ABC

Ibu Terpidana Mati Asal Malaysia Minta Australia Lindungi Putranya

Ibu dari seorang mantan pengawal Perdana Menteri Malaysia mengajukan banding kepada otoritas Australia untuk memberikan "perlindungan penuh" kepada anaknya, yang tengah menghadapi hukuman mati di negara asalnya.

Sirul Azhar Umar ditahan oleh otoritas Australia pada bulan Januari ketika Interpol mengeluarkan peringatan penahanan atau ‘red notice’, setelah pengadilan federal Malaysia menjatuhkan hukuman mati secara ‘in absentia’.

Ia tinggal di Queensland dengan putranya yang berusia 15 tahun, sebelum penangkapan itu terjadi dan adanya tuduhan pembunuhan atas seorang penerjemah asal Mongolia.

Ibunda Sirul Azhar Umar, Piah Samad, mengatakan, ia "berdoa untuk keselamatan dan keamanan" anaknya.

Kasus ini secara diplomatis sungguh menantang karena Australia tak akan mengekstradisi siapa pun yang terancam hukuman mati di luar negeri.

Korban tewas berusia 28 tahun, Altantuya Shaariibuu, ditembak dua kali dalam sebuah hutan di luar Kuala Lumpur, dan tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak setingkat militer, hanya menyisakan fragmen tulang, rambut dan jaringan tubuhnya sebagai barang bukti.

Seorang mantan anggota unit tindakan khusus Kepolisian Malaysia, Sirul Azhar, mengaku, ia diperintahkan untuk membunuh perempuan itu tetapi tidak pernah mengungkapkan siapa yang memberi perintah itu.

Pada saat itu, ia adalah seorang pengawal untuk mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, yang sekarang menjabat sebagai Perdana Menteri, Najib Razak.

Ibunda Sirul Azhar melakukan perjalanan ke Australia sebagai bagian dari "misi kemanusiaan" yang diatur oleh oposisi Malaysia, Partai Islam Malaysia (PAS).

Piah Samad mendesak pemerintah lokal untuk memberikan putranya "perlindungan penuh di Australia".

"Lebih aman di Australia daripada kembali ke Malaysia," katanya.

Saudara perempuan Sirul Azhar, Noriatin Umar juga ikut berkunjung ke Australia bersama dengan anggota Parlemen Malaysia, Mahfuz Omar, dan juru bicara urusan luar negeri PAS, Dr Syed Azman.

Altantuya adalah simpanan salah satu penasihat terdekat PM Najib, yakni Abdul Razak Baginda, yang juga didakwa namun kemudian dibebaskan dari pesekongkolan pembunuhan warga Mongolia itu.

Pelaku kunci pembunuhan masih bebas

Telah lama diduga bahwa Altantuya dibunuh karena ia mengetahui kasus suap selama negosiasi tingkat tinggi di pemerintahan.

Sirul Azhar mengatakan, ia belum pernah bertemu Altantuya sebelum malam kematiannya, pada bulan Oktober 2006.

Anting-anting, cincin dan jam tangan perempuan itu ditemukan di jaket Sirul Azhar ketika rumahnya digeledah.

Bulan lalu, Sirul Azhar mengatakan kepada media Malaysia melalui telepon, bahwa ia diperintahkan untuk membunuh Altantuya.

"Pelaku kunci pembunuhan masih bebas," katanya kepada portal Malaysiakini.

Delegasi PAS berencana untuk mengunjungi Sirul Azhar di pusat penahanan Villawood, pada Selasa (3/3).

"Mudah-mudahan besok kami akan menemukan sesuatu," sebut Dr Syed.

Sementara anggota Parlemen Mahfuz mengatakan, tak ada permintaan ekstradisi resmi yang telah dibuat oleh Malaysia.

Ketika ditanya mengapa seorang pejabat partai oposisi Malaysia terlibat dalam kasus ini dan apa yang diharapkan, Dr Syed mengatakan: "Misi kami lebih ke arah kemanusiaan. Itu sebabnya kami membawa ibu dan adiknya [Sirul Azhar]."

"Ini bukan soal mengambil keuntungan apapun. Kami ingin semua orang Malaysia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kasus ini," kemukanya.

Selama kunjungan empat hari, kelompok ini berencana untuk bertemu dengan sejumlah kelompok HAM dan politisi setempat.

Dr Syed menolak untuk mengatakan anggota Parlemen mana yang telah didekati.

Ibu Sirul Azhar mengatakan, ia "berdoa untuk keselamatan dan keamanan" anaknya.