ABC

Harga Wol Australia Tertinggi Dalam Sejarah

Produsen wol Australia mengalami kondisi terbaik dalam beberapa dekade terakhir karena harga wol melonjak ke rekor tertinggi berkat peningkatan permintaan yang kuat.

Ukuran terluas dari harga wol, yakni Indikator Pasar Timur (atau Eastern Market Indicator), memulai perdagangan pekan ini hanya dengan 6 sen dari rekor 1.436 sen per kilogram yang dicapai pada bulan Juni 2011.

Para analis industri memprediksi momentum harga saat ini lebih bertahan dibandingkan lonjakan lima tahun lalu, yang didorong oleh kekurangan suplai -yang disebabkan oleh kemerosotan industri selama krisis keuangan global.

Direktur eksekutif Dewan Eksportir dan Pemroses Wol Australia, Dr Peter Morgan, mengatakan, kenaikan harga saat ini didukung oleh permintaan yang kuat dan terus menerus dari China.

"Sepertinya penawaran dan permintaan menunjukkan keseimbangan yang wajar, jika tak demikian, maka permintaan sedikit lebih kuat," kata Dr Peter.

Banyak produsen wol dengan kualitas lebih baik mengalami peningkatan sekitar 20 persen sejak Juli tahun lalu dan sudah mengalami rekor tertinggi.

Meski demikian, langkah untuk memasok wol yang kasar lebih diredam, dengan margin antara wol halus berkualitas baik dengan wol kasar lintas jenis berkembang, dari sekitar 10-25 persen, selama enam bulan terakhir.

Dr Peter mengatakan, itu adalah cerita yang sama di Australia Barat di mana wol dilelang di luar Fremantle.

Peter Small
Produsen wol, Peter Small, mengatakan, kondisi lonjakan permintaan wol saat ini bahkan lebih baik dibanding pada tahun 1951.

Supplied: Terry Sim, Sheep Central

Lebih baik dari lonjakan wol 1951

Produsen wol, Peter Small, dari distrik barat Victoria mengatakan, dua atau tiga tahun terakhir adalah momen terbaik yang bisa ia ingat dalam industri ini.

“Saya berusia 76 tahun dan saya ingat lonjakan wol di tahun 1951. Semua orang di Birchip membeli mobil Ford baru, tapi itu sangat singkat dan hanya berlangsung enam bulan,” kenang Peter.

Peter mengelola 6.000 domba merino di peternakan Gritjurk-nya, di dekat wilayah Coleraine, negara bagian Victoria. Ia juga menjalani posisi yang tak biasa dengan menjadi seorang prosesor, mengirim wol untuk pemintalan dan pabrik di China.

“Kembali di tahun 2010 ketika wol seharga $ 10 (atau setara Rp 100 ribu) per kilogram, saya membuat prediksi harga itu akan naik dua kali lipat sebelum akhir dekade ini, dan saya berpegang teguh pada prediksi itu,” ujarnya.

"Kami sedang menuju ke harga wol merino $ 60 (atau setara Rp 600 ribu) per kilo, saat itulah nilai uangnya serius," kata Peter.

Sisi lain dari lonjakan permintaan wol ini, seperti harga domba yang menjadi sekitar $ 105 (atau setara Rp 1,05 juta), juga membantu pendapatan peternakan meningkat tajam.

Investasi besar dalam pemrosesan China

Peter sangat percaya pada lonjakan permintaan wol dari China yang sedang berlangsung, setelah baru saja kembali dari perjalanan ke Shanghai untuk mengunjungi operasi pengolahan miliknya.

China adalah pembeli terbesar dari wol, membeli sekitar 75 persen dari produksi.

Ekspansi China lebih dari sekedar mengisi kekosongan pembeli Italia, yang jatuh dari pangsa pasar sekitar 20 persen menjadi kurang dari 5 persen, setelah gagal pulih dari runtuhnya industri yang disebabkan krisis keuangan global.

Industri tekstil India yang besar juga semakin penting, dan sekarang membeli hampir 10 persen dari wol Australia.

"Saya telah menyaksikan investasi besar-besaran dalam pengolahan wol di China selama beberapa waktu," sebut Peter.

“Dua hal akan terjadi, prosesor yang tak efisien akan terdorong keluar dan harga akan naik dan itu bagus untuk industri,” ungkapnya.

Dan bagaimana perkiraan Peter?

“Orang-orang yang terus setia dengan wol halus walau mengalami masa sulit akan menuai imbalannya,” ujarnya.

Diterjemahkan pukul 11:00 AEST 19/1/2017 oleh Nurina Savitri dan simak pelajarannya dalam bahasa Inggris di sini.