Islam Tercepat Pertumbuhannya di Australia
Islam merupakan agama paling cepat pertumbuhan pengikutnya dalam lima tahun menjelang Sensus 2011 di Australia, dengan peningkatan 39,9 persen dari 2006 ke 2011. Namun jumlah penduduk Muslim yang berkisar 500 ribu jiwa hanya 2,2 persen dari total populasi.
Demikian terungkap dalam laporan International Centre for Muslim and non-Muslim Understanding (MnM) pada University of South Australia, mengutip hasil Sensus 2011.
Dari sekitar 500 ribu warga Muslim di Australia, persentase jumlah pemilih terbesar terdapat di daerah pemilihan (dapil) Broadmeadeows di pinggiran Kota Melbourne. Di dapil ini 31,3 persen pemilih merupakan warga Muslim.
Dari data daerah pemilihan (dapil), selain Broadmeadows juga terdapat dua dapil di negara bagian New South Wales yaitu Bankstown dengan 26,7 persen pemilih Muslim dan Auburn yang memiliki 25,6 persen pemilih Muslim.
Professor Riaz Hassan dari MnM pada University of South Australia. (Foto: Brett Williamson/ABC)
Menurut Direktur MnM Prof. Riaz Hassan, dengan adanya tiga dapil di Australia yang memiliki pemilih Muslim di atas 25 persen, maka para politisi Australia perlu menjadikan hal itu sebagai pertimbangan.
Dikatakan, jumlah warga Muslim Australia yang bergabung ke kelompok teroris ISIS sekitar 150 orang, atau sekitar 0,03 persen.
Reaksi pemerintah Australia, katanya, yang menerbitkan UU anti terorisme yang sangat kuat, membawa dampak sampingan terhadap warga Muslim kebanyakan.
Dijelaskan, dengan populasi Muslim terbesar dunia berada persis di dekat Australia yaitu di Indonesia, maka sangat penting bagi masyarakat Australia untuk memahami Islam.
"Saat ini 2,2 persen populasi Australian adalah Muslim, menurut Sensus 2011," katanya.
Islam merupakan agama yang paling cepat pertumbuhan pengikutnya dalam lima tahun menjelang Sensus 2011, dengan peningkatan sebesar 39,9 persen dari tahun 2006 ke tahun 2011.
"Menurut perkiraan, jumlah mereka akan berkisar 1,5 juta jiwa dalam 30 tahun mendatang," kata Prof. Hassan.
Prof. Hassan mengutip sejarah kontak pertama Australia dengan orang Muslim terjadi di pertengahan tahun 1700-an saat pelaut-pelaut Makassar tiba di Australia utara untuk berdagang teripang dengan orang aborigin.
Kemudian di tahun 1850-an, datanglah para penunggang unta dari Afghanistan yang membuka jalur perdagangan dengan pedalaman Australia.
"Hingga tahun 1930 jumlah mereka yang merupakan warga Muslim hanya sekitar 3 ribu orang," kata Prof. Hassan.
Bahkan masjid permanen paling tua dibangun di Adelaide tahun 1888 oleh para pendatang Afghanistan tersebut.
Dijelaskan, terjadinya perubahan politik dengan diberlakukannya Kebijakan Kulit Putih (White Australia Policy) tahun 1901, membuat banyak orang Afghanistan itu meninggalkan Australia.
Di tahun 1960-an terjadi perubahan UU yang membolehkan kedatangan imigran Turki dan Lebanon, membuat jumlah penduduk Muslim negara ini bertambah kembali.
"Pada pertengahan tahun 1980-an, jumlahnya sekitar seperempat juta orang," katanya.
Sikap warga kulit putih Australia terhadap orang Muslim, menurut Prof. Hassan, terlihat sepanjang sejarahnya dengan kebanyakan brupa sikap penghinaan.
"Sikap Australia terhadap orang Asia, disebabkan karena negara Muslim terbesar berada pas di sebelahnya (Indonesia), selalu didominasi oleh ketakutan," katanya.
"Setelah peristiwa 9/11 sikap itu makin menguat dengan persepsi bahwa Islam mendukung terorisme," ucap Prof. Hassan.
Data tahun 2011 menunjukkan 37,6 persen Muslim Australia lahir di negara ini dan 39 persen lainnya lahir di Lebanon, Pakistan, Afghanistan, Turki, Bangladesh, Iran, Irak, Indonesia dan India.
"Muslim Australia berasal dari 183 negara berbeda, umumnya dari Asia Selatan dan Timur Tengah, menjadikan mereka sebagai komunitas paling beragam di dunia," katanya.
Menurut dia, laporan ini menunjukkan betapa lembaga MnM yang dibentuk tahun 2008 oleh mantan Perdana Menteri Bob Hawke, sangat relevan untuk mengatasi salah persepsi di masyarakat.