ABC

Isi Ulang Baterai HP dengan Tenaga Surya Diujicoba di Papua Nugini

Sebuah proyek ujicoba akan memungkinkan penduduk di bagian terpencil Papua Nugini untuk mengisi ulang baterai telepon genggam mereka dengan menggunakan tenaga surya. Dalam proyek ini, akan dibangun jaringan pos-pos tenaga surya, yang akan dioperasikan sebagai usaha kecil.

Yang mengoperasikan usaha kecil tersebut adalah penduduk setempat. Tenaga surya di pos tersebut akan dijual dengan harga murah.

Banyak daerah di PNG yang sulit mengakses tenaga listrik. Hanya 10 persen populasi negara ini terhubung dengan jaringan listrik. Karena itu, yang kesulitan mengisi ulang baterai telepon genggam mereka pun banyak. 

Inisiatif untuk proyek ini berasal dari perusahaan Digicel, dengan dukungan pemerintah Selandia Baru dan International Finance Corporation, yang merupakan bagian dari World Bank. . 

Unit pertama proyek ini diluncurkan di Hula, kota yang terletak sekitar tiga jam perjalanan dari ibukota negara, Port Moresby. 

Rencananya, tahap percobaan proyek ini akan menghasilkan 30 unit. 

"Ada yang mengendalikan kotak ini, kemudian membuka kotak, yang bentuknya menyerupai pos pengisi ulang baterai telepon yang bisa anda lihat di bandara-bandara udara saat ini. Ada berbagai sambungan untuk bberbagai jenis telepon," jelas Manajer Kawasan Pasifik International Finance Corporation, Gavin Murray. 

Operator pos tersebut mendapat keuntungan dari usaha ini, dan sebagai timbal baliknya, mereka harus merawat dan mendukung operasi unit tersebut. 

"Jadi sebenarnya itu hanyalah papan tenaga surya yang menghasilkan tenaga yang disimpan di baterai-baterai dalam kotak, dan kapasitasnya bila penuh cukup untuk kira-kira dua atau tiga hari pengisian ulang," jelas Murray. 

Tahap percobaan proyek ini akan menguji konsep di 30 lokasi Papua Nugini yang didalamnya terdapat komunitas-komunitas dengan jumlah anggota rata-rata 2.000, tiap radius tiga kilometer. Bila sukses, proyek ini akan diperluas menjadi 500 lokasi. 

"Biayanya tidak terlalu kecil, tapi juga tak terlalu besar. Kita berusaha bekerja dengan Digicel dalam model bisnis yang akan menjadikan ini efektif. Mereka bersedia menanggung biaya pendirian fasilitas ini dengan imbalan peningkatan bisnis yang mereka harapkan," jelas Murray. 

Unit-unit pengisian ulang ini memiliki lampu LED, hingga, menurut Murray, pos-pos isi ulang juga bisa menjadi tempat berkumpul masyarakat. 

"Jadi ada lampu jalanan, hingga orang bisa bertemu dengan aman, dan bisa digunakan untuk kegiatan lain," ucapnya. 

Menurut Murray, ada kabar bahwa teknologi telepon seluler saat ini mengubah cara berbisnis masyarakat pedesaan. "Ada cerita mengenai petani-petani atau nelayan kecil yang menelepon atau mengirim SMS terlebih dahulu ke pasar untuk mencari tahu barang apa yang sedang tidak banyak tersedia, dan berapa harganya, sebelum mereka ke pasar." 

Ada bermacam guna telepon genggam yang lain, seperti menjadi sumber cahaya di malam hari. 

"Misalnya sebagai senter atau sumber cahaya saat melahirkan, juga untuk kesehatan dan pendidikan, bahkan mengerjakan pekerjaan rumah dengan senter dari telepon genggam. Jadi bisa mengisi ulang baterai telepon genggam adalah manfaat besar bagi komunitas," ucap Murray.