ABC

Hoa Pham Penulis Australia Menemukan Jati Diri Setelah Mengunjungi Negeri Asal

Perjalanan ke negara asalnya Vietnam menjadi perjalanan spiritual bagi penulis yang pernah memenangkan penghargaan, Hoa Pham, dan membantunya menerima identitasnya sebagai seorang Australia keturunan Asia.

Hoa Pham started writing books for children because she knew what it was like to feel left out.

Her parents had come to Australia from Vietnam in the 1970s to study and they settled in Hobart, where Hoa was born. But childhood wasn’t always easy for Hoa, and as an Asian-Australian she says she wasn’t comfortable with the “hyphen” in her identity.

“In my primary school, there were only three Asian people and two of them were me and my brother and so I didn’t really get the sense of being Vietnamese and being proud of it until later in my life,” she says.

At the age of 15, Hoa saw an interview with Chinese-American author Maxine Hong Kingston and realised she wanted to be a writer like her.

She began writing books for children from non-English-speaking backgrounds because she wanted them have stories they could relate to.

“The freedom and power of imagination is the best,” she says.

In her first novel ‘No one like me’ Hoa writes of an isolated schoolgirl, Huong, who feels there is no one like her at school.

Ghosts and spirits are also recurring themes in her works. But while her writing often deals with darkness, there’s always a light at the end of the tunnel. It’s a theme that clearly resonates with readers: Her fifth novel ‘The Other Shore’ recently won the Viva Novella 2 prize for 2014.

A journey to home, and back

In 1997 Hoa visited Vietnam for the first time – it was a journey that did not turn out quite as she expected.

“I just felt really displaced because it appeared to me that I was more Australian than Vietnamese,” she says.

During her trip Hoa had the opportunity to travel with Vietnamese Zen Buddhist monk and peace activist Thich Nhat Hanh. She began to feel a connection to the land and realised that while she was not Vietnamese, the country was in many ways her spiritual home.

Hoa met other Vietnamese-Australian artists living in Melbourne, like Chi Vu, Dominic Golding and Phuong Ngo, and as she became part of a community she began to finally embrace her identity.

With a group of like-minded artists she co-founded ‘Peril’ in 2007, an Asian-Australian online magazine of art and culture that works to represent Asian-Australian perspectives and creativity.

“I looked at Ricepaper from Canada and Hyphen in America and felt that we should have something like these Asian diasporic magazines here in Australia,” she says.  

The publication invites submissions along themes including political and cultural commentary as well as fiction and poetry.

“Occasionally, I wonder if we still need Peril given the success of writers like Alice Pung, Tom Cho and Nam Le,” she says. “But then something happens, like the proposed amendments to 18C in the [Australian] Racial Discrimination act and it shows we still need critical racially-specific debate in Australia.

“I’ve been told that it’s the only magazine that Asians can feel is about them and for them. We received Australia Council funding six years in a row which speaks for itself really.”

The drive to tell stories that represent a broad range of experiences remains Hoa’s inspiration.

“I think the more Asian stories out there the better," she says. 

– See more at: http://www.australiaplus.com/international/2014-07-21/vietnameseaustralian-writer-finds-herself-at-home-in-stories/1343257#sthash.MgL3z0sl.dpuf

Hoa Pham menulis buku anak-anak karena ia tahu bagaimana rasanya terisolir.

Orangtuanya datang ke Australia dari Vietnam di tahun-tahun 1970-an untuk belajar dan mereka menetap di Hobart, dimana Hoa lahir. Namun masa kecilnya tidaklah mudah, dan sebagai seorang Australia keturunan Asia, ia mengatakan, ia tidak merasa nyaman dengan identitasnya.

"Di SD saya, hanya ada tiga orang Asia, dan dua diantaranya adalah saya dan saudara laki-laki saya. Jadi saya tidak benar-benar merasa sebagai seorang Vietnam dan merasa bangga waktu itu, " katanya.

Pada usia 15, Hoa melihat wawancara dengan penulis Amerika keturunan Cina, Maxine Hong Kingston, dan menyadari bahwa ia ingin menjadi penulis seperti Kingston.

Ia mulai menulis buku untuk anak-anak dari latar belakang tidak berbahasa Inggris karena ia ingin mereka membaca cerita-cerita yang mirip dengan kisah mereka.

"Kebebasan dan kekuatan imaginasi adalah yang terbaik," katanya.

Dalam novel pertamanya 'No one like me' Hoa menulis tentang seorang murid sekolah yang terkucil, Huong, yang merasa bahwa tidak ada orang yang seperti dia di sekolah.

Hantu dan roh sering menjadi tema dalam bukunya. Namun meskipun tulisannya seringkali mengenai kegelapan, selalu ada sinar di ujungnya. Itu adalah tema yang jelas melekat diantara pembacanya. Novelnya yang kelima 'The Other Shore' baru-baru ini memenangkan Hadiah Viva Novella 2 untuk 2014.

Di tahun 1997 Hoa mengunjungi Vietnam untuk pertama-kalinya – kunjungan itu ternyata tidak seperti yang diharapkannya.

"Saya merasa tidak nyaman karena nampaknya saya lebih merasa sebagai orang Australia daripada Vietnam," katanya.

Dalam kunjungan itu Hoa berkesempatan melakukan perjalanan bersama biksu Zen dan aktivis perdamaian Vietnam, Thich Nhat Hanh. Ia mulai merasakan pertalian dengan tanah airnya dan menyadari bahwa meskipun ia bukan orang Vietnam, tapi negara itu dalam banyak hal adalah rumah spiritualnya.

Hoa bertemu dengan beberapa seniman Australia keturunan Vietnam lainnya di Melbourne, seperti Chi Vu, Dominic Golding dan Phuong Ngo. Dan ketika ia menjadi bagian dari sebuah komunitas, ia akhirnya bisa menerima identitasnya.

Bersama seniman-seminan yang sehaluan, ia mendirikan 'Peril" di tahun 2007, sebuah majalah online seni dan budaya Australia-Asia yang berusaha menampilkan perspektif dan kreativitas Australia-Asia.

Publikasi ini mengundang sumbangan artikel seperti komentar politik dan budaya serta fiksi dan puisi.

"Saya mendengar bahwa Peril adalah satu-satunya majalah yang membuat komunitas Asia merasa bahwa ini adalah majalah mereka. Buktinya, kami menerima dana dari Australia Council enam tahun berturut-turut."

Dewan Australia (Australian Council) adalah badan pemerintah yang banyak memberikan bantuan untuk proyek-proyek multikultur di Australia.