ABC

Harga Ekspor Ternak Hidup ke Indonesia Sentuh Level Tinggi

Harga ternak sapi hidup ekspor ke Indonesia menyentuh rekor tertinggi, namun peternak sapi di kawasan Northern Territory tidak mencicipi keuntungan dari harga ternak yang sedang bagus tersebut.

 

Mayoritas ternak sapi yang diekspor ke Indonesia berasal dari Queensland,  karena saat ini para peternak di NT masih bersiap menyambut musim hujan dimana biasanya banyak dari mereka yang melepas ternak mereka.
 
Menanggapi situasi ini Presiden Asosiasi Peternak Northern Territory, David Warriner mengatakan harga tertinggi ternak sapi hidup yakni sebesar $2.60 per kilogram yang saat ini berlaku semata karena kondisi keekonomian saja.
 
"Ini mekanisme  pasokan dan permintaan, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara di Asia Tenggara menjadikan mereka mampu membayar harga setinggi itu," kata Warriner.
 
"Pasokan berkurang, sementara permintaan meningkat,"
 
Namun harga yang tinggi ini kemungkinan sudah mencapai puncaknya.
 
"Saya tidak akan mengambil langkah antisipasi lebih jauh sebelum Natal,  karena perdagangan ternak menjelang natal sudah relatif stabil saat ini, namun menjelang Februari nanti saya melihat akan ada kenaikan sedikit dan akan menguat hingga tahun depan,"
 
"Pasar di Asia Timur dan China  pasti akan mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi dari harga $2.60 yang mereka bayarkan sekarang,"
 
"keuntungan dari perdagangan ternak ke kawasan itu memang menguntungkan, namun jujur saya mengatakan perdagangan ternak kita perlu didorong hingga bisa menyentuh level harga $3.00 per kilo agar kita bisa kembali menginvestasikan aset peternakan ke level yang seharusnya,"
 
Banyak peternakan di seluruh NT yang sudah menjual ternak mereka sebanyak mungkin, sehingga kemungkinan pembeli mencari pasokan dari negara bagian lain di Australia.
 
"Ada banyak ternak yang diekspor ke Indonesia sekarang berasal dari Queensland, sementara pasokan dari NT menurun signifikan,"kata Warriner.
Seiring dengan datangnya musim hujan, banyak peternakan di NT tidak akan mampu menggembalakan ternak mereka untuk makan, namun menurut  Warriner kebanyakan dari peternak tidak akan melepas ternaknya saat ini dan kecil kemungkinan juga mereka akan menjual ternak mereka saat ini.
 
Beberapa peternak di NT sudah terikat kontrak pembelian ternak pada 2015, namun  tentu saja dengan mengorbankan harga ternak yang sedang bagus saat ini.
 
"Pasti harganya tidak akan mencapai $2.60, tapi orang akan mampu menutup resiko itu dengan tetap mempertahankan ternaknya,"
 
Peternak di seluruh Australia Utara saat ini masih menanti keputusan kuota ijin import ternak sapi dari pemerintah Indonesia untuk kwartal pertama mendatang, dan mereka juga masih menanti  kemungkinan kendala baru bagi peternak.
 
Selain itu spekulasi beredar dikalangan mereka kalau pada tahun depan pemerintah Indonesia akan kembali memberlakukan kebijakan pembatasan berat ternak import.
 
Pada tahun 2010 lalu Indonesia pernah memberlakukan pembatasan berat ternak import sebesar 350 kilogram dan banyak ternak import tidak lolos ketentuan ini.
 
"Saya tidak terkejut jika Indonesia kembali memberlakukan kebijakan ini, tapi sepertinya tidak akan terlalu drastis," kata Warriner.