Hubungan Australia-Indonesia Kunci Stabilitas Asia Pasifik
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan ingin melihat hubungan Indonesia-Australia yang lebih erat untuk mendorong stabilitas di kawasan Asia Pasifik.
Dalam pidato kunci yang disampaikan pada Northern Australia Defense Summit di Darwin, SBY mengatakan saat ini merupakan saat paling penting bagi negara-negara ASEAN untuk bersatu, dan bahwa Australia dan Indonesia harus memimpin hal itu.
“Kedua negara menghadapi lingkungan geopolitik yang menjadi lebih cair dan bahkan mudah berubah dalam beberapa tahun terakhir,” kata SBY.
Dia mengungkapkan keprihatinan atas “hubungan yang menurun di antara negara-negara utama”, dan yakin bahwa dunia sedang menuju ke situasi “depresi geopolitik”.
“Kepercayaan strategis menurun tajam, persaingan kembali terjadi, dan pendekatan berbahaya menjadi pilihan, banyak ketidakpastian dan ketidakstabilan dalam politik global,” kata SBY.
“Indonesia dan Australia dapat bekerja sama untuk memastikan keseimbangan dinamis di kawasan ini, dimana kemitraan tidak akan menghasilkan konflik baru, ketegangan lebih besar, dan kembalinya divisi merugikan era Perang Dingin,” paparnya.
Trump harus terlibat di Asia
SBY menggunakan pidatonya untuk mengkritik Pemerintahan Donald Trump di AS karena pendekatannya terhadap wilayah tersebut.
"Presiden Trump belum mengartikulasikan kebijakan pemerintahannya di Asia," kata SBY.
“Tapi mengingat keasyikannya dengan China, dengan defisit perdagangan AS, dengan Laut China Selatan, Presiden Trump tentu harus secara aktif melibatkan negara-negara Asia Timur dan ASEAN, dengan atau tanpa doktrin kebijakan,” katanya.
Menanggapi ketidakpastian tersebut, dia mendesak negara-negara ASEAN untuk mengadopsi posisi “ASEAN-first” – sama seperti sikap Presiden AS Trump “AS-fist” – untuk mencegah aliansi negara Asia Tenggara itu memburuk.
Komentar SBY disampaikan pada saat berlangsung latihan gabungan antara Angkatan Udara RI dan AU Australia di Kota Darwin.
Latihan ini merupakan yang terbaru dalam rangkaian kegiatan militer bersama yang diadakan di Northern Territory dan Queensland utara.
Maraknya prakarsa bilateral antara Australia dan tetangganya dijadikan contoh pentingnya posisi Kota Darwin di kawasan Asia Pasifik.
“Bagaimana kita bisa tidak menyadarinya selama ini?” kata Profesor John Blaxand, pakar strategis dan pertahanan di Institut Asia Tenggara Australian National University (ANU).
"Darwin adalah pintu gerbang ke wilayah yang dinamis," jelasnya.
Kolaborasi ke depan
Hubungan antara Australia dan AS di Darwin diperkuat dengan peningkatan jumlah Marinir AS dua kali lipat menjadi 2.500 orang pada tahun 2020.
Sementara itu, kehadiran Singapura di Queensland utara juga akan meningkat, direncanakan jumlah pasukannya meningkat dari 6.000 menjadi 14.000 orang.
Kedua negara tersebut menginvestasikan sekitar $ 2 miliar di Australia utara.
Bentuk kerjasama seperti inilah yang ingin dilihat SBY antara Australia dan Indonesia.
Profesor Blaxland mengatakan bahwa hal itu bukan saja mungkin dilakukan, tapi juga penting.
“Ada cakupan sangat luas untuk meningkatkan kolaborasi Australia dan Indonesia. Kita melihat di Darwin hari ini adanya latihan antara Angkatan Udara Indonesia dan Angkatan Udara Australia,” katanya.
“Menunjukkan manfaat kolaborasi, berbaur dan saling mengenal satu sama lain, saya kira hal itu merupakan jalan masa depan.”
Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.