Ilmuwan Australia mengembangkan teknologi untuk mendiagnosa malaria sejak dini

06 May 2014

Ilmuwan Australia mengembangkan teknologi infra merah yang murah dan mudah untuk digunakan untuk mendiagnosa malaria pada tahap awal perkembangannya.

Saat malaria musnah di negara-negara maju, virus nyamuk masih membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahun, yang kebanyakan anak-anak.

Bayden Wood dari Universitas Monash, yang memimpin tim peneliti, mengatakan ia berharap alat baru tersebut akan menghentikan penyebaran penyakit.

"Bila jumlah parasitnya hanya sedikit, akan sangat sulit bagi dokter untuk mengambil dan menelitinya di bawah mikroskop" katanya ke ABC.

"Maka kami beralih ke tahap yang sangat awal, ke tahap sel tunggal, dan dengan melihat ke sel darah merah yang terkena, kita bisa melihat kalau mereka punya tanda asam lemak yang spesifik."

"Kemudian kami berpikir, mungkin kita bisa menggunakannya untuk keperluan diagnosa kami."

Malaria membunuh ribuan orang tiap tahunnya

Meskipun sudah banyak kemajuan yang sangat signifikan dalam pengobatan dan pencegahan penyebaran penyakit, tetapi bagi banyak orang, akses pengobatan untuk penyembutan masih jauh dari realita.

Mr. Wood mengatakan pentingnya teknologi baru infra merah yang tidak memerlukan ilmuwan untuk mengoperasikannya, tidak mahal dan bisa dibawa kemana saja di seluruh dunia.

"Alat ini tipe umum dari teknik kimia yang disebut spectroscopy Attenuated Total Reflection (ATR), dan menariknya, jenis alat ini tersedia di banyak laboratorium kimia,"tambahnya..

"Caranya, letakkan spectrometers yang mudah dibawa-bawa ini di belakang sepeda motor, bawa ke daerah terpencil, lalu lakukan diagnosa disana.

"Semuanya automatis dan hal itu adalah kelebihan lain dari teknis ini."

Mr Wood dan timnya berharap bisa melakukan uji coba dengan ATR ini di Thailand.

Ia berharap uji coba teknologi infra merah iini bisa tersedia di pasaran dalam beberapa tahun.

"Memiliki teknik yang bisa membantu hidup banyak orang sangatlah menarik, 'Mr Wood menambahkan.