ABC

Hasil Penyelidikan Pelecehan Seksual di Lembaga Keagamaan

Sejumlah cerita mengerikan tentang pelecehan seksual anak-anak di Australia, terungkap selama persidangan terbuka yang digelar oleh Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse atau Komisi Khusus sejak September 2013 sampai Maret 2017.

Setelah lima tahun persidangan terbuka yang secara emosional melelahkan, Komisi ini akan menyerahkan laporannya kepada Gubernur Jenderal Australia pada hari Jumat (15/12/2017) pekan ini.

Inilah garis besarnya:

  • Sebagian besar dari 57 studi kasus terkait dengan organisasi dan institusi tertentu, sedangkan kasus lainnya menyoroti isu lebih luas seperti ganti rugi dan tuntutan hukum, peradilan pidana, perawatan di luar rumah dan perilaku seksual berbahaya di kalangan anak-anak di sekolah.
  • Lebih dari 400 hari persidanang, menghadirkan 1.200 saksi.
  • Komisi tidak mungkin mengadakan persidangan atas semua institusi yang dilaporkan para korban dalam sesi tertutup.
  • Sebagai gantinya, Komisi memilih studi kasus dengan memperhatikan berapa banyak yang melaporkan pelecehan di institusi atau kelompok institusi tertentu; ketersediaan saksi dan dokumen; apakah kasus tersebut sistemik; perlunya meliputi berbagai institusi dan persyaratan pemeriksaan diadakan di semua negara bagian dan terotori.
  • Persidanbgan disiarkan langsung secara online, memberi kesempatan mengikuti kegiatan Komisi baik di ibukota atau pedalaman.

Berikut ini petikan dari sejumlah institusi keagamaan yang diselidiki Komisi:

Salvation Army

Ratusan anak-anak dilecehkan secara seksual di rumah anak-anak Salvation Army di Queensland dan New South Wales pada tahun 1960an dan 1970an, demikian disampaikan dalam persidangan Komisi.

Selama studi Kasus 5 – satu dari tiga studi kasus di Salvation Army – Komisi mendengarkan rincian pelecehan di rumah anak-anak di Indooroopilly and Riverview di Queensland, serta Bexley dan Goulburn di New South Wales.

Alkira Salvation Army Home for Boys at Indooroopilly
Salah satu rumah panti asuhan yang dijalankan Salvation di Indooroopilly, yang diperiksa oleh komisi khusus pada 2014.

Supplied

Saksi korban memberikan keterangan bahwa mereka diseret dari tempat tidur dan diperkosa oleh petugas Salvation Army. Mereka dipaksa berhubungan seks dengan anak laki-laki lainnya dan dimasukkan ke dalam kandang atau diarak di sekitar lapangan sebagai hukuman atas pelanggaran ringan.

“Setelah lampu padam sekitar pukul 19:00 setiap malam, Letnan Sprat keluar dari ruangan dalam kegelapan sehingga tidak ada yang melihat apa yang dia lakukan. Setiap kali saya mendengar pintunya terbuka, saya berpikir, saya berharap dia tidak datang ke tempat tidurku.”

“Ketika saya mendengarnya masuk ke tempat tidur orang lain, saya merasa lega karena dia tidak menggangu saya malam itu…”

"Saya coba menjelaskan kepada anak-anak baru, saat petugas Salvation Army tidak mengawasiku, untuk membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan kepada Anda, karena jika tidak melakukannya, Anda harus melakukan sesuatu yang tidak Anda kehendaki." – Saksi FP, 29 Januari 2014. Simak keterangannya di sini.

Komisi tersebut mengatakan anak-anak di rumah Bexley di Sydney “disewakan” kepada orang asing yang melakukan pelecehan seksual terhadap mereka. Disebutkan bahwa “jaringan pedofil” memiliki akses terhadap anak laki-laki di asrama tersebut.

“Saya masih mengenakan baju, yang terus saya tarik menutupi alat kelamin saya. Tapi dia terus menarik bajuku. Saya sangat kesal, meraih celana dan berlari keluar ruangan. Saya naik kereta api ke Bexley, dan berjalan kembali ke rumah. Pada saat saya tiba hari sudah gelap.”

“Wilson menungguku, dan dia membawaku ke kantornya. Sku menceritakan kepadanya apa yang terjadi, namun terus bilang, ‘Ini orang-orang baik yang saya kirim kepadamu’.”

"Dia kemudian mencambuk saya sekitar 18 kali, dan menyuruh saya tidur." – Saksi FV, 30 Januari 2014.

Petugas Senior Salvation Army mengakui bahwa di masa lalu, organisasi tersebut tidak memiliki kebijakan dan proses untuk melindungi anak-anak.

Komisaris James Condon kepada Komisi menjelaskan bahwa lembaga ini tidak lagi berfokus untuk melindungi reputasinya, namun menempatkan korban terlebih dahulu.

Studi Kasus 33 mengungkap bagaimana Salvatore menangani tuduhan pelecehan di Southern Territory dan secara khusus di Eden Park Boys’ Home, Australia Selatan; Box Hill Boys’ Home dan Bayswater Boys’ Home di Victoria serta Salvation Army Boys’ Home (juga dikenal sebagai Hollywood Children’s Village), di Nedlands, Australia Barat.

Bayswater Boys' Home historic photo
Rumah panti asuhan Bayswater Boys' Home di Victoria.

Supplied

Seorang korban selamat memberikan keterangan bahwa dia dilecehkan secara seksual setidaknya 200 kali oleh anak laki-laki lebih tua dan oleh petugas Salvation Army di Eden Park.

Komisi menyimpulkan anak-anak di rumah tersebut ketakutan untuk melaporkan pelecehan, tak berdaya menolak pelecehan, dan tidak ada yang dilakukan untuk menghentikan staf dan petugas melecehkan anak-anak tersebut.

Dalam studi Kasus 10, Komisi meneliti bagaimana Salvatore menangani laporan dari korban selamat di Eastern Territory antara tahun 1989 dan 2014.

Disebutkan bahwa Salvation Army gagal menindaklanjuti laporan pelecehan, menutupi pelecehan dan melindungi pelaku, enggan memberikan kompensasi kepada korban atau menawarkan uang ganti rugi yang murah dengan imbalan mencegah korban berbicara tentang pelecehan yang mereka alami.

Komisi mendengar seorang Mayor di Salvation Army mengaku melakukan pelecehan seksual terhadap gadis pada tahun 1989 namun tetap meraih kenaikan jabatan sampai posisinya berakhir tahun 2014.

Gereja Anglikan

Pelecehan seksual di panti asuhan New South Wales antara tahun 1940an dan 1980an, pengaduan pelecehan yang ditutupi di sejumlah sekolah swasta terkemuka di Australia, serta keterangan saksi korban sebuah jaringan pedofil yang beroperasi di Church of England Boys’s Society (CEBS), merupakan beberapa hal yang diperiksa oleh Komisi dalam delapan kali pemeriksaan di lingkungan Gereja Anglikan.

Korban selamat dari North Coast Children’s Home di Lismore menungkapkan kepada Komisi, para staff, pastor dan pengawas telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di sana.

“Kami tidak punya sepatu. Kami tidak punya pakaian. Saya ingat suatu saat harus duduk di meja sekitar 10 jam sebagai hukuman karena saya tidak akan makan yang mereka berikan. Sebab jika kita muntah mereka akan membuat kita memakannya.”

"Ada pelecehan seksual di menara lonceng. Itu tempat favorit karena terpencil, tidak ada yang akan datang ke sana." – Saksi CK, 18 November 2013.

Komisi telah meminta Keuskupan Tasmania, Adelaide, Sydney dan Brisbane untuk memberikan bukti penanganan pelecehan seksual di CEBS.

"Antara usia 10 dan 14, saya diasuh dan dilecehkan saat menghadiri kegiatan dan kamp CEBS. Awalnya, pelecehan terjadi di Paroki Gembala Baik, Plympton, di Australia Selatan. Pelecehan ini melibatkan dorongan dari pemimpin CEBS mengenai aktivitas seksual di antara anak laki-laki di bawah panggung di aula gereja dan di kamp. Saya juga dilecehkan secara seksual dalam konteks satu lawan satu oleh setidaknya satu pemimpin CEBS di paroki tersebut, dan oleh Robert Brandenburg, komisaris CEBS untuk negara bagian." – Saksi Mark King, 2 Februari 2016.

Dalam menangani laporan pelecehan di Keuskupan Anglikan Newcastle, Komisi menemukan adanya masalah sistemik yang memungkinkan sekelompok pelaku pelecehan beroperasi di keuskupan selama 30 tahun.

Laporan tersebut mengungkap Uskup Newcastle Alfred Holland dan Roger Herft menunjukkan lemahnya kepemimpinan, dan para terduga pelaku tidak dimintai tanggung jawab.

Beberapa pastor Anglikan ternama di Australia juga dimintai keterangan oleh Komisi untuk menjelaskan peran mereka dalam menangani laporan pelecehan seksual.

Peter Hollingworth
Mantan Gubernur Jenderal Dr Peter Hollingworth tiba di pengadilan untuk memberikan kesaksian dalam pemeriksaan Royal Commission.

AAP: Dan Peled

Pada Februari 2016, mantan Gubernur Jenderal Australia dan Uskup Agung Brisbane Peter Hollingworth menyampaikan permintaan maaf secara pribadi kepada seorang korban selamat dalam persidangan Komisi di Hobart.

Korban memberikan keterangan bahwa dia telah menyampaikan ke Dr Hollingworth mengenai John Elliott yang melecehkannya secara seksual, namun Dr Hollingworth membiarkan Elliott tetap menjabat sebagai Rektor Dalby di tahun 1990an.

“Saya mengakui sepenuhnya bahwa tindakanku salah arah, keliru dan merupakan kesalahan penilaian yang serius. Saya sangat menyesali hal itu,” kata Dr Hollingworth.

“Kesalahan mendasar yang saya buat yaitu gagal memahami dampak jangka panjang dari pelecehan seksual anak-anak. Dalam hal ini, saya gagal memenuhi kebutuhan Anda sebagai prioritas pertama saya.”

"Untuk BYB dan keluarganya, saya sangat menyesal karena tidak cukup peka terhadap kebutuhan Anda. Secara khusus, saya menyadari tindakan saya pasti telah menambah kesulitan Anda. Untuk ini saya sangat menyesal." – Peter Hollingworth, 3 Februari 2016.

Mantan Uskup Agung Anglikan Adelaide, Ian George, juga meminta maaf kepada korban selamat di Komisi tersebut, dengan mengatakan seharusnya dia bertindak lebih awal dalam kasus pedofil terkenal Bob Brandenburg.

Pelecehan seksual di dalam Gereja Anglikan

Komisi meminta Gereja Anglikan memberikan data tentang laporan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang diterima keuskupan itu antara 1 Januari 1980 dan 31 Desember 2015.

Ada 1.082 orang yang melaporkan kejadian pelecehan seksual dalam 1.115 laporan pengaduan ke 22 keuskupan Gereja Anglikan.

Dari keluhan tersebut, 74 persen melibatkan dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dimulai pada periode 1950 sampai 1989.

Proporsi terbesar insiden dugaan penyalahgunaan pertama (25 persen) terjadi pada tahun 1970an.

Dalam jenis kelamin pelapor tercatat 75 persen adalah laki-laki dan 25 persen perempuan.

Usia rata-rata korban adalah 11 tahun untuk anak perempuan dan laki-laki.

Waktu rata-rata antara kejadian pelecehan dan laporan pengaduan adalah 29 tahun.

Dari tersangka pelaku yang diidentifikasi, 247 ditahbiskan sebagai pastor; 285 orang awam dan status 37 tersangka tidak diketahui.

94 persen dari tersangka pelaku adalah laki-laki, dan 6 persen adalah perempuan.

Newcastle's Anglican Christ Church Cathedral, generic
Gereja Anglikan di Newcastle.

ABC News: Dan Cox

Keuskupan Anglikan telah membayar total kompensasi hampir $ 31 juta dengan rata-rata pembayaran sekitar $ 67.000.

Pada akhir 2016, 500 peserta pemeriksaan tertutup melaporkan bahwa mereka dilecehkan secara seksual sebagai anak di institusi Gereja Anglikan.

Sebagian besar institusi tersebut tidak dipertimbangkan dalam studi kasus.

Ketua Komisi membuat 84 rujukan kasus ke polisi di semua negara bagian dan Wilayah Ibukota Australia sehubungan dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang melibatkan Gereja Anglikan.

Akibatnya ada empat penuntutan hukum dan 23 kasus saat ini sedang diselidiki.

Korban atau terdakwa telah meninggal dalam tujuh kasus dan delapan kasus lainnya sedang menunggu keputusan.

Komunitas Yeshivah Yahudi ultra-ortodoks

Pelecehan seksual anak-anak yang ditutupi dan pengucilan korban di komunitas Yeshivah Yahudi ultra-ortodoks di Melbourne dan Bondi mendapat sorotan Komisi dalam studi Kasus 22.

Komisi mendengar walaupun ada sejulah laporan pelecehan yang dilakukan pelaku seperti Shmuel David Cyprys, Rabbi David Kramer dan Daniel Hayman, mereka ini tetap saja berhubungan dengan institusi tersebut.

Komisi mendengar keterangan Yeshivah College di St Kilda (Melbourne) menutupi kejahatan pelecehan anak berkali-kali yang dilakukan Cyprys, yang dipekerjakan oleh sekolah tersebut.

“Penemuan ini secara fisik membuatku muak. Saya merasa sangat bertanggung jawab bahwa seharusnya saya berbuat lebih banyak di tahun 2003, sehingga dia tidak dapat berada di sekitar anak-anak.”

“Tidak ada keraguan dalam pikiranku bahwa Yeshivah Center dan beberapa rabi mengetahui kecenderungan David kepada anak laki-laki. Meskipun demikian, dia masih bekerja sebagai satpam. Hal ini memberi David akses kepada anak-anak.”

"Menurut pendapat saya, pemikiran pertama para pemimpin Yeshivah Center adalah melindungi Yeshivah dan reputasinya – bukan saya, atau anak-anak yang lain." – Saksi "AVA", 2 Februari 2015.

Manny Waks
Manny Waks, whistleblower peleceghan seksual anak-anak di kalangan Yahudi.

ABC: Sophie McNeill

Whistleblower Manny Waks dan ayahnya Zephaniah Waks memberikan keterangan bahwa mereka diintimidasi oleh komunitas Yeshivah setelah mengumumkan pelecehan tersebut.

“Sebenarnya saya dihubungi beberapa warga komunitas itu, dan mereka bilang bahwa orang-orang anti-Semit senang dengan kesaksian dan publisitas saya seputar masalah ini, dan jika saya peduli dengan komunitas, saya akan langsung berhenti melakukan hal itu.” – Manny Waks, 2 Februari 2015.

Komisi menyelidiki konsep Yahudi “Mesirah” dalam persidangan.

Disebutkan beberapa orang Yahudi percaya bahwa mereka dilarang oleh hukum Yahudi untuk melaporkan orang Yahudi lainnya kepada otoritas sekuler seperti kepolisian.

"Saya terkejut dengan hal itu, karena konsep ‘Mesirah’ sebenarnya, Anda bisa menjadi target kematian. Dengan makna harfiahnya, Anda berpotensi menjadi sasaran sah untuk dibunuh, karena Anda bekerja sama dengan pihak berwenang. Sekarang, saya tidak pernah merasa hidupku terancam, tapi ini menyoroti parahnya memegang konsep ini." – Manny Waks.

Pemeriksaan komunitas Yeshivah merupakan salah satu yang paling banyak diikuti termasuk di komunitas tertutup mereka.

“Apapun yang terjadi di sini saat ini dilihat di luar negeri dan akan berakibat di luar negeri. Saya tahu itu bukan tugas Anda tapi saya dapat meyakinkan bahwa temuan di sini sehubungan dengan komunitas ini juga akan berkonsekuensi positif di luar negeri. Sebab komunitas itu serupa, terikat dan bukan hanya komunitas Chabad yang akan terpengaruh. Juga komunitas ultra-ortodoks yang lebih luas di dunia, terutama Amerika Serikat tapi juga Israel.” – Zephaniah Waks, 3 Februari 2015.

Zephaniah Waks testifies at the abuse royal commission in Melbourne
Zephaniah Walks memberikan kesaksian dalam pemeriksaan Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse.

ABC News

Di gereja Katolik

Tingkat pelecehan seksual anak-anak yang mengejutkan terjadi di lingkungan Katolik Australia dan akhirnya terungkap dalam pemeriksaan Komisi.

Dalam 15 pemeriksaan terbuka yang berfokus pada Gereja Katolik, ada 261 saksi memberikan keterangan.

“Kejadiannya sangat mirip. Anak-anak diabaikan atau lebih parah, dihukum. Tuduhan tidak diselidiki. Para imam dan petugas keagamaan dipindahkan.”

“Paroki atau komunitas tempat mereka dipindahkan tidak tahu apa-apa tentang masa lalu mereka ini.”

“Dokumen tidak disimpan atau dihancurkan. Kerahasiaan diterapkan seperti halnya menutu-nutupi. Para imam dan petugas keagamaan tidak ditangani dengan baik dan hasilnya seringkali tidak mewakili kejahatan mereka. Banyak anak menderita dan terus menderita dari pengalaman mereka di beberapa institusi Katolik saat mereka dewasa.” – Penasihat Senior Membantu Gail Furness, 6 Februari 2017.

Gail Furness SC, Counsel Assisting the Royal Commission
Gail Furness SC dalam dengar pendapat publik di Sydney.

AAP: Jeremy Piper

Atas permintaan Komisi, Gereja Katolik di Australia mengumpulkan dan memberikan data tentang jumlah laporan pelecehan seksual yang mereka terima.

Dipercaya bahwa ini merupakan data pertama yang dikumpulkan oleh Gereja Katolik dimanapun di dunia ini.

Data ini menunjukkan antara Januari 1980 dan Februari 2015, ada 4.444 orang melaporkan pelecehan seksual terhadap anak-anak kepada 93 pejabat Gereja Katolik.

Laporan ini terkait dengan lebih dari 1.000 institusi keagamaan terpisah.

Secara keseluruhan, 7 persen pastor yang bertugas di Australia antara tahun 1950 dan 2010 dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak.

Dari pelapor, 78 persen adalah laki-laki dan 22 persen perempuan.

Ada 1.880 yang diduga pelaku, 90 persen di antaranya laki-laki dan 10 persen perempuan.

Penasihat Komisi menjelaskan keterangan korban selamat dari empat institusi Christian Brothers di Australia Barat sebagai “sangat menyiksa”.

"Pengalaman terburuk dalam hidupku diperkosa dan disiksa secara seksual dan disiksa secara fisik dan mental oleh sejumlah saudara seiman dan pastir di Bindoon. Bukan satu, dua, tapi sembilan pelaku seksual individual. Saya tidak pernah bisa melupakan hal ini. Serangan dan hukuman adalah norma, sejak awal bagi saya. Sebagai anak, saya belajar bahwa mengatakan yang sebenarnya hanya akan menyebabkan lebih banyak rasa sakit dan penderitaan.Yang benar tidak pernah berlaku di mata orang dewasa yang ditugaskan mengasuh saya." – Saksi VV, 29 April 2014.

Penanganan laporan pelecehan di Keuskupan Agung Melbourne, Sydney, Adelaide, Perth dan Canberra, Maitland-Newcastle, Toowoomba dan Rockhampton semuanya diperiksa oleh Komisi.

Sekolah Katolik dan peran Dinas Pendidikan Katolik di Keuskupan Agung Melbourne dan Keuskupan Toowoomba juga mendapat sorotan.

Persidangan atas Keuskupan Ballarat termasuk yang terpanjang selama penyelidikan dan menarik audiens terbesar secara online.

Gordon Hill, abuse survivor
Gordon Hill dilecehkan secara seksual oleh pastor di panti asuhan St Joseph di Ballarat.

ABC News: Charlotte King

Komisi tersebut menyimpulkan “kegagalan kepemimpinan yang fatal” mengakibatkan ratusan anak-anak dilecehkan di Ballarat.

“Saya pertama kali disiksa seorang imam di St Joey saat berusia sekitar lima tahun. Suatu hari, saya sedang membersihkan tangga ubin ketika salah satu biarawati mencengkeram telinga saya dan berkata, ‘Bapa ingin membersihkan kamu, 29’.

“Saya dimasukkan ke salah satu ruangan mengerikan dimana saya dibuat telanjang dan masuk ke bak mandi tua. Seorang pastor memberiku minum. Setelah selesai minum, saya pingsan. Ketika siuman, saya kesakitan sekali. Saya berdarah dari punggung sampai ke bawah. Alat kelamin dan bagian bawah tubuhku yang terburuk dan sakit seperti terbakar,” katanya.

"Saya kemudian mengetahui bahwa ada bekas gigitan pada kemaluanku. Ketika saya terbangun, pastor tersebut menyuruhku keluar dan mendorongku keluar ke tempat biarawati yang telah menyuruhku menemui pastor itu. Dia menertawakanku dan menyuruhku kembali bekerja." – Saksi Gordon Hill, 7 Mei 2015.

Skema ganti rugi Keuskupan Agung Melbourne bernama Respon Melbourne, dan proses Menuju Penyembuhan, yang berlaku di keuskupan-keuskupan Katolik lainnya, diperiksa dalam tiga persidangan dan dikritik karena kurangnya independensi mereka.

Pada bulan Februari 2017, ketua Komisi telah merujuk 309 kasus yang berkaitan dengan pelecehan di Gereja Katolik kepada kepolisian di semua negara bagian dan Wilayah Khusus Ibukota Canberra.

Dua puluh tujuh penuntutan hukum telah dimulai dan 75 kasus lain sedang diselidiki.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.