Jatuh Cinta pada Batik, 2 Desainer Australia Kenalkan Karya Mereka ke Indonesia
Bercita-cita untuk rambah pasar Asia, desainer Australia Amanda Cumming dan Kate Reynolds mencoba mengenalkan karya mereka ke panggung fesyen Indonesia. Keduanya ingin berkolaborasi dengan pengrajin tradisional negeri ini.
Rancangan hasil karya Amanda dan Kate adalah pakaian-pakaian siap pakai atau ‘ready to wear’ bernuansa ‘sporty’. Sebut saja jaket, kaos, sweater, celana, terusan perempuan, sampai aksesoris, karya duo yang bernaung di bawah label ‘Pageant’ ini dibuat dalam warna netral, seperti hitam dan putih, serta lembut, seperti merah muda, abu-abu, dan krem.
Sang dua perancang lebih suka menyebut karya mereka bertemakan kasual.
Empat belas koleksi pria dan perempuan yang mereka ciptakan baru saja dipamerkan dalam ajang ‘Indonesia Fashion Week’ yang berlangsung akhir Februari hingga awal Maret.
“Kami sungguh senang ada di pagelaran ini, ajang ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengenalkan karya kami, dan untuk melihat karya desainer Indonesia,” tutur Kate kepada Australia Plus.
Keduanya merasa diterima pencinta fesyen Indonesia karena merasa dunia fesyen tak memiliki batasan.
“Walau bahan yang kami gunakan tak biasa dan teksturnya berbeda dari pakaian kebanyakan, saya rasa fesyen tak punya batasan, dan dalam dunia ini, perancang busana dari seluruh dunia bisa berkumpul bersama-sama,” kemuka Amanda.
Sebelum datang ke Indonesia, mereka telah mengenal berbagai pagelaran busana di Asia, namun baru kali ini keduanya mengetahui adanya pekan fesyen yang besar di Indonesia.
Amanda dan Kate mengagumi rancangan desainer Indonesia dan jatuh cinta pada batik.
“Kami pikir, kain batik itu sangat cantik, apalagi jika ditambah manik-manik, bagus sekali. Kami benar-benar suka pekerjaan tangan dalam membuatnya, menakjubkan,” puji keduanya kompak.
Tak hanya itu, mereka-pun memiliki desainer Indonesia favorit.
“Kami suka karya Haryono Setiadi, desainer Indonesia yang tinggal di Australia. Ia sekarang salah satu desainer yang cukup terkenal di sana. Ia membuat gaun malam dengan bordir yang bagus,” cerita Kate.
Bagi keduanya, Indonesia adalah pasar fesyen menjanjikan.
“Setelah berbicara dengan beberapa orang di sini, saya pikir orang Indonesia sangat tertarik dengan fesyen, desain, dan ada banyak peluang bagi desainer Australia untuk mengenalkan karya mereka di sini,” aku Kate.
Desainer berambut panjang ini menambahkan, orang Indonesia selalu suka tren baru, teknologi baru dan desain baru.
“Kami bisa merasakan energi yang bagus di sini, jadi menurut kami ini adalah permulaan yang baik,” ujarnya.
Ke depannya, Amanda dan Kate ingin berkolaborasi dengan para pengrajin Indonesia.
“Kami belum ada rencana untuk berkolaborasi dengan perancang Indonesia tapi kalau bisa terjadi, karena kami suka bahan-bahan yang cantik, kami sungguh ingin berkolaborasi dengan pengrajin tradisional dari sini,” pinta Amanda.
Kedatangan keduanya ke panggung fesyen Indonesia terlaksana berkat undangan majalah ‘Marie Claire Indonesia’.
“Desain mereka cukup mewakili fesyen yang mewah, siluetnya kuat, dalam hal desain mereka juga cukup dinamis dan cocok dengan pasar internasional, baik di Asia, Eropa atau Amerika,” jelas Kiky Rory dari Marie Claire.
Ia lantas menceritakan, awal mula terpilihnya label ‘Pageant’ milik Amanda dan Kate adalah berkat usulan lembaga ‘Tourism Victoria’ yang bertugas mengekspos pariwisata di negara bagian itu.
“Untuk di sektor fesyen, mereka terlibat di Melbourne Fashion Festival. Amanda dan Kate dengan labelnya ‘Pageant’ berawal dari pekan fesyen itu,” terangnya singkat kepada Nurina Savitri dari ABC.
Desainer muda berbakat Indonesia raih kesempatan hadiri ‘Sydney Fashion Week’
Dalam pagelaran yang sama, Indonesia Fashion Week, desainer Indonesia, Ilo Saputra memenangkan ‘White House Award’ dan karenanya berkesempatan untuk menghadiri ‘Sydney Fashion Week yang digelar awal April mendatang.
Desainer berusia 25 tahun ini memenangkan kompetisi desain dengan tema ‘ramalan tren fesyen’.
“Kami sponsori Ilo ke Sydney Fashion Week selama seminggu, dan menikmtai show-nya, dan mudah-mudahan ia akan mendapat pengalaman baru dalam dunia fesyen,” terang Leanne Whitehouse, pendiri Institut Desain ‘Whitehouse’ Australia, lembaga yang memberi penghargaan kepada Ilo.
Menurut Leanne, desain Ilo begitu futuristik, dinamis, dan menggambarkan seperti apa tren fashion di masa depan.
“Desain Ilo sungguh kreatif dalam siluet, terarah dalam hasil cetakan dan tekstur, dan walau hitam putih, tapi teksturnya luar biasa,” tuturnya.
Leanne menambahkan, desainer yang juga dosen di Institut Kesenian Jakarta itu menang karena karyanya adalah yang terbaik, mengalahkan sekitar 20 partisipan dari seluruh Indonesia.
“Mungkin karena belum ada yang mengangkat tema ini. Inspirasinya dari debu vulkanik, retakan-retakan dari gunung merapi yang meletus, lalu saya wujudkan ke desain yang siap pakai dan mengikuti konsep tren 2015-2016,” ujar Ilo yang membuat busananya dengan bahan duchess dan katun serta menggunakan teknik cetak digital ini.
Desainer muda ini berharap, dengan kehadirannya di Sydney Fashion Week April mendatang, ia bisa memperoleh klien baru dan merambah dunia fesyen internasional.