ABC

#IstandwithMariam, Gerakan Baru Hadapi Serangan Anti-Islam di Medsos

Aktivis pembela komunitas Muslim ini diserang di media sosial setelah ia memprotes penjualan kaos tanpa lengan, yang dinilai ‘fanatik’, oleh jaringan swalayan di Australia. Kini, ia menjadi inspirasi gerakan #IstandwithMariam.

Pada bulan Oktober 2014, Mariam Veiszadeh adalah salah satu dari banyak pengguna Twitter yang secara terbuka menolak penjualan kaos tanpa lengan, yang bergambar bendera Australia dan bertuliskan ‘jika Anda tidak menyukainya, maka pergilah’.

Pada saat itu, Mariam menerima ratusan komentar kasar di media sosial, tetapi setelah ‘Woolworths’ mencabut peredaran kaos tanpa lengan itu dari swalayan mereka di kota Cairns, Queensland, cerita itu berakhir begitu saja.

Aktivis pembela komunitas Muslim, Mariam Veiszadeh, telah menjadi target kampanye anti-Islam. (Foto: Twitter)

Namun beberapa bulan kemudian, ia menerima rentetan ancaman kematian dan kekerasan rasial.

Beberapa kelompok rasis, yang dipimpin oleh blog Amerika ‘The Daily Stormer’, mendesak orang-orang di seluruh dunia menggunakan media sosial mereka untuk menyerang Mariam.

Serangan itu termasuk ratusan status Twitter, pesan Facebook dan foto Mariam yang diedit sedang memegang babi, atau fotonya yang sedang dikubur dalam pasir.

"Penyalahgunaan terbaru yang saya terima, dipicu oleh situs neo-Nazi berbasis di AS, yang saya percaya memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok di sini," ujar Mariam.

Ia menyambung, "Mereka menerbitkan sebuah artikel yang sangat keji, mencurahkan banyak perhatian kepada saya, mendesak 5.000 pengikut mereka untuk mengirimi saya sebanyak mungkin status ofensif yang penuh kebencian di Twitter."

Mariam mengatakan, ia terkejut bahwa hampir setengah tahun setelah kontroversi kaos tanpa lengan itu, kampanye melawannya lagi-lagi mendapatkan momentum.

"Saya cek Twitter dan pada dasarnya saya hanya mengunggah status bahwa saya merasa marah karena Woolworths diduga menjual sesuatu yang tampak seperti pesan fanatik pada kaos tanpa lengan," ceritanya.

"Sentimen yang saya nyatakan hari itu di Twitter ditanggapi oleh ribuan orang, tetapi tampaknya orang-orang itu tersinggung dengan apa yang saya katakan,” tambahnya.

Ia menuturkan, "Sayangnya, saya menerima ancaman pembunuhan tapi saya bertekad untuk terus berjuang melawannya."

Setelah pengepungan Sydney, muncul #IstandwithMariam

Sebagai buntut dari pengepungan Sydney yang terjadi pada bulan Desember, Mariam juga ambil bagian dari gerakan #Illridewithyou yang memunculkan hampir 120.000 tweet mendukung Muslim Australia.

Sekarang, #IstandwithMariam menjadi gerakan baru untuk menghadapi serangan anti-Islam di media sosial.

"#IstandwithMariam dimulai oleh teman saya Ruth, dan telah menjadi tren di Australia," kata Mariam.

Ia menambahkan, "Dukungan ini benar-benar luar biasa. Dukungan dan cinta yang telah datang pada sayabegitu sangat hangat."

Tahun lalu, Mariam membuat halaman ‘Islamophobia Register Australia’ di Facebook, sehingga serangan terhadap Muslim Australia bisa dicatat.

Situs ini mencatat insiden yang melibatkan media sosial, serangan verbal dan fisik terhadap orang-orang Muslim, dan menantang kelompok-kelompok rasis yang ada di Australia dan luar negeri.

Mariam mengatakan, serangan itu merugikannya, tapi ia bertekad untuk tidak bungkam.

"Bullying yang berlangsung berbulan-bulan di dunia maya merugikan saya secara pribadi dan saya akan berbohong jika saya mengatakan itu tidak," sebutnya.

Ia mengemukakan, "Ini telah mempengaruhi kesehatan fisik dan mental saya, tetapi hal itu juga membuat saya lebih bertekad untuk terus berjuang melawannya karena tujuan mereka adalah untuk membungkam saya dan tujuan saya adalah untuk melakukan yang sebaliknya."

Ia mengatakan, sementara ia bertekad untuk terus berjuang melawan fanatisme online tersebut, ia juga seorang realis.

"Saya harus mengatakan bahwa saya pasti bisa melihat hikmahnya, tapi saya tak delusional dan saya tahu itu akan menjadi perjalanan yang sangat panjang," utaranya.

Ia menyambung, "Saya pikir, apa yang membuat tugas ini lebih sulit adalah ketika orang-orang dalam posisi kekuasaan berusaha untuk memanfaatkan prasangka orang daripada menantangnya."