ABC

India Diminta Terapkan Kemasan Rokok Polos seperti Australia

Para aktivis anti tembakau di India menyerukan agar negara ini mengikuti tindakan Australia menerapkan kemasan rokok polos. Saat ini, negara itu baru mulai menerapkan aturan mencantumkan peringatan ancaman gangguan kesehatan di setiap kemasan rokok.

India adalah salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia. Sebanyak 1 juta penduduk India meninggal tiap tahun akibat kanker yang diakibatkan oleh merokok dan mengunyah tembakau.

Setelah sekian banyak perjuangan lewat pengadilan, pemerintah India sekarang telah mewajibkan peringatan kesehatan di kemasan tembakau, namun aktivis bidang kesehatan mengatakan bahwa peringatan tersebut bersifat lemah.

Dr. Ranga Rao, seorang ahli onkologi di Delhi, mengatakan Ia sudah melihat banyak kasus-kasus yang mengejutkan.

"Saya ingat ada anak perempuan berusia 21 tahun yang merokok sejak usia 13 tahun dan hidup dalam suasana penuh asap rokok- orangtuanya dulu perokok," ceritanya. "Ia pun ikut merokok dan meninggal akibat kanker paru-paru di usia 22 setengah tahun."

Sepertiga warga negara India, yaitu sekitar 400 juta orang, menggunakan tembakau. Biaya mengobati penyakit-penyakit yang diakibatkan tembakau diperkirakan lebih dari 5 miliar dollar Amerika per tahun.

Rokok, tembakau kunyahan dan sejenis rokok berbentuk kasar, yaitu beedi, dihargai murah dan bisa dibeli oleh mereka dari berbagai usia. '

Dr. Monika Arora, dari Yayasan Kesehatan Publik India, melakukan survei pengguna tembakau. Menurutnya, hasil survei tersebut mengkhawatirkan. 

Meskipun sudah ada peringatan, banyak perokok-termasuk anak-anak-tetap menganggap kemasan rokok tersebut menarik. 

"Mereka berkata bahwa kemasannya amat menarik, sampai-sampai, saat mereka melihat salah satu kemasan, mereka tak yakin apakah itu kemasan permen atau rokok." 

Seorang anggota parlemen dari pihak oposisi telah mengajukan rancangan undang-undang yang meminta agar logo dan merek perusahaan dihilangkan dari produk-produk tembakau.

Arora berkata bahwa RUU tersebut didasarkan undang-undang kemasan yang diloloskan di Australia tahun lalu. 

"Bagi Australia, itu merupakan perjuangan besar karena mereka tak memiliki pendahulu, namun, sudah lebih mudah sekarang bagi negara manapun yang mengikuti [tindakan Australia]," jelasnya.

Sebuah studi di Australia mengatakan bahwa kemasan polos mengakibatkan para perokok lebih sering mempertimbangkan berhenti merokok.

Menurut Arora, ada sebagian politisi yang kemungkinan akan menolak diterapkannya kemasan polos.

"Mereka memiliki konstituen yang kebanyakan merokok beedi, jadi ada kepentingan agar mereka melindungi beedi, produk tembakau, produk untuk merokok," ucapnya. 

ABC meminta komentar dua perusahaan tembakau terbesar India: Godfrey Philips, yang sebagian dimiliki Phillip MOrris, dan Indian Tobacco Company, tentang RUU ini. Keduanya tidak merespon permintaan tersebut.