ABC

Ilmuwan Sepakati Virus Zika Terkait dengan Kelahiran Bayi Berkepala Kecil

Ada dua perkembangan utama dalam pertempuran melawan virus Zika yang disebabkan nyamuk. Para peneliti di Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat telah membuat terobosan dengan membuat peta 3 Dimensi (3D) pertama dari struktur virus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)-pun telah mengumumkan, sekarang, ada kesepakatan yang kuat di antara para ilmuwan bahwa virus Zika terkait dengan kelahiran cacat ‘microcephaly’.

Dr Grant Hill-Cawthorne, dosen senior dalam bidang epidemiologi penyakit menular di Universitas Sydney, mengatakan, peta 3D adalah perkembangan yang signifikan.

"Apa yang berhasil dilakukan Purdue adalah membuat peta virus itu hampir pada tingkat atom, dan apa yang bisa kita lakukan adalah membandingkan penampakan virus tersebut dengan virus terkait –yakni demam berdarah dan virus West Nile –yang ternyata memiliki beberapa kesamaan," jelasnya.

Ia menerangkan, "Hal ini memungkinkan kami untuk melakukan langkah berikutnya, yakni melihat bagaimana sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang kemudian mengikat virus tersebut dan menghapusnya secara efektif.”

"Itu sangat penting bagi kami, memproduksi terapi sekaligus mengembangkan vaksin," imbuhnya.

Penelitian Universitas Purdue telah dipublikasikan dalam jurnal ‘Science’.

WHO hubungkan Zika dengan microcephaly

Selama berbulan-bulan, para ilmuwan telah memperdebatkan apakah virus Zika menyebabkan kelahiran cacat ‘microcephaly’, yang menyebabkan bayi lahir dengan kepala kecil abnormal dan mengalami gangguan perkembangan otak.

Dalam update mingguannya, WHO menguatkan hipotesisnya tersebut.

"Berdasarkan studi observasional, studi kelompok dan kasus, ada konsensus ilmiah yang kuat bahwa virus Zika adalah penyebab sindrom Guillain-Barre, microcephaly dan gangguan neurologis lainnya," kata WHO dalam sebuah pernyataan.

Sindrom Guillain-Barre adalah gangguan di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian dari sistem saraf, menyebabkan kelemahan, sensasi kesemutan dan kelumpuhan.

Pada bulan Februari, WHO telah menyatakan Zika menjadi darurat kesehatan masyarakat internasional.

Dr Grant mengatakan, pengumuman terbaru ini kembali memunculkan tingkat kewaspadaan.

"Dalam beberapa minggu terakhir, kami telah melihat sejumlah studi yang berbeda, yang telah menunjukkan dengan sangat jelas bahwa, virus ini terhubung ke konsekuensi neurologis yang disebut sindrom Guillain-Barre, di mana orang menjadi lumpuh," jelasnya.

Ia menerangkan, "Dan ada juga sejumlah studi yang telah menunjukkan pertama kali bahwa perempuan hamil dengan infeksi virus Zika beresiko terkena microcephaly dan sudah ada studi prospektif yang bagus tentang hal itu.”

"Sekarang ada cukup banyak bukti yang menunjukkan bahwa kedua penyakit tersebut, setidaknya, terkait dengan infeksi virus Zika," sambungnya.

Dr Grant mengatakan, itu bukan bukti konklusif, tapi itu menunjukkan ada hubungan dengan "tingkat kepastian yang tinggi".

Peringatan WHO juga menyebut enam negara, termasuk Selandia Baru, di mana virus Zika telah menyebar secara lokal, tanpa nyamuk.

"Sepertinya transmisi aktual telah menjadi penyebab dari semua infeksi ini diperoleh secara lokal, sehingga WHO dan CDC [Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS] kini membuat pedoman yang mengatakan -terutama untuk orang-orang yang telah terinfeksi atau berada di daerah resiko -bahwa mereka harus mempertimbangkan untuk menggunakan kondom selama setidaknya enam bulan setelah terkena paparan, untuk memastikan bahwa mereka tak mendapat semacam transmisi seksual."