ABC

Indonesia Bisa Masuk Pasar Fashion Australia

Kehadiran perancang mode asal Indonesia di Melbourne Fashion Festival yang berlangsung 7 – 13 Maret 2016 diharapkan akan membuka peluang bisnis lebih besar antarkedua negara, karena pasar yang ada saling melengkapi.

Hal tersebut dikatakan oleh Prof Dr Sri Adiningsih, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Indonesia, yang hadir dalam penampilan pakaian rancangan Restu Anggraini di Melbourne Museum hari Kamis (11/3/2016) malam.

Prof Sri Adiningsih berbincang dengan wartawan ABC Sastra Wijaya di Melbourne, Kamis (10/3/2016). (Foto: ABC/Farid M. Ibrahim)
Prof Sri Adiningsih berbincang dengan wartawan ABC Sastra Wijaya di Melbourne, Kamis (10/3/2016). (Foto: ABC/Farid M. Ibrahim)

Restu Anggraini dengan merek rancangannya ETU menampilkan desain baju-baju Muslimah. Dia diundang ke Melbourne karena menjadi pemenang Jakarta Fashion Week.

Australia Indonesia Center (AIC) sudah dua tahun terakhir mengundang pemenang Jakarta Fashion Week hadir di Melbourne Fashion Festival. Restu Anggraini adalah desainer kedua yang hadir, setelah tahun sebelumnya yang tampil adalah Patrick Owen.

Menurut Prof Sri Adiningsih kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L. Sastra Wijaya, fashion Indonesia dan Australia memiliki pasar yang berbeda, sehingga bisa saling melengkapi.

"Kalau kita lihat di Australia, cuacanya kan tidak terlalu dingin atau panas. Jadi desainer Indonesia bisa membuat desain untuk masuk ke pasar Australia. Demikian juga dengan desain Australia bisa masuk ke pasar Indonesia untuk desain yang modis dan profesional." kata Sri Adiningsih.

Oleh karena itu, Sri Adiningsih menyambut baik kerjasama yang dilakukan antara Melbourne Fashion Festival dengan Jakarta Fashion Week.

Selain itu juga Sri Adiningsih melihat bahwa industri kreatif yang antara lain mencakup fashion merupakan ekonomi masa depan Indonesia.

"Ekonomi kreatif itu antara lain entertainmen, film, fashion, dan Indonesia memiliki banyak potensi yang belum digarap dengan baik." katanya.

"Kita lihat saja dari Sabang sampai ke Merauke, kita lihat masih banyak sekali yang belum digarap. Lihat saja misalnya batik, tiap daerah memiliki desain batik yang berbeda." kata Sri Adiningsih lagi.

Sementara itu, Board Chairman Melbourne Fashion Festival Laura Anderson, menyatakan kerjasama di bidang fashion telah meningkatkan hubungan bilateral di antara Australia dan Indonesia.

"Saya berterima kasih kepada Pak Erik dari Kantor Presiden RI serta Pak Jetti Hadi dari Jakarta Fashion Week yang datang khusus ke acara ini," ujar Laura seperti dilaporkan wartawan ABC Farid M. Ibrahim.

Konsul Jenderal RI untuk Victoria dan Tasmania Dewi Wahab di tempat yang sama menyatakan, industri fashion Indonesia telah berkiprah di mancanegara.

"Industri ini mempekerjakan sekitar 2,7 juta orang kebanyakan kaum perempuan," katanya.

Dewi Wahab menambahkan bahwa dunia fashion merupaka area untuk kolaborasi kedua negara dengan mempertemukan sumberdaya kreatif masing-masing.

Direktur Australia Indonesia Centre (AIC) Paul Ramadge menjelaskan, pihaknya mendukung kerjasama di bidang fashion di antara kedua negara, dengan secara konkrit mendatangkan pemenang Jakarta Fashion Week ke Melbourne Fashion Festival sejak tahun 2015:

"Untuk untuk kedua kalinya desainer Indonesia ditampilkan di MFF, dan tahun inidengan desain yang lebih dinamis dan lebih perduli pada aspek budaya," tutur Paul Ramadge.