ABC

Ide Menjual Baju Pengantin Bekas dari Queensland Untuk Menghemat Dana

Sebuah toko barang bekas di kota Brisbane menggelar tur keliling negara bagian Queensland, untuk menjual baju pengantin bekas. Lewat ide ini, ada harapan agar para calon pengantin wanita bisa lebih berhemat.

Toko Wynnum Red Cross telah memiliki koleksi 60 gaun pengantin, lengkap dengn sepatu dan perhiasan, yang berasal dari tahun 50-an.

Berawal dari ide salah satu pekerjanya yang mengumpulkan gaun-gaun pengantin, yang mereka dapatkan dari para penyumbang. Kemudian mereka menggumpulkan dan disimpan dalam satu rak untuk menciptakan kesan 'berbelanja di butik'.

Manajer toko, Victoria Anderson mengatakan lewat jualan gaun pengantin ini adalah memberikan tawaran kepada para calon pengantin wanita untuk lebih berhemat sambil juga mendukung kegiatan amal.

"Ini membantu orang-orang bahwa banyak hal yang memiliki kehidupan kedua dan ketiga, barang-barang yang pernah dicintai pemiliknya, jadi semuanya ada disitu," ujar Anderson.

"Dan hasilnya kita sumbangan sebagai dana bantuan dan kegiatan yang dilakukan untuk Palang Merah, jadi mengajak warga untuk memanfaatkan yang ada, sambil menolong orang lain."

Menurut pengamatannya semakin banyak orang  yang ingin membuat pesta pernikahan dengan biaya yang hemat.

"Tidak semua orang memiliki $50 ribu (sekitar Rp 500.000) untuk pernikahan dan tidak semua orang mau seperti itu [mengeluarkan sebanyak itu]," jelas Anderson. "…justru menemukan sesuatu yang cantik dan bisa dipakai, kemudian dipakainya dengan bangga karena membantu orang lain, ini adalah nilai tambahnya."

Kini toko barang bekas ini sedang melakukan tur keliling negara bagian Queensland, dengan tujuan pertama adalah kawasan Burleigh Waters, sebelum melanjutkan turnya ke arah utara.

Manajer toko, Victoria Anderson dengan salah satu gaun pengantin bekas. Foto: Terri Begley.

Selain gaun, dijual juga akeseoris seperti sepatu dan hiasan lainnya. Foto: Terri Begley

Harga gaun bekas sekitar $500 atau Rp 5 juta, bisa empat kali lebih murah dari gaun baru. Foto: Terri Begley