ABC

Jarak Rumah dan Kantor Semakin Jauh, Bebani Ekonomi Kaum Penglaju Australia

Bertambah lamanya perjalanan yang ditempuh para penglaju di sejumlah kota di Australia semakin membebani keluarga dan perekonomian Australia. Demikian kesimpulan dalam laporan terbaru dari lembaga think tank independen – The Grattan Institute.

Laporan berjudul City Limits: Why Australia's Cities Are Broken And How We Can Fix menyimpulkan kota-kota di Australia sedang mengalami pemisahan yang terus berkembang antara rumah tinggal warga dengan tempat bekerja mereka.  Penulis utama laporan tersebut, Paul Donegan mengatakan kondisi itu telah memunculkan sejumlah masalah baru.
 
Meski populasi warga Australia tidak terlalu besar namun luasan kota-kota di Australia terbilang besar untuk standar kota di dunia.
 
Oleh karena itu pekerja yang tinggal di kawasan yang juah dari pusat kota terpaksa harus menempuh perjalanan jauh dan lama untuk menuju tempat kerja mereka di pusat bisnis, dan itu berartinya waktu mereka untuk keluarga hanya sedikit. 

Selain itu perjalanan yang jauh menuju tempat kerja juga terbilang mahal, padahal banyak warga di pinggiran kota besar memiliki beberapa kendaraan. Menurut Donegan satu rumah tangga yang menjadi profil dalam laporannya mengaku menghabiskan uang $900 atau sekitar Rp9 juta per bulan hanya untuk BBM dan uang parkir. 

 
Masalah-masalah ini menurut Donegan semakin parah dibeberapa kota yang luas.
 
"Tentu saja Kota Melbourne dan Sydney menghadapi pemisahan terbesar antara pertumbuhan populasi dengan pertumbuhan tenaga kerjanya, dan dampak terbesarnya dipikul oleh keluarga yang tinggal di kedua kota itu,"
 
Donegan mengatakan jarak perjalanan yang lama juga turut menuai masalah bagi para pengusaha maupun keluarga pekerja.
 
"Kondisi ini juga berdampak negatif bagi perekonomian karena membuat pengusaha semakin sulit merekrut pekerja terampil,'
 
"Jika orang harus melakukan perjalanan yang terlalu jauh mereka sering menolak tawaran pekerjaan yang kemungkinan sangat cocok untuk mereka,"
 
Paul Donegan mengatakan kota-kota di pinggiran kota besar biasanya tidak memiliki sarana transportasi publik yang baik begitu juga dengan infrastruktur jalan kerap tidak layak. Oleh karena itu memperbaiki kedua sektor ini penting, namun terkendala dengan anggaran yang mahal. 
 
Meski demikian menurutnya warga perlu diberikan kesempatan untuk mengkompromikan dimana mereka tinggal dan tipe rumah yang akan mereka tempati.

Dan banyak orang menghendaki tinggal di rumah berukuran kecil jika satu-satunya pilihan yang mereka miliki adalah pindah jauh dari tempat mereka bekerja sekarang ini, namun opsi itu tidak mudah mereka dapatkan di kota-kota di pinggiran kota besar.

 
"Warga umumnya menemukan sedikit pilihan [tap tetap pindah ke tempat yang lebih jauh] karena kenaikan harga rumah di kawasan dalam kota," kata Donegan.
 
Sementara rumah tangga yang berpenghasilan rendah yang dulunya mampu untuk menyewa rumah di pusat kota, kini sebagian besar rumah sewa yang terjangkau harganya saat ini hanya yang lokasinya sangat jauh dari pusat kota," katanya.
 
Tingginya harga real estate membuat orang terpaksa harus menyewa, dan sekarang banyak rumah tangga yang memilih menyewa rumah dalam periode yang lebih lama mulai dari lima tahun, sepuluh tahun, bahkan lebih lama dari itu".
 
"Kota kita cukup besar dan sehingga sangat penting untuk menjadikan kota berfungsi dengan baik," kata Donegan.