Harga Teripang Makin Meningkat

Harga beberapa spesies teripang tampak meningkat sepuluh kali lipat selama 10 tahun terakhir. Peningkatan nilai tersebut didorong oleh persediaan teripang di seluruh dunia makin sedikit, sementara ada permintaan besar dari China.

Hal ini diungkapkan dalam hasil studi nilai ekspor teripang. Penulis laporan tersebut adalah Steve Purcell dari Southern Cross University di Australia.

Ada beberapa spesies teripang yang dijual dalam bentung dikeringkan di pasar China dengan harga hingga 2.950 dollar Amerika (Rp 34 juta) per kilogram.

Menurut Purcell, kenaikan harga ini memicu pemancingan beberapa spesies secara berlebihan.

"Spesies-spesies tersebut ditangkap oleh nelayan miskin di negara berpenghasilan rendah. Di negara-negara macam itu lah persediaan teripang cenderung menipis, dan ada spesies yang terancam hilang dari kawasan tertentu," ucapnya.

Tempat pemancingan teripang Australia ada di pantai Queensland, Wilayah Utara Australia dan Australia Barat.

Salah satu proyek terbaru Wilayah Utara Australia adalah berupa proyek bersama di pulau Groot Eylandt, di teluk Carpentaria. Yang terlibat adalah perusahaan Aborigin Aminjarrinja Enterprises Aboriginal Corporation dan perusahaan pemroses dan pengekspor bahan makanan dari laut, Tasmanian Seafoods.

Panen teripang pertama baru diraup proyek ini tahun lalu.

Menurut ketua perusahaan Aminjarrinja, Keith Hansen, proyek ini ramah lingkungan. "Tasmanian Seafoods di Darwin mengembangbiakkan teripang muda dan membawa mereka ke sini," ucapnya, "Jadi, kita tak hanya memanen, kita juga langsung memulihkan persediaannya."

Menurut Hansen, seluruh teripang dari Groote Eylandt dijual ke pasar China. "Dari sini ke Darwin, lalu ke Melbourne, dimana mereka akan dikeringkan, kemudian dijual dalam bentuk balok ke China," katanya.

Industri ini baik bagi kawasannya karena ramah lingkungan, menguntungkan, dan "Penduduk sini adalah penduduk air asin. Mereka hidup dengan laut dan mereka sudah ada hubungan dengan produk ini sejak dahulu," jelas Eylandt.