersebut, demikian juga dengan Turki dan Arab Saudi yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Israel menuduh adanya perusuh

Untuk kedua kalinya hari Rabu, polisi Israel melakukan tindak kekerasan terhadap warga Palestina di kompleks Masjid Al Aqsa, menurut sejumlah saksi mata.

Ini terjadi selang beberapa jam setelah polisi Israel menangkap lebih dari 350 warga Palestina di kompleks Al-Aqsa.

Kericuhan yang terjadi di bulan Ramadan dan menjelang hari raya Yahudi Passover ini telah memicu baku tembak di kawasan Gaza dan dikhawatirkan akan menyebabkan kekerasan lebih lanjut.

Kemarin malam polisi memasuki kompleks Al Aqsa dan mencoba membubarkan jemaah dengan menggunakan granat kejut, serta menembakkan peluru karet, menurut staf Waqf, sebuah organisasi Islam dibawah naungan Yordania yang mengelola kompleks tersebut.

Menurut saksi mata, para jemaah membalas dengan melemparkan berbagai benda ke arah polisi.

Yayasan Bulan Sabit Palestina mengatakan sedikitnya enam orang mengalami luka-luka.

Dalam pernyataannya, polisi Israel mengatakan belasan jemaah muda membawa batu dan mercon ke dalam masjid dan mencoba bertahan di dalamnya.

Namun Waqf mengatakan polisi masuk ke dalam masjid sebelum salat Tarawih selesai.

"

"Tindakan yang dilakukan Israel masuk ke dalam Masjid Al-Aqsa menyerang jemaah adalah pelecehan terhadap upaya Amerika Serikat baru-baru ini yang mencoba menciptakan ketenangan dan stabilitas di bulan Ramadan," kata Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

"

Sehari sebelumnya polisi Israel sudah memasuki masjid ketika mencoba mengusir apa yang mereka sebut para "perusuh" yang mengenakan masker dan mencoba bertahan di dalam masjid, setelah usaha untuk membubarkan mereka lewat dialog gagal dilakukan.

Bulan Sabit Palestina mengatakan 12 warga Palestina terluka dalam insiden pertama, akibat pemukulan dan tembakan peluru karet yang dilakukan polisi Israel. Sementar polisi Israel mengatakan dua petugas mereka terluka.

Penyerangan terhadap 'hak dasar' warga Palestina

Setelah insiden pertama di Masjid Al-Aqsa, Hamas meluncurkan sedikitnya sembilan roket dari Gaza ke Israel yang menimbulkan tindakan pembalasan dari Isreael.

Tidak ada laporan mengenai korban di kedua belah pihak di perbatasan Gaza tersebut.

Pihak Hamas yang menguasai Gaza tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan roket, namun mengatakan hal tersebut adalah jawaban dari tindakan Israel di Al-Aqsa.

Di tahun 2021, insiden serupa menyebabkan terjadi perang selama 10 hari di gaza.

Sebelum insiden kedua di Al-Aqsa, dua roket lagi ditembakkan dari Gaza. 

Militer Israel mengatakan satu roket jatuh di lahan terbuka, sementara satu lagi tidak sampai sasaran.

"Kami tidak tertarik dengan peningkatan konflik namun siap dengan skenario apa pun," kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari .

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan kelompok "ekstremis" yang mengurung diri di dalam masjid dilengkapi dengan senjata, batu dan mercon.

"Israel berkomitmen mempertahankan kebebasan beribadah, akses terbuka bagi semua agama dan status quo di Bukit Bait Suci [kompleks yang meliputi Masjid Al-Aqsa], dan tidak akan mengizinkan ekstremis kekerasan mengubah hal tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan.

Dalam kesepakatan yang ada, kawasan suci tersebut boleh dikunjugi warga Muslim dan Yahud. Tapi hanya umat Muslim yang boleh beribadah di kompleks Al Aqsa.

Tapi meski sudah ada kesepakatan tersebut, semakin banyak warga Yahudi yang beribadah di sana.

Lembaga Waqf mengatakan tindakan polisi adalah "pelanggaran terang-terangan" terhadap identitas dan fungsi masjid yang merupakan tempat beribadah bagi warga Muslim saja.

"

"Agresi Israel terhadap Komplek Suci Al-Aqsa adalah penyerangan terhadap hak dasar warga Palestina untuk bisa beribadah bebas di kawasan suci mereka," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina.

"

ABC/REUTERS