ABC

Indonesia Umumkan Perjanjian Vaksin COVID-19 dengan Pfizer dan AstraZeneca

Indonesia akan tandatangani kerja sama vaksin dengan perusahaan Pfizer dan AstraZeneca sambil menunggu izin edar vaksin asal China keluaran Sinovac.

Indonesia siap mengamankan vaksin virus corona dari Pfizer dan AstraZeneca, kata Menteri Kesehatan yang baru dilantik pekan lalu, Budi Gunadi Sadikin.

Langkah ini diambil saat menunggu otorisasi untuk memulai program inokulasi dengan produsen lainnya, Sinovac dari China.

Menkes Budi mengatakan kesepakatan 50 juta dosis dengan AstraZeneca akan diselesaikan sebelum akhir tahun 2020 dan kesepakatan untuk dosis yang sama dengan Pfizer pada minggu pertama Januari 2021.

Dalam konferensi pers pertamanya, Budi mengatakan suntikan pertama untuk kedua obat tersebut, yang telah mendapatkan izin edar di banyak negara barat, belum dijadwalkan sampai beberapa bulan ke depan.

Jadi, Indonesia berencana untuk memulai vaksinasi dengan vaksin buatan Sinovac, yang telah diterima oleh Indonesia sebanyak 1,2 juta dosis awal bulan Desember lalu.

Sebanyak 1,8 juta dosis tambahan diperkirakan akan tiba di Indonesia pada Januari 2021, setelah memperoleh izin penggunaan darurat.

Hasil sementara dari uji coba fase ketiga vaksin Sinovac diharapkan akan dikirimkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) bulan depan, setelah pada 23 Desember lalu Sinovac menunda untuk ketiga kalinya pengumuman laporan lengkap tingkat kemanjuran vaksin COVID-19 buatannya.

Tenaga Kesehatan jadi prioritas pertama, lansia masih harus menunggu

Budi mengatakan 1,3 juta pekerja kesehatan garis depan negara akan menjadi prioritas dalam gelombang pertama vaksinasi antara Januari dan April 2021.

“Jadi apa yang kita lakukan pertama kali konsisten yang dilakukan di Inggris, Amerika, semua negara, bahwa tenaga kesehatan merupakan prioritas pertama yang akan kita vaksin,” ujar Budi.

Indonesia saat ini mencatat setidaknya 727.000 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi dan 21.700 kematian, menjadikannya salah satu negara dengan angka kasus dan kematian yang tertinggi di Asia.

Mereka yang bekerja di sektor pelayanan publik akan mendapat giliran berikutnya untuk divaksinasi, diikuti oleh orang-orang berusia antara 18 dan 59 tahun yang berada di “zona merah” infeksi sebagai penerima vaksinasi pada putaran kedua.

Botol Vaksin
Botol vaksin COVISHIELD milik AstraZeneca, sebelum dikemas di dalam laboratorium di Serum Institute of India, Pune, India, 30 November 2020.

Supplied: REUTERS/Francis Mascarenhas.

Indonesia lebih memfokuskan programnya pada rentang usia tersebut dibanding kepada kelompok lanjut usia dalam upaya melindungi penduduk yang bekerja.

Budi menjelaskan, keputusan pemerintah untuk tidak mendahulukan kelompok lansia karena Indonesia masih perlu waktu untuk memastikan bahwa vaksin yang bisa digunakan nanti bisa berlaku untuk kelompok usia di atas 60 tahun.

“Sebagai informasi vaksin Sinovac di luar Bandung, uji klinis yang dilakukan di Turki, Brasil, itu juga diberikan ke orang-orang dengan grup usia di atas 60 tahun.”

Setelah tiga kelompok prioritas tadi, kelompok selanjutnya barulah kelompok lansia.

“Tahap selanjutnya masyarakat lansia, di atas 60 tahun yang jumlahnya sekitar 21,5 juta orang. Kemudian setelah itu masyarakat yang akan divaksinasi,” tuturnya.

Menurut Budi, pemberian prioritas vaksin diputuskan setelah Kementerian Kesehatan berkonsultasi dengan lembaga independen Indonesian Technical Advisory Group on Immunisation (ITAGI) yang memberikan masukan dan saran ke Menteri Kesehatan terkait vaksinasi.

Bambang Heriyanto, Sekretaris Perusahaan Produsen Obat Negara Bio Farma, mengatakan strategi vaksinasi yang diambil Pemerintah akan memungkinkan Indonesia mencapai ‘herd immunity’.

Jika menghitung keseluruhan jumlah dosis vaksin, termasuk yang diumumkan kemarin (29/12), Indonesia telah mengamankan 330 juta dosis vaksin, termasuk sekitar 125 juta dari Sinovac, 50 juta dari Novavax, dan 54 juta dari program vaksin global COVAX.

“Kita sudah men-secure yang pastinya sekitar 330 juta [dosis] dengan opsi juga sekitar 330 juta, sehingga kita sudah secure sekitar 660 juta. Kita ada buffer yang cukup, kalau ada beberapa sumber yang kemudian gagal di uji klinisnya atau juga tertunda proses delivery-nya.”

Vaksin AstraZeneca diharapkan tiba pada kuartal kedua tahun 2021 dan Pfizer pada kuartal ketiga, menurut tampilan presentasi yang disampaikan Budi.

Perusahaan-perusahaan tersebut belum bisa dengan segera berkomentar menanggapi pengumuman ini saat dihubungi oleh kantor berita Reuters.

Reaksi dari warga

Vaksin Pfizer
Seorang petugas kesehatan memegang sebotol vaksin Pfizer/BioNtech COVID-19 di Brussel, Belgia, 28 Desember 2020.

Supplied: REUTERS/Johanna Geron.

Kesepakatan vaksin tersebut mendapat reaksi beragam di jalan-jalan di ibu kota Jakarta pada hari Selasa (29/12).

“Ada banyak penyakit yang belum ada obatnya, tetapi sudah ada obat untuk COVID,” kata penyiar radio berusia 25 tahun, Cindy Lauw.

“Saya hanya waspada.”

Suhaimi, seorang pensiunan berusia 55 tahun, mengatakan dia akan menunggu hasil uji coba, dan berita tentang apakah vaksin itu diizinkan menurut Islam.

Survei bulan Desember oleh lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting menunjukkan, 37 persen dari 1.202 responden bersedia divaksinasi, sementara 40 persen masih akan mempertimbangkannya, sementara 17 persen lainnya akan menolak.

Meski mengakui peran penting vaksinasi, ahli kesehatan publik Pandu Riono memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan vaksinasi.

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa