ABC

Ilmuwan Australia Ciptakan Robot Tanpa Internet Untuk Bantu Petani

Para peneliti robotika mengatakan, mereka merancang teknologi yang secara khusus akan membantu para petani, bahkan jika internet dan ponsel tak menolong mereka.

Pusat Penelitian Robotika Australia di Universitas Sydney telah melakukan uji coba robot pertanian selama beberapa waktu. Mereka menyebut, teknologi itu bisa digunakan secara komersil untuk para petani dalam beberapa tahun mendatang.

Lembaga itu meluncurkan pusat penelitian baru untuk robotika hortikultura pada hari Kamis (6/10), berkat bantuan dana 10 juta dolar (atau setara Rp 100 miliar) dari lembaga Inovasi Hortikultura Australia (HIA).

HIA yang didanai pemerintah dan petani ini mengatakan, Pusat Robotika dan Sistem Intelijen untuk Inovasi Hortikultura akan mengembangkan teknologi untuk membantu petani kebun buah dan sayur memantau, mengelola dan memanen tanaman mereka.

Direktur penelitian di Pusat Penelitian Robotika Australia, Profesor Salah Sukkarieh, mengatakan, robot ciptaan mereka akan mampu melakukan itu semua tanpa koneksi internet.

"Kekuatan komputasi yang Anda masukkan ke dalam robot cukup untuk melakukan semua pengolahan dan lain sebagainya untuk semua data yang dikumpulkan, sehingga Anda tak perlu duduk di sana dan mencoba untuk memasukkan semua data ke dalam sistem komputer berbasis internet," jelas Salah Sukkarieh.

“Itu menjadi salah satu keuntungan yang unik dalam sistem robot,” tambah Prof Salah.

"Menciptakan teknologi yang akan bekerja di daerah blackspot telah menjadi bagian dari keseluruhan proses desain," kata Salah Sukkarieh.

Profesor Salah mengatakan, robot bergaya ATV (motor segala medan) sudah digunakan dalam uji coba di 10 lahan pertanian di Queensland, New South Wales, Victoria dan Tasmania, tetapi masih butuh beberapa tahun sebelum bisa tersedia secara komersil.

“Itu gambaran kemajuan penelitian. Pertanyaannya kemudian bagaimana kami mulai menerapkan teknologi itu [di luar kelompok awal] terhadap 80% petani, dengan pertanian berskala menengah, di luar sana” utaranya.

Para peneliti sudah mencari cara untuk memangkas biaya teknologinya setelah alat ini tersedia secara komersil.

Pilihan yang dipertimbangkan mencakup cara petani menggunakan teknologi itu, dan apakah membagi teknologi ini ke sejumlah pertanian adalah keputusan yang baik.

"Mungkin ini bukan tentang [semua orang memiliki] robot itu sendiri, mungkin ini adalah subsistem yang bisa Anda tautkan ke belakang traktor dan mengoperasikannya. Ada berbagai peluang," jelas Prof Salah Sukkarieh.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.