Inilah Dampak Hidup Terasing di Sel Isolasi bagi Kesehatan Mental Napi
Pada era ‘70an, Brett Collins menghabiskan lebih dari 60 hari hidupnya dalam sel gelap di penjara Long Bay dan Maitland, negara bagian New South Wales. Kondisinya gelap, tak ada jendela, bahkan ia pun tak bisa melihat tangannya sendiri.
Satu-satunya yang nampak adalah cahaya redup di bawah pintu ketika sipir penjara berjalan melewati sel-nya.
Brett divonis 17 tahun penjara dengan 8,5 tahun masa kurungan tanpa pembebasan bersyarat, setelah terbukti bersalah melakukan perampokan dan penyerangan bersenjata di Sydney pada bulan Desember 1971.
Brett memperkirakan, ia menghabiskan 5 dari 10 tahun masa hukumannya di sel isolasi, baik di dalam sel gelap tanpa jendela dan cahaya alami maupun di dalam sel terpisah yang memiliki pencahayaan.
Dikirim ke sel isolasi
Di negara bagian New South Wales, seorang tahanan ditempatkan di sel isolasi jika ia menjadi ancaman bagi orang lain, atau bagi keamanan atau bagi kehidupan di dalam penjara.
Sel isolasi atau pengasingan, atau yang resminya disebut ‘penahanan terpisah’, adalah situasi ketika seorang narapidana ditahan dalam kondisi terisolasi dari seluruh tahanan lainnya di dalam sebuah sel terpisah, dengan stimulasi lingkungan yang minimum.
Bentuk lain dari pemisahan meliputi sel yang disebut sebagai ‘sel penilaian’, yang digunakan untuk menampung para tahanan yang beresiko melukai diri mereka sendiri. Sel ini berada di bawah pengawasan kamera, dan tahanan di dalamnya diatur oleh sebuah rencana manajemen yang dibuat oleh Tim Penanggulangan Resiko.
Brett Collins yakin, ia ditempatkan di sel isolasi karena menulis keluhan kepada Lembaga Bantuan Hukum New South Wales mengenai perlakuan tak adil yang diterimanya dari gubernur penjara – ini kemudian terbukti tak benar dan Brett pun dihukum.
Brett mengatakan, ia juga dipindah-pindahkan dan ditempatkan dalam penjagaan yang terpisah di berbagai penjara New South Wales, karena ia dipandang sebagai ‘masalah’ oleh pihak penjara ketika berbicara untuk tahanan lain sebagai salah satu perwakilan mereka di level lokal dan negara bagian.
Dampak bagi kesehatan mental
Para tahanan yang ditempatkan di sel isolasi mengalami serangkaian gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, kepanikan, insomnia, ketakutan akut, mudah marah dan depresi.
Don Grant, psikiater forensik yang dulu bekerja di Layanan Kesehatan Mental Forensik di Queensland, mengatakan, dampak-dampak psikologis ini adalah hasil dari: isolasi sosial, yang bisa mengarah ke perasaan terasing; kebosanan dan perampasan panca indera, yang menyebabkan aktivitas otak melambat; dan kurangnya kontrol dengan absennya otonomi pribadi, yang mengarah ke hilangnya kepercayaan diri dan disfungsi sosial ketika sang tahanan akhirnya dibebaskan.
Isolasi jangka panjang dengan kurangnya aktivitas fisik, interaksi sosial, dan stimulasi visual telah mengarah pada depresi dan stres, serta perubahan dalam struktur otak sebagai konsekuensinya. Hippocampus atau bagian otak yang digunakan untuk menyimpan memori dan membuat keputusan, akan menyusut secara drastis di dalam otak mereka yang depresi dan stres berkepanjangan. Ada bukti yang juga menyebut bahwa semakin lama orang mengalami depresi dan tak mendapat perawatan, semakin besar peluang hippocampus-nya untuk mengecil, dan mereka memiliki kesulitan untuk mengendalikan stres serta emosi.
Pada tahun 2011, Juan Mendez, Perwakilan PBB dalam bidang kekerasan, kejahatan dan hukuman tak berperikemanusiaan, mendesak adanya pelarangan global bagi praktek penahanan terpisah atau sel isolasi dalam jangka waktu lama, kecuali berada dalam kondisi khusus dan berlangsung sesingkat mungkin. Ia juga meminta agar penahanan terpisah tak berlaku bagi remaja dan orang-orang dengan keterbatasan mental.
Juan menyimpulkan bahwa 15 hari di sel isolasi bahkan merupakan penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan, dan 15 hari adalah batas maksimal karena setelahnya efek psikologis berbahaya bisa saja terjadi.