ABC

Hubungan Dagang Aborijin dan Makassar di Australia

Sudah lama diperkirakan kalau interaksi penduduk asli Australia dengan orang-orang  Eropa secara resmi dimulai setelah pemukiman masyarakat kulit putih. Tapi masyarakat Aborijin Yolngu di Northern Territory mengatakan bahwa mereka telah berdagang dengan orang-orang Indonesia selama ratusan tahun sebelum pemukiman masyarakat Eropa dimulai.

Apa yang kita ketahui adalah bahwa orang-orang Aborijin dari pantai utara Australia telah bepergian ke Asia Tenggara jauh sebelum para pemukim kulit putih tiba di Down Under.

Cerita ini adalah bagian dari program ‘Curious Darwin’, serial baru dimana Anda dapat mengajukan berbagai pertanyaan kepada ABC.

Peringatan: Artikel ini berisi gambar-gambar masyarakat Aborijin yang meninggal
Kathryn Oldcastle, seorang akuntan berusia 27 tahun dari Sydney, bertanya kepada kami apakah kelompok masyarakat Asia telah bertemu atau berdagang dengan kelompok masyarakat Aborijin di pantai utara NT. 

Makasar praus
Prau Makassan di lepas pantai Raffles Bay dekat semenanjung Coburg dilukis oleh L. Breton pada tahun 1839.

Foto: Campbell Macknight

Jadi, dengan siapa masyarakat Aborijin telah membangun hubungan? Jawabannya tidak bisa langsung.
Kapan waktu pasti masyarakat masyarakat Aborijin telah mulai melakukan hubungan dengan masyarakat luar telah lama menjadi topik perdebatan, sejumlah riwayat lisan dari warga Aborijin mengatakan perdagangan itu telah dimulai ratusan tahun sebelum Kapten Cook tiba, dan sejarawan memperdebatkan waktu yang lebih baru. 

Para pelaut dari Sulawesi di Indonesia, yang dikenal sebagai orang ‘Makassan’ (yang sekarang dikenal dengan Makasar) telah tiba di Australia utara setidaknya pada abad ke-18, mereka memulai perdagangan internasional yang sudah berusia 200 tahun.

Situs pengolahan teripangorang-orang Makassar
Sebuah tempat pembuatan dna pengolahan trepang di Raffles Bay yang digambar oleh L. Breton pada tahun 1839.

Disertakan: Campbell Macknight

Suku Makassan mendapati kawasan Top End atau Ujung Atas Australia sebagai kawasan yang melimpah dengan komoditi kulit kura-kura, kerang mutiara dan teripang – atau sea cucumber – yang bisa dipanen dan dijual di tengah perdagangan yang berkembang pesat di China. 

Masyarakat Aborijin Yolngu dari Arnhem Land juga telah bepergian ke Makasar dan sekitarnya – ke negara-negara seperti Singapura dan Filipina – dengan menumpang di atas kapal penduduk Makassan. 

Di Sulawesi, orang Yolgnu tinggal di antara masyarakat setempat, menjalin hubungan, belajar bahasa, dan memiliki keluarga. 

Penemuan teripang memulai hubungan khusus antara dua budaya yang masih ada sampai sekarang.

Pertemuan pertama

Perdagangan dan kontak dengan orang-orang Makassan terjadi selama ratusan tahun, jauh sebelum Inggris tiba, kata Gathapura Mununggurr, seorang ranger senior dari Dhimurru Aborigin Corporation di Yirrkala, di timur laut Arnhem Land. 

Sebuah gambar orang Makassar di Port Essington
Orang Makassan di Port Essington di Semenanjung Coburg pada tahun 1845, oleh H.S Melville.

Campbell Macknight

“Sejarah itu, dan hubungan perdagangan dengan orang-orang Yolngu dan sejarah kehidupan selama waktu itu masih ada,” kata Mununggurr. 

“Dan orang-orang menari, bernyanyi tentang mereka [orang Makassan], dan sangat penting saat ini bagi orang-orang Yolngu untuk mengingat mereka – mereka [orang Makassan] telah datang, dan mereka adalah kontak pertama untuk orang-orang Yolngu. 

“Semua dimulai sebelum orang kulit putih datang, dan berlanjut juga sesudahnya.” 

Tembakau, alkohol, kain belacu, kain, beras, dan pisau termasuk barang yang diperkenalkan ke Arnhem Land melalui kemitraan dagang ini. 

Selama waktu itu, bahasa antar budaya berkembang hingga mencakup 300 kata bersama, seperti rupiah (uang) dan balanda (orang kulit putih). 

Gambar kayu dari prau Makassan
Sebuah prau di pantai dan tiga sampan di Teluk Carpentaria pada tahun 1886.

Perpustakaan NT

Ahli bahasa dan akademisi Michael Cooke mengatakan bahwa kontak pertama dilakukan sebelum permukiman di Eropa, sebuah pandangan yang sesuai dengan cerita Yolngu. 

“Itu pasti sebelum pemukiman Eropa, tapi tidak diketahui secara pasti berapa lama, 300 tahun adalah perkiraan yang bagus,” kata Dr Cooke.

Tapi tidak semua orang setuju.

Sejarawan berselisih

Profesor Campbell Macknight telah menghabiskan waktu selama 50 tahun dalam masa hidupnya dan pekerjaannya yang didedikasikan untuk penelitian semacam itu,

yakni memeriksa periode sejarah bahwa perdagangan trepang berkembang pesat di China untuk membantu menentukan kapan orang Makassan pertama tiba di Australia.
“Jika kita melihat ekspor trepang dari Makassar ke China sekitar 1780, mereka tiba-tiba booming,” katanya.

Kapten pedagang Teripang Makassar, kapten Pobassoo
Kapten laut Makassar terkenal 'Pobassoo', digambar oleh William Westall pada tahun 1803.

Campbell Macknight

“Ada ledakan besar dalam jumlah trepang yang masuk dan pasti datang dari Arnhem Land – ini menjelaskan ledakan pasokan tersebut, mengingat China bisa mengambil sebanyak yang mereka bisa dapatkan. 

“Ada banyak argumen tentang waktu pasti mengenai jejak karbon radio [perdagangan] itu dan sebagainya, tapi kenyataannya, mereka mulai datang ke Arnhem Land sekitar tahun 1780.”

Penanggalan karbon tersebut mengacu pada pendudukan manusia dari sebuah gua di Groote Eylandt, yang oleh antropolog dari Dewan Tanah Anindilyakwa mengatakan bahwa mereka berumur 500 sampai 600 tahun. 

Tapi tidak diketahui berapa umur lukisan ‘Makassan Prau’, atau ‘perahu orang Makasssar’, yang dilukis di dinding gua.

Lukisan gua sebuah rumah Makassan
Sebuah lukisan gua Aborigin mengenai rumah Makassan atau rumah asap di Arnhem Land Barat.

Campbell Macknight

Konsultan warisan Mike Owen dari kelompok sejarah Past Master setuju dengan booming perdagangan trepang terjadi pada abad ke-18, namun ia mempercayai bahwa orang-orang Makassan datang ke Australia sejak setidaknya pertengahan 1600-an. 

“Saya pikir ada bukti kontak yang bagus antara Aborijin Yolngu, dan banyak kelompok yang berbeda, untuk waktu yang sangat lama, mereka [orang Yolngu] berbicara tentang pemburu paus dan pekerja logam.”

1873 foto orang Aborijin di Makassar ditemukan

Ada beberapa generasi cerita turun temurun di masyarakat Aborijin Yolngu yang mengatakan bahwa orang-orang mereka telah melakukan perjalanan ke Sulawesi, juga ke Manila, Dilli dan Singapura. 

Orang Aborigin di Makassar
Mungkin satu-satunya foto petualang Aborigin di Makassar yang dikenal, diambil pada tahun 1873.

Museo Nazionale Pigorini

Profesor Macknight baru-baru ini menemukan foto-foto mengenai masyarakat Aborijin di Makassar yang diambil pada tahun 1873 di sebuah museum di Roma. 

Baru setahun kemudian, sebuah ekspedisi pada tahun 1874 yang mencari emas di Arnhem Land menemukan seorang pria Aborijin yang berbicara dalam bahasa Inggris. Dia mengatakan kepada kelompok itu bahwa dia telah mempelajari bahasa Inggris tersebut dalam perjalanan ke Singapura.

“Begitu anda sampai di Makassar ada kapal-kapal yang melaju ke mana-mana, Anda bisa naik sebuah kapal dan pergi ke Singapura atau Dili, atau ke mana pun, karena Anda bisa masuk sebagai kru kapal,” kata Profesor Macknight. 

“Dan tentu saja, banyak orang Aborijin memiliki kata-kata perintah yang masuk akal mengenai bahasa Makassar.”
Ada banyak temuan orang Aborijin di Makassar pada awal 1823, dimana seorang gubernur jenderal Belanda yang berkunjung membuat sebuah catatan: “Sangat hitam, tubuhnya tinggi, dengan rambut keriting, tapi tidak keriting seperti orang Papua, kaki panjang, bibir tebal. dan, secara umum, mereka tumbuh dengan cukup baik. “

Ikatan keluarga

Lebih dari 30 tahun yang lalu, Dr Cooke melakukan kunjungan lapangan berasma mahasiswa dan staf dari Batchelor College ke Ujung Padang untuk menyelidiki hubungan keluarga dan bahasa antara masyarakat Yolngu dan Makassar. 

Djalinda Yunupingu di Garanhan
Djalinda Yunupingu – di foto ini dengan gambar batu – ikut pergi dalam studi lapangan ke Ujung Padang.

Foto: Dhimurru Aborigin Corporation / Emma Barker

Mereka menemukan hubungan keluarga antara mereka yang berada dalam kelompok tersebut dan seorang wanita tua Makassar karena ayahnya, seorang Kapten laut trepang bernama Hussein Dang Rangkar, juga telah melahirkan seorang anak laki-laki dan perempuan di Arnhem Land. 

“Salah satu di kelompok kami adalah cucu buyut ayah wanita tua ini [sang kapten laut],” kata Dr Cooke.

“Kelompok kami yang lain memiliki ikatan hubungan dari pernikahan, karena suami wanita ini adalah cicit buyut pria yang disebut wanita sebagai saudara tirinya.” 

Djalinda Yunupingu, penasihat budaya senior dari Dhimurru Aboriginal Corporation, sedang dalam perjalanan itu, dan mengatakan bahwa diketahui kapten laut tersebut telah bertemu dengan seorang wanita Yolgnu di Arnhem Land dan menjadi ayah bagi anak-anaknya. 

“Saya bertemu dengan wanita tua itu [di Ujung Padang], dan saat kami kembali, mungkin beberapa hari kemudian dia meninggal dunia,” katanya. 

“Dia hanya ingin bertemu dengan sekelompok orang Yolngu.”

Formasi batuan dan situs suci

Campbell Macknight di situs batu Yirrkala
Campbell Macknight dengan para penjaga hutan Dhimuru di sebuah situs gambar batu di Yirrkala.

Dhimurru Aborigin Corporation / Emma Barker

Di Yirrkala di timur laut Arnhem Land, terdapat lebih dari 50 formasi batuan – yang dikenal sebagai gambar batu – didokumentasikan oleh Profesor Macknight, rekannya Bill Gray pada tahun 1967. 

Pasangan ini kembali ke lokasi itu untuk pertama kalinya tahun lalu, di mana formasi menunjukkan rincian dari ‘prau Makassan’; sebuah rumah dengan delapan ruangan; tempat trepang diproses; kano-kano mengumpulkan trepang; perapian batu; dan kayu bakar.

“Mereka ditempatkan di sana untuk mewakili orang-orang Makassar yang datang ke pantai kami untuk mengumpulkan trepangs,” kata Yunupingu.

“Menjaga tempat itu sebagai tempat suci dimana orang bisa pergi kesana dan melihat-lihat dan pergi ke tempat itu dan melihat bagaimana kita terhubung dengan orang-orang Makassar.”

Apa yang tersisa?

Pohon asam di Milingimbi
Pohon asam banyak tumbuh di pantai, Milingimbi. Diambil pada 1 Januari 1950.

Perpustakaan NT

Garis pantai Arnhem Land juga penuh dengan temuan-temuan arkeologi, seperti tembikar, pisau, dan koin.

Pohon asam juga diperkenalkan oleh tetangga-tetangga di bagian utara, dan pada sebuah pohon Milingimbi berusia lebih dari 100 tahun yang masih berdiri.

“Kita semua tahu bahwa dengan meletakkan pohon asam, mereka ada di sana,” kata Yunupingu. 

Owen percaya pohon asam yang ada di lapangan golf Gardens di Darwin ditanam di sana oleh orang-orang Makassar, yang menurutnya berarti mereka telah tiba di Darwin, tapi mungkin tidak menemukan trepang, dan lebih tepatnya bisa jadi mereka mengincar lilin dari pohon palem.
“Mereka memotong pohon palem, memasak minyaknya dan membekukan lilin untuk membuat lilin dan tali layar dan segala jenis barang – komoditas penting pada masa itu,” kata Owens.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.