Harga Obat Mahal, Pasien Jarang Tebus Obat Pencegah Asma
Empat dari lima pasien asma di Australia tidak menggunakan obat-obatan penyelamat hidup mereka dan pakar khawatir kecenderungan ini disebabkan oleh pertimbangan harga obat yang mahal.
Organisasi Asma Australia menganalisa data dari Skema Subsidi Obat {PBS} dan mendapati 82% resep obat-obatan pencegah asma tidak sepenuhnya ditebus oleh pasien.
Para pakar khawatir alasan kecenderungan tersebut adalah faktor biaya, dimana pada dua jenis obat pencegah asma yang sering diresepkan dokter, pasien diharuskan membayar tambahan uang sebesar AUD$70 setiap bulannya.
Lembaga Asma Australia mengatakaan survey ini juga menggambarkan kalau banyak pasien asma mengandalkan obat penyemprot ventolin karena harganya yang lebih murah. Padahal dimata dokter obat tersebut merupakan cara yang buruk untuk mengelola asma.
Kecenderungan ini juga diduga karena adanya tambahan biaya dalam sistem kesehatan sehingga pasien lebih memilih dirawat di rumah sakit daripada mencegah serangan asmanya.
Dokter penafasan senior dari Institut Woolcock, Professor Guy Marks mengatakan bukti menunjukan orang yang membeli obat pencegah asma dengan menggunakan kartu diskon obat jumlahnya dua setengah kali lipat banyaknya dibandingkan obat-obatan lain.
"Ini menunjukan kalau biaya menjadi salah satu kendala terbesar,” katanya.
Professor Marks mengatakan obat pencegah terbukti bisa menyelamatkan penderita asma, tapi obat itu harus digunakan secara teratur.
Lembaga Asma Australia menerima anggaran sebesar $135,000 dari anggaran kesehatan nasional dan juga dari anggaran Dewan Riset Media untuk mempelajari masalah ini.
Perubahan dalam praktek penebusan resep bisa menghemat uang
Profesor Marks menilai mereka menilai anggaran negara bisa lebih dihemat melalui mekanisme perubahan praktek resep dokter untuk obat-obatan pencegah penyakit.
Riset ini mengungkapkan lebih dari 90% pasien asma diresepkan obat kombinasi pencegah asma yang terdiri dari dua obat, padahal dari hasil riset ini diketahui pada banyak kasus, penggunaan kortikosteroid sendiri saja sudah cukup memadai.
Asma Australia memperkirakan hampir dua pertiga pasien asma diresepkan obat yang kandungan obatnya lebih tinggi dari yang sesungguhnya mereka butuhkan lebih karena kebiasaan saja.
Peneliti utama dari Universitas New South Wales, profesor Dr Nicholas Zwar mengatakan perubahan dalam praktek pemberian resep akan memberi perubahan besar.
"Mungkin dari segi biaya yang ditanggung pasien tidak terlalu banyak perbedaan, mungkin hanya berubah satu atau dua dolar saja, tapi dari sisi kebijakan PBS itu akan sangat banyak dampak perubahannya,” katanya.
Kajian gabungan ini akan mempelajari bagaimana upaya penghematan dapat dilakukan melalui perubahan praktek pemberian resep oleh dokter ke dalam system sehingga dapat menekan biaya obat pencegah asma secara keseluruhan.
Penggunaan obat pencegahan yang lebih tinggi otomatis akan menekan jumlah pasien asma yang dilarikan ke rumah sakit.
Obat pencegah tekan anggaran keluarga
Ibu dari tiga anak di Sydney, Dawn Ward sangat memahami bagaimana pentingnya obat pencegah asma.
Puterinya Claire terpaksa dirawat di rumah sakit karena serangan asma. Gadis berusia 3 tahun itu perlu mengkonsumsi dua pil pencegah asma setiap pagi dan malam. Jadi dia harus dua kali menebus obat pencegah asma itu setiap bulan.
"Ketika dia benar-benar harus berjuang menghadapi asmanya upaya terakhir yang kita lakukan adalah dengan menggunakan nebuliser dan semua obat lain yang harus digunakan bersamaan," katanya.
"Pada bulan-bulan dimana dia mendapatkan serangan asma terburuk kami harus membayar lebih dari AUD$200 hanya untuk nebulizer dan obat pencegah, ventolin dan semua biaya lainnya,”
Ward mengaku dirinya selalu menebus obat pencegah asma yang diresepkan untuk anaknya, namun diakuinya hal itu sangat membebani keuangan keluarganya yang hanya memiliki pendapatan tunggal.
Dawn mengaku selalu mengutamakan pengobatan anaknya, karena itu dia terpaksa mengorbankan kebutuhan lainnya seperti pakaian dan membeli makanan yang lebih murah sampai jarang pergi liburan.
"Intinya jika dia tidak punya obat itu dan mendapat serangan asma, puteri saya bisa meninggal,”