ABC

‘Ijab Kabul yang Menegangkan’: Pasangan Indonesia-Australia Nikah Lewat Zoom

Pandemi virus corona tidak menghalangi rencana pernikahan pria Australia dan gadis Jawa Timur yang melangsungkan pernikahan mereka melalui aplikasi Zoom.

Max Walden dan Shaffira Gayatri terpisah ribuan kilometer jaraknya antara Sydney dan Surabaya.

Namun, keduanya memutuskan untuk tetap melangsungkan pernikahan mereka sesuai dengan tanggal yang sudah direncanakan meski konsepnya harus berubah.

Max yang berprofesi sebagai jurnalis ABC News dan Fira, panggilan akrab Shaffira, sudah merencanakan pernikahan mereka sejak akhir tahun 2019 dan memilih tanggal 20 Juni 2020.

Fira
Fira mengaku jika persiapan akad nikahnya hanya dilakukan satu hari karena keterbatasan waktu.

Koleksi: Shaffira Gayatri

Saat virus corona mulai merebak, Max dan Fira, mulai berpikir realistis tentang rencana pernikahan mereka dan sempat berniat menangguhkannya sampai awal tahun depan.

Tetapi mendekati tanggal 20 Juni, keduanya kembali mendiskusikan kembali rencana pernikahan mereka.

Fira dan Max memang sama-sama menaruh perhatian, minat, dan memiliki pengalaman pada isu-isu pengungsi.

Akhirnya sehari sebelum 20 Juni, setelah meminta pendapat dari beberapa ulama soal mekanisme pernikahan jarak jauh, Max dan Fira memutuskan untuk tetap melangsungkan pernikahan mereka.

Max semakin yakin dengan keputusannya setelah ia ingat Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, juga melangsungkan akad nikah lewat sambungan telepon.

Menurut Fira, pernikahan mereka hanya dilakukan secara agama karena keterbatasan waktu untuk mengurus berbagai dokumen di masa pandemi.

“Baik keluarga saya maupun Max sangat supportive saat kami menyampaikan keputusan kami untuk menikah online. Enggak ada masalah sama sekali, keluarga kami senang.”

“Semua persiapan dilakukan satu hari sebelumnya. Ditemani adik saya, kami membeli make-up, bunga untuk dekorasi, dan memilih baju yang akan dikenakan pada hari pernikahan,” tutur Fira.

Max dan Fira
Max dan Fira sama-sama punya kepedulian soal pengungsi dan memilih 20 Juni sebagai hari pernikahan yang bertepatan dengan Hari Pengungsi Dunia.

Koleksi pribadi

Kekhawatiran terbesar menikah di Zoom

Sabtu, 20 Juni 2020 lalu, Ijab Kabul keduanya dilakukan lewat Zoom dengan dihadiri keluarga dekat di rumah mereka masing-masing di Sydney dan di Surabaya, serta disaksikan oleh teman dan kerabat.

“Ijab Kabul tentu saja menjadi momentum yang sangat menegangkan, karena di Indonesia sangat penting untuk mengucapkannya dalam satu tarikan nafas,” tutur Max.

“[Tapi] menurut mereka yang menyaksikan prosesi tersebut, saya sudah melakukannya dengan baik.”

Sementara Fira memiliki kekhawatiran besar lain dengan prosesi Ijab Kabul lewat Zoom.

Apalagi, koneksi internet di rumah Fira memang sempat terputus sekitar setengah jam lamanya sebelum acara dimulai.

Max Akad
Max dan keluarganya di Sydney saat melangsungkan akad nikah 20 Juni lalu.

Koleksi Shaffira Gayatri

Tapi segala kekhawatiran mereka tidak terjadi.

Rangkaian akad nikah jarak jauh berjalan lancar dengan disambut suka cita oleh keluarga dan sahabat yang menontonnya.

“Max dan Shaffira menemukan cara untuk bisa bersama dan merayakan bersatunya mereka pada hari yang telah mereka rencanakan, melawan rintangan, meskipun faktanya mereka dalam keadaan terkunci dan terpisah 5.000 kilometer di negara masing-masing karena pandemi,” kata Inara Walden, Ibu dari Max.

Selain Inara, yang juga tak kalah berbahagia adalah Civita Patriana, sahabat karib Fira yang juga mengikuti akad nikah lewat Zoom.

“Tapi saat mengikuti di zoom, saya sangat bahagia bercampur haru, sampai menangis juga. Memikirkan mereka berjauhan dan enggak bisa langsung bersama-sama,” tambahnya.

Sudah terlihat serasi sejak awal bertemu

Vita, Max, Fira
Max dan Fira di pernikahan Vita tahun 2017. Vita sudah melihat kecocokan keduanya dan mencoba mempertemukan mereka kembali.

Supplied: Shaffira Gayatri.

Vita adalah sosok yang cukup berperan di balik relasi Max dan Fira.

Saat pertama kali Fira dan Max bertemu di tahun 2017, Vita juga ada di sana dan sudah bisa melihat keduanya memiliki kecocokan.

“Saya kemudian berpikir untuk mempertemukan mereka lagi. Jadi saya … mengajak Max menjadi salah satu Pagar Bagus di pernikahan saya,” tutur Vita yang sudah 11 tahun bersahabat dengan Fira.

Di pernikahan Vita, Max dan Fira kembali berjumpa dan dari sana komunikasi keduanya terus terjalin.

Sebagai seorang sahabat yang mengenal karakter baik Fira maupun Max, Vita menilai, perbedaan karakter keduanya justru saling melengkapi.

“Di luar itu [karakter] mereka beda banget. Tapi justru karena itu menurutku mereka klik karena bisa memberi perspektif yang beda bagi satu sama lain,” ujar Vita.

Mengatasi rintangan budaya

Lamaran Max dan Fira
Perbedaan budaya tidak menjadi rintangan yang menghalangi kedua keluarga dari Australia dan Indonesia ini untuk menjadi satu keluarga besar.

Koleksi Shaffira Gayatri

Selain perbedaan karakter, Max dan Fira juga memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan seringkali mengundang pertanyaan.

Tapi Max mengaku jika perbedaan budaya diantara kedua keluarga tidak terlalu menjadi masalah baginya dan Fira.

Max menambahkan baik Fira atau dirinya punya pengalaman yang membantu mereka mengatasi rintangan budaya.

“Fira menempuh studi masternya di Inggris dan saya telah menghabiskan banyak waktu di Indonesia, jadi kami berdua lumayan punya pemahaman tentang latar belakang budaya yang berbeda,” kata Max yang saat berkomunikasi dengan Fira menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris.

Ibu Max, Inara Walden juga tidak merasa perbedaan budaya sebagai rintangan.

Malah ia mengaku memiliki menantu orang Indonesia dan Muslim justru memperkaya pengetahuannya soal budaya.

“Saya sudah mencintai Indonesia dan merasa sangat tersanjung karena sekarang ada bagian dari keluarga kami di Indonesia, ini sangat istimewa,” tutur Inara.

Max dan Fira Setelah Akad.jpg
Max dan Fira usai mengucapkan ijab kabul hanya bisa saling berdekatan lewat layar.

Koleksi pribadi

Sementara bagi keluarga Fira, kehadiran Max juga langsung disambut baik meskipun datang dari latar belakang budaya yang berbeda.

Apalagi Max sudah mempelajari soal Islam dan menjadi Muslim sebelum bertemu dengan orangtua Fira untuk pertama kalinya pada Juli 2019.

“Untuk keluarga Shaffira, komitmen saya pada Islam sangat penting,” ucap Max.

Fira mengaku jika Max bisa langsung akrab tidak hanya dengan orangtua dan saudara kandungnya, tapi juga dengan keluarga besarnya saat diperkenalkan.

‘Punya energi yang tidak dimiliki pasangan lain’

Kado dari Vita
Boneka ini dipesan Vita sebagai kado pernikahan untuk Max dan Fira dari komunitas Circa, sekaligus sebagai dukungan untuk komunitas supaya tetap berdaya secara ekonomi di masa pandemi.

Koleksi dari Civita Patriana

Setelah melewati satu tahap pernikahan yang dilakukan online, masih banyak yang menanti Max dan Fira di depan.

Salah satunya adalah menggelar pesta pernikahan seperti yang direncanakan semula, yakni di Surabaya dan mungkin di Sydney tahun depan, tergantung perkembangan kondisi pandemi virus corona.

Tapi yang paling ingin segera mereka lakukan saat ini adalah dapat segera berjumpa.

“Karena kami belum bisa bertemu selama enam bulan ini, saya benar-benar menantikan Shaffira datang ke Melbourne,” kata Max.

Rencana itu pun tetap akan menghadapi tantangan baru karena akan ada banyak dokumen yang diurus oleh pasangan beda kewarganegaraan ini untuk mencatatkan pernikahannya.

“Ada masalah beda budaya, paper [dokumen], paper fee [biaya dokumen], travel restrictions [larangan berpergian], dan itu pasti menguras energi. Tapi saya yakin mereka bisa menghadapinya,” kata Vita.

Selamat menempuh hidup baru untuk Max dan Fira!