ABC

Ilmuan Australia Kembangkan Teknologi Nano Atasi Serangan Jantung

Tim peneliti di Melbourne, Australia, kini mengembangkan teknologi nano untuk mengatasi serangan jantung dan stroke. Bentuknya berupa kapsul nano yang berfungsi mengatasi pembekuan darah yang dialami pasien.

Tim peneliti pada Baker IDI Heart and Diabetes Institute serta Melbourne University telah bertahun-tahun meneliti kemungkinan penggunaan teknologi nano untuk pasien serangan jantung dan stroke.

Hasil penelitian itu telah dipublikasikan dalam Jurnal Advanced Materials pekan ini.

Menurut Christoph Hagemeyer dari Baker IDI, dalam situasi darurat, petugas paramedis bisa memberikan kapsul nano ini kepada pasien yang terkena serangan jantung atau stroke.

Dr Christoph Hagemeyer dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute
Dr Christoph Hagemeyer dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute

 

Jika nanti sudah bisa diproduksi, kata Dr Hagemeyer, obat yang mereka kembangkan ini bisa langsung diberikan di ambulans, sehingga bisa menghemat waktu dalam mengembalikan peredaran darah pasien," jelas Dr Hagemeyer.

Dengan rata-rata 55 ribu pasien terkena serangan jantung di Australia setiap tahunnya, hanya sekitar separuhnya yang bisa mendapatkan pengobatan yang tersedia saat ini.

"Memang obat-obatan yang ada saat ini sangat kritis bagi pasien stroke sebab memiliki sangat banyak efek samping," jelas Dr Hagemeyer.

"Itu sebabnya, obat-obatan itu baru dipergunakan oleh hanya sekitar 5 persen penderita stroke," tambahnya.

Dr Hagemeyer menjelaskan, obat yang mereka kembangkan telah dikapsulkan dalam bentuk kapsul nano, yang memiliki berbagai lapisan berbeda.

"Lapisan ini terhubung oleh poly 2-oxazoline yang sesitif terhadap thrombin yang menyebabkan pembekuan darah. Jadi ibaratnya kita mengambilalih sistem pembekuan darah dan memaksanya mengeluarkan obat," jelasnya.

Jika thrombin di sekitar lapisan yang berbeda pada kapsul nano dicernakan, maka kandungan obat di dalamnya bisa dikeluarkan," kata Dr Hagemeyer.

Dr Hagemeyer menambahkan, obat yang mereka kembangkan ini kemungkinan baru bisa diterapkan ke pasien dalam lima tahun ke depan.