ABC

Importir China dan Produsen Australia Teken Kontrak 1 Milyar Dolar

Permintaan ternak dalam jumlah besar diperkirakan terjadi menyusul kesepakatan yang diraih antara produsen daging terbesar di Australia Barat dengan perusahaan importir asal China ‘Grand Farm’, senilai 1 milyar dolar.

Kesepakatan dengan ‘Grand Farm’ membuat produsen pengolah daging ‘V&V Walsh’ harus mampu menyediakan 500.000 kambing dan 30.000 sapi tambahan per tahun, di tahap awal. (Foto: Landline)
‘Grand Farm’ adalah importir daging merah terbesar di China, namun masih hanya memiliki porsi 1% dalam pasar China. Mereka ingin meningkatkan porsi tersebut menjadi 3%.

Dalam skema kesepakatan tersebut, produsen pengolah daging ‘V&V Walsh’, yang berpusat di Bunbury, akan memulai pelaksanaan kontrak dengan memproses 500.000 kambing dan 30.000 sapi ekstra per tahun.

Perusahaan asal Australia ini juga akan membantu pendirian tempat pembiakan sapi di wilayah otonom Mongolia sebelah dalam atau ‘Inner Mongolia’.

Salah satu pemilik ‘V&V Walsh’, Peter Walsh, mengatakan, kontrak ini menandai awal lonjakan permintaan daging yang harus diantisipasi.

“Ini sangat besar untuk sektor peternakan. Maksud saya, selama ini orang membicarakan China, namun baru sekarang ini mulai terjadi,” urai Peter dengan antusias.

Menteri Pertanian dari negara bagian Australia Barat, Ken Baston, mengungkapkan, kesepakatan tersebut akan memulihkan kepercayaan diri dari sektor pertanian di negara bagiannya.

“Jika konsumsi daging kambing rata-rata di China meningkat 1 kilogram per orang, maka dibutuhkan 65 juta ekor kambing ekstra. Begitu pula dengan peningkatan 1 kg konsumsi daging sapi, maka 6,5 juta ternak sapi tambahan diperlukan. Ini adalah suatu dorongan, yang artinya lapangan pekerjaan, perekrutan, dan kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi di bisnis peternakan,” jelas Ken.

Rob Gillam adalah produsen daging sapi dan domba di wilayah Dongara, 400 kilometer utara Perth.

Ia berujar, kontrak ini dapat mengakibatkan pergeseran produksi, yang tadinya berubah ke biji gandum menjadi kembali ke ternak.

“Ini bisa memberi mereka, khususnya yang memiliki ladang dan hampir balik modal, kesempatan untuk kembali ke bisnis ternak, tapi ya itu semua memang bergantung pada harganya,” tutur Rob.

Geoff Pearson memiliki tempat pembiakan sapi di Myalup, 30 kilometer di utara Bunbury.

Di saat ia mengakui bahwa kesepakatan itu memberi kesempatan fantastis bagi para produsen di Australia Barat, di sisi lain ia juga mempertanyakan apakah negara bagian memiliki pasokan yang cukup.

Rob McConnel adalah kepala agrobisnis pada perusahaan ‘Deloitte Australia’. Ia melihat kontrak tersebut sebagai sebuah langkah yang besar.

“Perjanjian itu sangat penting karena menyangkut tujuan, arus modal serta arus perdagangan,” jelasnya.

Muncul pertanyaan mengenai efek harga yang didapatkan peternak atas produk mereka, mengingat kesepakatan besar itu, secara efektif, dapat membuat ‘Grand Farm’ sebagai ‘penentu harga’, sementara peternak serta produsen pengolah daging Australia sebagai ‘pengambil harga’.

“Setelah berkunjung ke China dan mengamati produk Australia di sana, saya melihat daging Australia premium beredar di pasar-pasar swalayan dan toko eceran ,” imbuh Rob.