ABC

Harga Rumah Dijalan Bernama Konyol Jauh Lebih Murah

Jika Anda mencari rumah yang terjangkau di pinggiran kota yang anda dambakan, mungkin anda perlu mencarinya di jalan dengan nama paling konyol.

Harga rumah di jalanan dengan nama konyol jauh lebih rendah daripada rumah di jalanan terdekatnya, demikian kesimpulan sebuah studi yang ditemukan oleh siswa di sebuah sekolah di negara bagian Victoria, Australia.

Para pelajar puteri di Sekolah Menengah Sacred Heart College (SHC) di Geelong, Victoria, melakukan penelitian dibawah bimbingan kepala bagian sains di sekolahnya, Adam Cole.

Para siswa itu berhasil mengidentifikasi 27 jalan di Victoria yang memiliki nama-nama konyol, termasuk Butt Street (jalan pantat), Wanke Road (jalan rugi) dan Fanny Street (jalan vagina).

“Kami meneliti jalan-jalan tersebut di Google Maps dan menemukan dua jalan yang berdekatan dengan nama yang relatif normal,” kata Dr Cole.

Bekerja dengan staf dari Biro Statistik Australia (ABS), University of Sydney dan sebuah agen real estat di Melbourne, para siswa itu kemudian menganalisis penjualan rumah di jalan-jalan tersebut selama 47 tahun terakhir.

Mereka menemukan bahwa harga properti di jalanan dengan nama-nama yang konyol ternyata sekitar 20 persen lebih rendah daripada properti di jalanan yang memiliki nama pada umumnya.

Sebagaimana laporan itu mencatat, jumlah itu setara dengan penghematan sebesar $ 140.000 (Rp 1,4 miliar) dari harga rata-rata rumah di Melbourne.

Rasa malu menurunkan harga

Untuk mengeksplorasi alasan di balik temuan mereka, para siswa tersebut kemudian mengamati perilaku 323 orang dewasa terhadap nama jalan yang konyol tersebut.

Sepertiga dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka tidak akan senang tinggal di jalanan dengan nama seperti Beaver Street (jalan berang-berang), Willys Avenue (jalan nakal) atau Grogan Court (pengadilan minuman keras).

Siswi sekolah menengah 'Sacred Heart College' melakukan survey di stasiun Southern Cross.
Siswi sekolah menengah 'Sacred Heart College' mensurvey ratusan orang dewasan mengenai sikap mereka terhadap nama-nama yang konyol.

Supplied

Dr Cole mengatakan, kemungkinan sikap ini memengaruhi rumus penawaran dan permintaan untuk properti di jalan-jalan tersebut.

“Kami berpikir bahwa ada sejumlah orang yang merasa tidak nyaman tinggal di jalanan tersebut, jadi mereka tidak bersaing untuk membeli rumah-rumah tersebut dan itu akan menurunkan harga,” katanya.

Efek nama yang konyol lebih menonjol di pinggiran kota daripada di daerah, kata Dr Cole, yang “mungkin karena ada pasokan lebih banyak, ada lebih banyak pilihan di Melbourne”.

Perbedaan harga juga lebih tinggi pada properti yang memiliki harga lebih rendah ketimbang rumah-rumah yang dibandrol dengan harga mahal.

Sebuah proyek jangka panjang

Tim di belakang studi ini menganalisis lebih dari 4.500 penjualan properti senilai hampir $ 1,5 miliar atau setara Rp15,4 triliun untuk mencapai temuan mereka.

Penelitian ini dilakukan oleh anggota SHC’s Bradbury Club, dimana para siswa dapat memilih untuk mengikuti proyek sains, teknologi, teknik dan matematika jangka panjang (STEM).

“Kami tidak membicarakan sains, kami tidak membicarakan pengkodean atau geografi atau sejenisnya,” kata Dr Cole.

“Kami hanya punya proyek yang harus dilakukan, dan kami menyelesaikannya, tapi sepanjang proses ini para siswi tersebut memiliki banyak hal untuk dipelajari.”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.