ABC

‘Indonesian Bug‘ Bikin Warga Australia Kerasan di Indonesia

Isu penyadapan ternyata tidak mempengaruhi hubungan antar warga Indonesia – Australia. Sejumlah warga  Australia di Indonesia mengaku tidak merasa ada sikap berbeda dari penerimaan warga Indonesia terhadap mereka. Sebaliknya 'Indonesian bug' istilah untuk menggambarkan rasa kerasan tinggal di Indonesia, malah membuat mereka memutuskan tinggal lebih lama di Indonesia.

Michael Filius, mahasiswa dari Universitas Deakin Australia, berada di Jakarta  tepat ditengah menghangatnya hubungan Indonesia dan Australia karena isu penyadapan yang dilakukan Australia kepada sejumlah pejabat penting Indonesia pada tahun 2009 lalu.

Ia tengah menjalani program study tur selama beberapa pekan di sejumlah kota di Indonesia seperti Padang, Jogjakarta dan Jakarta.

Unjuk rasa ratusan orang yang marah dengan penolakan PM Tony Abbott untuk meminta maaf di depan kedutaan besar Australia menyambutnya di Jakarta.  Fillius mengaku sempat diingatkan untuk berhati-hati oleh keluarganya yang khawatir di Melbourne.

“Ayah saya sempat mengirim email karena dihari kami seharusnya mengunjungi Kedutaan Besar Australia terjadi unjuk rasa..kami diminta untuk menjauh dan berhati-hati..tapi Cuma sekali itu saja kejadiannya..makanya saya berbicara dengan keluarga saya kalau disini keadaan santai dan berjalan seperti biasa dan tidak terpengaruh sama sekali dengan isu penyadapan ini,”

Merasa aman dan baik-baik saja, Filius malah memutuskan untuk memperpanjang masa tinggalnya di Indonesia dengan  berusaha mencari peluang magang di Jakarta selama beberapa bulan mendatang. Filius juga berharap kelak dapat bekerja di Indonesia. Semua impiannya itu diakui karena dirinya sudah tersengat  ‘Indonesian bug’, sebuah istilah untuk menggambarkan rasa kerasan tinggal di Indonesia.

“Banyak sekali kesempatan di Indonesia, pertumbuhan bisnisnya yang pesat, dan saya berharap dapat bekerja disini. Saya kira saya sudah kena ‘Indonesian bugs’ saya sangat senang tinggal disini, meskipun tiap hari macet tapi makanannya enak dan orang-orangnya juga asik.. I love it here!

Bagi Fillius isu penyadapan  yang menyulut pembekuan kerjasama bilateral kedua negara semata adalah masalah antar pemerintah yang tidak berdampak sama sekali pada hubungan antar warga Indonesia Australia.

“Keamanan memang menjadi hal yang penting diperhatikan, tapi disini dilapangan saya tidak melihat isu itu mengubah situasi sama sekali, saya tidak merasa terancam sama sekali juga. Orang-orang membicarakannya karena ada di berita tapi semua orang rata-rata pada berpikir logis dan mampu melihat melampaui isu tersebut.

Program magang di Indonesia

Michael Filius, hanyalah satu dari puluhan mahasiswa asal Australia yang mengikuti program study tur dan magang di Indonesia yang dikelola oleh lembaga magang Internasional. Menurut manager progam ini, Jack McNaught, tahun ini ada 40 orang mahasiswa asing yang hendak mengisi liburan kuliahnya dengan kegiatan magang di sejumlah lembaga di Indonesia.

Peserta program ini adalah mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia dan sejumlah negara lain umumnya Eropa.

Menurut Jack McNaught, kerenggangan hubungan diplomatik Indonesia-Australia gara-gara isu penyadapan, otomatis memicu pertanyaan soal dampak keamanan dikalangan peserta program ini. namun sejauh ini kegiatan mereka tidak terpengaruh dan para peserta program juga tidak ada yang membatalkan kunjungannya ke Indonesia.

“Beberapa peserta ada yang menelpon saya dan bertanya apa di Indonesia aman? Dan saya bilang perhatikan peringatan bahaya dari pemerintah tapi sejauh ini kondisi di Indonesia aman-aman saja dan sejauh ini  belum ada yang membatalkan keikutsertaannya dalam proram ini.”

McNaught mengatakan sebelumnya karena ada larangan bepergian dari pemerintah Australia terutama pasca tragedi Bom Bali, banyak universitas enggan mendorong mahasiswanya ke Indonesia.

Namun kondisi sekarang telah berubah, jumlah peminat program magang kerja di Indonesia semakin meningkat. Selain tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang cukup pesat, Indonesia juga dipilih karena alasan kedekatan geografis.

Sebagaimana Filius, McNaught yang sudah sering kali bolak balik Indonesia – Australia ini juga melihat isu penyadapan tidak berpengaruh pada keseharian dia selama tinggal di Jakarta.

“Secara pribadi berada di Indonesia saya merasa sangat baik-baik saja, saya tidak melihat isu ini berdampak terhadap warga di Indonesia. kita bahkan membuat isu ini sebagai lelucon. Bahkan ketika saya berbicara dengan supir taksi hanya untuk tahu reaksinya ketika mengetahui saya warga Australia – kebanyakan orang tahu ya isu ini – tapi mereka tidak menunjukan  perasaan negatif terhadap saya.  Isu ini tidak mempengaruhi cara warga Indonesia memperlakukan saya.”

Indonesia Australia telah sepakat untuk memperbaharui hubungan kerjasama bilateral. Namun pemulihan itu tampaknya membutuhkan waktu karena Indonesia mengajukan persyaratan berupa penyusunan kode etik dan pedoman kerjasama yang harus dibahas bersama oleh kedua negara.

Baik Filius maupun McNaught berharap hubungan bilateral Indonesia-Australia segera pulih.  Keduanya meminta pemerintah Indonesia dan Australia menghargai upaya panjang yang telah dilakukan untuk memperkuat hubungan antara dua negara bertetangga selama ini.