ABC

IMF Ramalkan Pertumbuhan Dunia Meningkat

Lembaga Dana Moneter Internasional telah mengeluarkan prakiraan pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih tinggi pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.

Namun menurut wartawan ekonomi ABC Peter Ryan, karena ini merupakan prakiraan, maka ramalan itu harus dilihat dengan hati-hati karena IMF sebelumnya tidak menduga akan terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia lima tahun lalu.

Dalam prakiraan terbarunya, IMF meramalkan bahwa ekonomi dunia akan tumbuh 3,7 persen tahun 2014, naik 0,1 persen dibandingkan prakiraan bulan Oktober 2013, dan sebelum naik menjadi 3,9 persen di tahun 2015.

Tumbuhnya kembali ekonomi dunia disebabkan karena pertumbuhan yang berkelanjutan di Amerika Serikat, khususnya setelah tercapainya persetujuan anggaran tahun lalu antara Kongres AS dan Gedung Putih.

IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan turun sedikit menjadi 7,3 persen di tahun 2015, namun pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang akan naik dari 4,7 persen menjadi 5,7 persen.

Namun dalam laporannya, IMF memperingatkan bank sentral berbagai negara untuk tidak mengambil tindakan terburu-buru menaikan suku bunga.

IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan sekarang ini masih lemah dan mengatakan bahwa tindakan terburu-buru untuk menaikan suku bunga akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi terganggu.

Kepala Divisi Ekonomi IMF Olivier Blanchard mengkhawatirkan bahwa inflasi yang rendah sekarang ini bisa menjadi deflasi dan menambahkan bahwa negara-negara Eropa khususnya rawan terhadap tindakan bank sentral karena krisis utang di sana belum terselesaikan.

"Apakah mereka sudah keluar dari bahaya?. Tidak, saya kira mereka masih dalam bahaya. Ada beberapa perkembangan bagus, ada beberapa yang masih mengkhawatirkan. Di sisi ekspor, ada peningkatan ekspor di negara-negara yang mengalami krisis, saya kira ini perkembangan bagus." kata Blanchard kepada wartawan

"Namun permintaan dalam negeri masih lemah, dan ini disebabkan karena suku bunga masih tinggi. Maksud saya adalah kalau anda ingin mendapatkan utang di negeri seperti Spanyol atau Portugal, suku bunganya tinggi, karena itu tingkat pinjaman jadi rendah sehingga membuat bank jadi lebih lemah. Mereka mengalami kesulitan untuk keluar dari putaran ini." kata Blanchard.