ABC

Ilmuwan Australia Teliti Mekanisme Pemicu Letusan Gunung Berapi

Ilmuwan Australia menjadi bagian dari sebuah tim yang membuat terobosan, yang bisa menciptakan perbaikan sistem peringatan dini terhadap letusan gunung berapi.

Para peneliti dari Universitas Monash bersama dengan ilmuwan dari universitas di Newcastle, New South Wales, dan Liverpool di Inggris, tengah mengamati sistem pipa alam di dalam gunung berapi, ketika mereka menemukan titik pemicu pada letusan gunung berapi.

Profesor Sandy Cruden dari Fakultas Bumi, Atmosfer dan Lingkungan di Universitas Monash mengatakan, mereka menemukan bahwa setelah penurunan tekanan terjadi dalam pipa internal gunung berapi, letusan kemudian bisa menyusul.

Para ilmuwan telah menemukan penurunan tekanan yang muncul sebelum letusan vulkanik, yang bisa menghasilkan perbaikan sistem peringatan dini. (Foto: AFP/ Atonchile, Carlos Rocuant)
Para ilmuwan telah menemukan penurunan tekanan yang muncul sebelum letusan vulkanik, yang bisa menghasilkan perbaikan sistem peringatan dini. (Foto: AFP/ Atonchile, Carlos Rocuant)

Penurunan tekanan ini, secara potensial, bisa digunakan oleh para volcanolog atau ahli gunung berapi untuk memprediksi letusan, kata Profesor Sandy.

"Pentingnya hal ini cukup signifikan terutama jika Anda adalah bagian dari masyarakat yang tinggal di sebelah gunung berapi. Ide besarnya adalah untuk menata sistem peringatan dini sehingga masyarakatkan bisa diperingatkan dengan tingkat kepercayaan yang besar tentang kapan mereka harus meninggalkan rumah," jelasnya.

Peneliti utama, Dr Janine Kavanagh, dari Universitas Liverpool mengatakan, dengan lebih dari 600 juta orang di seluruh dunia tinggal di dekat gunung berapi yang beresiko meletus, penting bahwa mekanisme pemicu bisa ditingkatkan.

Pemicu sebelumnya yang tidak dikenal juga bisa meringankan "sakit kepala" akibat letusan gunung berapi yang dialami penerbangan sipil, dengan menyediakan peringatan dini dan akurat kepada pihak berwenang tentang kapan mereka harus mengalihkan pesawat.

"Ada juga insentif ekonomi yang kuat untuk memahami penyebab aktivitas gunung berapi seperti yang ditunjukkan pada tahun 2010 oleh letusan Eyjafjallajökull, Islandia, yang menyebabkan gangguan lalu lintas udara di seluruh Eropa selama lebih dari satu bulan, dengan estimasi kerugian 2,3 miliar dolar (atau Rp 23 triliun) pada pendapatan industri penerbangan,” ungkap Dr Janine.

Ilmuwan gunakan jeli dan laser dalam penelitian

Dalam percobaan, para ilmuwan menggunakan sebuah tangki yang diisi dengan jeli dari air berwarna suntikkan, untuk merangsang magma yang bergerak.

Sebuah kamera kecepatan tinggi dan laser yang sinkron digunakan untuk mengamati apa yang terjadi di dalam tangki ketika magma bergerak ke atas.

Para ilmuwan kemudian menemukan, penurunan tekanan yang signifikan terjadi ketika lembaran vertikal bergerak dari magma, yang disebut tanggul atau ‘dyke’, berubah menjadi lembaran horizontal bergerak, yang disebut lapisan batu atau ‘sill’.

Penurunan tekanan menyebabkan magma melepaskan gas terlarut sebagai gelembung, dan gelembung ini menyebabkan magma meluas, dan jika itu terjadi cukup cepat, letusan dapat terjadi, kata Profesor Sandy.

"Ini mirip dengan mencabut tutup dari botol minuman soda yang dikocok – penurunan tekanan menyebabkan pembentukan gelembung dan peningkatan terkait volume menghasilkan tumpahan busa yang meletus dari dalam botol," urainya.

Profesor Sandy mengatakan, para ilmuwan hanya mencoba untuk memahami fisika dasar tentang bagaimana magma bergerak mengelilingi bumi ketika mereka menemukan penurunan tekanan ini.

"[Itu] benar-benar tak terduga dan hasil yang sangat menarik. Kami berharap, para vulkanolog atau ahli gunung berapi akhirnya akan menggabungkan temuan baru ini ke data mereka," kemukanya.