Imigran Afrika Tawarkan Masa Depan Cerah Bagi Dunia Olahraga Australia
Joseph Deng adalah bintang olahraga dengan jejak potensi tak terbatas.
Ia adalah pemegang rekor lari 800 meter Australia -yang pada kenyataannya, dicapai setelah memecahkan rekor sebelumnya setelah hampir 50 tahun -di pertandingan Liga Diamond pekan lalu di Monaco.
Bagi atlet lainnya, fakta terakhir itu sendiri akan menjadi satu-satunya fokus perhatian. Tapi ia juga seorang warga Australia asal Afrika. Lahir di sebuah kamp pengungsi Kenya dari orang tua asal Sudan.
Jadi, sehari setelah berita sensasional tentang “geng kejahatan Afrika” di Melbourne semakin diperparah dengan komentar negatif tentang imigran Afrika dari mantan perdana Menteri Australia -Tony Abbott, Deng mau tidak mau tertarik pada kontroversi, yang dibuat-buat atau muncul secara alami, tersebut.
Ia tertempa dan merefleksikan pengalaman itu.
Ia mengatakan dirinya fokus pada upaya, “Diteladani oleh anak yang lebih muda dan berharap mereka mengikuti jejak kita … dan mencapai hal-hal yang baik”.
Deng bertemu media hanya beberapa jam keluar dari pesawat setelah kembali dari Eropa.
Ia didampingi rekan satu timnya dan sesama mantan pengungsi Sudan Selatan, Peter Bol, yang memposting foto terbaik di Monaco dan dirinya sendiri mengukir catatan waktu tak jauh dari rekor itu.
Para pemuda itu menerima bahwa mereka akan menanggung beban lebih banyak dari yang biasanya diberikan kepada olahragawan Australia.
Bol tak menyebutkan nama mantan Perdana Menteri Tony Abbott tetapi menanggapi demikian: “Memang benar. Tetapi pada saat yang sama, saya pikir kami bangga bisa mewakili Australia dan kami dulunya adalah imigran.”
“Kami tak semuanya sama.”
Berteman meski bersaing di lapangan
Pasangan ini menawarkan senyum yang ramah saat mereka menghadapi kamera di pagi hari.
Mereka adalah mitra berlatih, teman serumah dan teman akrab; anak-anak yang datang ke Australia dan menghiasi TV kabel dan disebut-sebut sebagai ujung tombak dari cabang lari jarak menengah Australia, negara yang mengadopsi mereka.
“Kami selalu saling menyemangati dalam latihan dan kami telah berlatih satu sama lain sejak Maret tahun lalu,” kata Deng.
“Kami telah berlomba enam kali. Dan sekarang kedudukannya 3-3, jadi persaingannya cukup bagus.”
“Ini kompetitif di setiap departemen,” tambah Bol.
Deng datang ke Australia pada usia 6 tahun, Bol di usia 10 tahun. Tetapi keduanya tidak menghiraukan kesulitan yang ada, memuji keluarga mereka yang sangat mendukung. Akun media sosial mereka memiliki afirmasi kebanggaan komunitas tanpa politik yang provokatif.
Mereka ingin tetap fokus untuk “berlari cepat”.
“Ini perasaan yang luar biasa,” kata Deng tentang pencapaian bersejarahnya.
“Kami telah bekerja keras cukup lama, itu adalah salah satu tujuan kami dan bisa mendapatkannya, itu benar-benar hebat.”
Pelatihnya, Justin Rinaldi, dengan hati-hati berambisi atas tugas yang diembannya.
“Ia baru saja berulang tahun ke-20. Jika Anda melihat statistik, pemain berusia 20 tahun (dengan catatan waktu) 1 menit 44 detik harus masuk final Olimpiade,” kata Rinaldi.
“Tapi tak ada yang dijamin. Jadi, kami akan menarget final Olimpiade dan pastinya kami akan membidik medali, tetapi saya tidak akan memberikan jaminan untuk itu, tidak mungkin.”
Awal dari sesuatu yang luar biasa
Hanya beberapa hari lalu banyak warga Australia menemukan bahwa mereka memiliki bintang baru kelas dunia.
Sekarang, mereka menyadari bahwa mereka punya dua bintang.
“Saya pikir mereka sama-sama mampu mencapai rekor itu,” kata Rinaldi.
“Anda pikirkan tentang itu, kami punya dua orang yang berlari 1 menit 44 detik, kami telah punya [peraih medali perunggu Commonwealth Games] Luke Mathews dan kemudian kami punya beberapa atlet lain di bawah itu.”
“Jadi semoga ini hanyalah awal dari sesuatu yang luar biasa.”
Rinaldi menunjuk peluang untuk Deng pada bulan Maret di babak kualifikasi Commonwealth Games.
Ia gagal menembus final bergengsi, dan, putus asa, tak mau lari di final kategori lain, karena tidak akan membawa medali.
Tetapi dalam pelajaran tentang kemandirian, ia memutuskan untuk mendukung dan menunjukkan kemampuannya, lari dengan catatan waktu yang bagus. Itu membuat ia terpilih secara agak kontroversial, dan makin terjustifikasi setelah ia masuk final kompetisi itu.
Rinaldi tidak ragu bahwa jika Deng tidak memutuskan untuk menggali dan berlari di kategori final lainnya, memperpanjang musimnya melewati Olimpiade, ia tidak akan berkembang menjadi pemegang rekor 800m yang baru saja dipecahkan.
Antusiasme baru
Selama beberapa minggu sebelum Liga Diamond berlangsung, Rinaldi merasa atletnya mendekati rekor itu. Mereka berlari cepat dalam empat atau lima lomba awal mereka dan tampak sangat santai.
Rinaldi mempertaruhkan pekerjaannya dan terbang bersama istrinya ke Monako.
Ia tak ingin melewatkan momen itu, karena hampir empat tahun lalu ketika atlet lainnya, Alex Rowe, menyamai rekor yang sama, juga berlangsung di Monaco.
Ia memburu rekor itu sendirian di babak kehidupan sebelumnya sebagai juara nasional lari 800 meter
Menyaksikan Deng bertarung hingga tahap akhir, Rinaldi mengenang momen “kegembiraan yang luar biasa”, berlari melalui terowongan untuk merayakannya di ruang tunggu atlet.
“Sebagai seorang atlet, saya cemburu karena saya berharap itu adalah saya,” katanya.
“Sebagai pelatih, saya sangat bangga karena saya pikir itu adalah sedikit atlet yang kami miliki di tim kami selama 50 tahun terakhir.”
Mencari bakat baru asal Sudan
Deng dan Bol bukan satu-satunya atlet Australia keturunan Sudan yang memainkan peran kunci dalam masa depan olahraga Australia.
Perburuan AFL atas bakat atletik ini hampir menjadi berita lama, dengan bintang klub Sydney Swans, Aliir Aliir – baru saja menandatangani kontrak perpanjangan baru di klub itu- menciptakan banyak bintang baru, yang dipelopori oleh Majak Daw.
Sepak bola sedang naik daun, dengan pemuda bernama Bul Juach yang berbakat tampil mengesankan di Canberra. Basket adalah pertandingan yang sangat bagus, dan Boomer serta bintang NBA Thon Maker akan menginspirasi satu generasi.
Manajer program Pusat Unggul Basket Australia, Mert Akdeniz, mengatakan olahraganya “pasti” menargetkan bakat dari komunitas Sudan dan membina hubungan yang kuat dengan para pemimpin komunitas.
Sudah tiga dari 24 posisi dalam program ini dipegang oleh pemain Australia keturunan Sudan. Akdeniz mengharapkan jumlah itu naik.
Untuk saat ini, dua pemuda yang mendapat sorotan di cabang atletik adalah bukti positif dari apa yang bisa ditawarkan imigran ke negara adopsi mereka ketika diberi kesempatan.
Tetapi bersama dengan warga Australia keturunan Sudan lainnya, mereka dipaksa untuk mengukir prestasi di cabang olahraga.
Sejauh ini, bukti yang muncul pada Deng dan Bol adalah bahwa mereka lebih dari mampu.