ABC

Indonesia Intip Peluang Pasar Tenaga Kerja di Australia

Mengantisipasi kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang antara Indonesia dan Australia dalam perjanjian yang dikenal dengan nama IA-CEPA, pihak Indonesia sekarang sedang mengintip pasar tenaga kerja bidang apa saja yang bisa dimasuki oleh pekerjanya.

Namung bidang apapun yang tersedia, faktor kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu kendala besar yang harus diperbaiki.

Hal tersebut mencuat dalam pertemuan antara Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid dengan sejumlah masyarakat Indonesia di Gedung KJRI Melbourne hari Kamis (21/9/2017) malam.

Nusron mengatakan bahwa kedatangannya ke Australia selama beberapa hari adalah berbincang dan mencari masukan dari berbagai kalangan mengenai upaya meningkatkan kehadiran pekerja asal Indonesia di Australia di masa mendatang.

“Dalam rangka pembicaraan kesepakatan IA-CEPA, kita harus mengantisipasi apa yang bisa kita lakukan dari sisi Indonesia untuk mengisi kesepakatan tersebut. Di bidang saya adalah mengetahui dengan pasti kebutuhan apa saja yang ada di Australia yang bisa diisi oleh pekerja asal Indonesia,” kata Nusron dalam acara yang dihadiri wartawan ABC Sastra Wijaya.

Menurut Nusron, sejauh ini ada empat bidang yang dilihatnya potential untuk tenaga kerja asal Indonesia.

"Perawat, hospitality, perkebunan, dan housing services (layanan tugas rumah tangga). Inilah bidang-bidang yang menjadi potensi bagi kita," kata Nusron.

Menurutnya dalam berbagai bidang ini masih ada rincian lagi misalnya seperti di bidang keperawatan, yang masih terbagi dalam berbagai tingkatan, yang tidak semuanya bisa dimasuki oleh pekerja asal Indonesia.

“Di tingkat pertama, dimana perawat harus bisa melakukan penyuntikan dan pembagian obat, mungkin sulit bagi perawat kita memenuhi standar di Australia. Namun di tingkat kedua seperti melakukan tugas membantu orang tua dan anak-anak, hal tersebut bisa dilakukan,” kata politisi asal Golkar tersebut.

Nusron Wahid mengatakan bahwa sekarang pasar tenaga kerja di Australia menjadi salah satu perhatian, selain karena antisipasi perjanjian IA-CEPA, juga untuk memperluas pasar yang sudah dijangkau oleh pekerja Indonesia selama ini.

“Pasar tenaga kerja seperti di Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Timur Tengah sudah terbentuk dan sudah berjalan selama ini,” kata Nusron lagi.

Memberikan penjelasan mengenai mengapa Pemerintah Indonesia masih terus memfasilitasi pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, Nusron mengakui bahwa perekonomian dalam negeri belum bisa sepenuhnya menyerap para lulusan sekolah setiap tahunnnya.

“Setiap tahun ada 2,8 juta angkatan kerja baru. Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi kita berkisar antara 5,0 sampai 5,5 persen per tahun. Dari setiap 0,1 persen pertumbuhan ekonomi tenaga kerja yang terserap adalah 250 ribu orang. Jadi setahun rata-rata yang terserap adalah 1 juta orang lebih kalau pertumbuhan ekonomi naik 1 persen,” tambahnya.

Mengikuti penjelasan Nusron Wahid di Melbourne
Mengikuti penjelasan Nusron Wahid di Melbourne

Foto: Ragil HT Purnomo/KJRI Melbourne

Kemampuan berbahasa Inggris

Namun dalam sesi tanya jawab dengan warga Indonesia yang mengetahui pasar tenaga kerja Australia di Melbourne ataupun di Australia pada umumnya, masalah kemampuan bahasa Inggris dari para pekerja menjadi bahasan utama untuk memperbesar pasar bagi tenaga kerja asal Indonesia.

Menurut Nusron, pemerintah sekarang sudah memfasilitasi bantuan kursus Bahasa Inggris kepada calon juru masak yang dibutuhkan oleh Australia.

"Kita bersedia memfasilitasi kursus Bahasa Inggris itu. Namun BNP2TKI harus mendapat jaminan bahwa mereka sudah memiliki pekerjaan, sehingga biaya untuk kursus bahasa tersebut tidak sia-sia," katanya lagi.

Salah seorang yang hadir dalam acara semalam adalah Yapit Japoetra, seorang agen migrasi asal Indonesia yang berdomisili di Melbourne.

Dia mengatakan salah satu hal yang bisa dilakukan Pemerintah Indonesia adalah melobi Pemerintah Australia untuk meningkatkan kuota bagi working holiday visa yang jumlahnya 1000 orang setiap tahun.

Kuota working holiday visa yang diperuntukkan bagi warga Indonesia yang berusia antara 18-30 tahun dalam beberapa tahun terakhir selalu penuh dalam waktu beberapa bulan saja.

“Hal lain yang bisa dilakukan adalah memperbesar jumlah pekerja musiman pemetik buah. Kerjasama ini sudah dilakukan Pemerintah Australia dengan negara-negara di kawasan Pasifik,” papar Yapit.