Inilah Kebun Salak Terakhir di Jakarta
Di Jakarta yang tak dikenal dengan ruang terbuka hijau, ternyata masih ada sepenggal kebun yang menyimpan banyak sejarah.
Anda tak akan menemukannya dengan Google Maps. Bahkan untuk sampai ke sana, harus menggunakan cara lama, yaitu dengan bertanya kesana-kemari.
Namun begitu sampai di sana, kita bisa menemukan banyak kisah tentang ibukota.
Inilah kebun salak terakhir yang dimiliki Jakarta, tersembunyi dari kawasan permukiman di Jakarta Timur.
Pohon salak dikenal sebagai Salacca zalacca, yang buahnya menjadi salah satu buah favorit kebanyakan orang Indonesia.
Rasanya bervariasi, tergantung pada bibitnya. Rasa manis atau kecut atau bahkan bisa menemukan kedua rasa ini dalam satu buah yang biasanya terdiri atas beberapa biji.
“Kebun ini turun-temurun dari kakek kami yang diwariskan dari kakek mereka,” ujar penjaga kebun, Asmawi, seorang warga Betawi.
Bagi warga Betawi yang penduduk asli Jakarta, kebun salak yang tersisa ini begitu penting artinya.
Sama seperti Betawi, jejeran pohon salak telah berada di sana selama beberapa generasi – dan tak banyak lagi yang tersisa.
“Saya juga sedih dengan hal itu,” kata Asmawi.
"Namun tak ada yang bisa kita lakukan karena laju pembangunan dan pertambahan penduduk, kebun-kebun itu dijual oleh pribumi. Pembanguna terus berjalan – namanya juga ibukota," ujarnya.
Pemerintah DKI Jakarta telah membeli kebun ini guna memastikan konservasinya. Langkah ini dinilai tepat oleh Ucup petugas Dinas Pertanian DKI yang juga seorang warga Betawi.
“Jenis salak ini termasuk yang hampir punah. Namun sejak 2007 kami menjalankan upaya konservasi dan perlindungan untuk menjaganya dari kepunahan,” tukas Ucup.
“Kami terus membudidayakannya,” tambahnya.
Sembari menyusuri jalan setapak di kebun itu dengan parang di tangannya yang dia gunakan untuk memangkas ranting-ranting pohon yang mati, Asmawi merenungi masa silam.
“Jauh lebih bagus di masa lalu,” katanya.
“Jika saja saya bisa memutar waktu tentunya saya ingin kembali ke masa kanak-kanak,” tukasnya.
"Kalau berjalan dalam kebun-kebun salak waktu itu, Anda akan merasa seperti dalam kulkas, udaranya dingin," kata Asmawi.
Udara sejuk telah lama menghilang, namun Asmawi tetap menikmati apa yang tersisa dari kebun salak terakhir di Jakarta!
Diterbitkan Rabu 12 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.