ABC

‘Hampir Delapan Bulan Nganggur’: Nasib Sarjana Indonesia yang Baru Lulus Tahun Ini

Ribuan sarjana baru lulus dari berbagai universitas setiap tahunnya dan mereka siap memasuki dunia kerja.

Namun untuk mendapatkan kerja tidaklah mudah, apalagi saat situasi perekonomian di Indonesia tidak menentu akibat terdampak pandemi COVID-19.

Awal September lalu, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, mengatakan pandemi COVID-19 telah meningkatkan pengangguran.

Tercatat ada 3,5 juta orang Indonesia yang telah di-PHK di saat pandemi, ditambah hampir 7 juta pengangguran terbuka, sehingga total pengangguran saat ini sudah mencapai 10,3 juta orang.

Lalu apakah anak-anak muda Indonesia yang baru saja lulus S-1 di tahun 2020 khawatir soal mendapat kerja?

‘Tak banyak lowongan dan persaingan cukup ketat’

Elasa Dewanti baru saja lulus pendadaran, atau sidang skripsi, bulan Agustus lalu dari jurusan program internasional manajemen bisnis di UGM Yogyakarta.

Elasa akan menyabet dua gelar, atau ‘double degree’, setelah ia juga kuliah selama 18 bulan di Universitas Groningen, Belanda yang bermitra dengan UGM.

“Saya baru akan diwisuda bulan November,” kata Elasa kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya hari Senin (28/9/2020).

“Rencana dekat saya awalnya mencari kerja, tetapi sekarang saya merasa cukup susah karena tidak banyak lowongan dan persaingannya cukup ketat.”

Elasa mengaku jika orang tuanya sebenarnya tidak memaksa dirinya untuk cepat mencari kerja.

“Jadi saya disuruh santai dulu. Namun tekanan untuk cepat dapat kerja datang dari diri saya sendiri.”

Elasa mengaku jika sekarang ia sudah menjalankan beberapa kegiatan yang menghasilkan yang, seperti menggambar.

“Selain itu juga dari main saham, banyak juga teman seumuran saya yang mulai atau minat untuk investasi.”

Elasa mengatakan ia sudah mulai berinvestasi di pasar saham sejak awal pandemi COVID-19 bulan April lalu.

Di tengah kekhawatiran Indonesia akan mengalami resesi akibat pandemi, Elasa mengatakan mencari kerja akan terasa lebih sulit lagi di tahun 2021.

“Soalnya lulusan yang sekarang saja sudah susah cari kerja, apalagi besok ditambah dengan lulusan tahun 2021,” katanya.

Sambil menunggu wisuda, Elasa sedang mempertimbangkan apakah ia ingin mencari jenis pekerjaan kantoran atau langsung bekerja sendiri menjadi wiraswasta.

Ada satu hal yang ia sesali semasa kuliah, yakni dia tidak aktif mengikuti banyak kegiatan ekstra di kampus.

“Jadi meskipun saya merasa mampu, saya tidak punya “bukti” untuk ditaruh di CV, kegiatan organisasi, mengumpulkan sertifikat, atau juga misalnya magang,” katanya.

“Soalnya menurut saya, persyaratan untuk suatu lowongan kerja semakin tinggi. Jadi kegiatan ekstra itu bisa dilihat sebagai kelebihan, dan lebih besar kesempatannya untuk lolos, ketika orang mempertimbangkan lamaran kita,” kata Elasa yang sekarang tinggal di Yogyakarta bersama orang tuanya.

‘Rasa percaya diri menurun’

Safira Rayindra Putri baru saja menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Jakarta.
Safira Rayindra Putri baru saja menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Jakarta.

Koleksi pribadi

Safira Rayindra Putri baru saja diwisuda dengan gelar S1 dari Fakultas Psikologi Universitas Atma Jakarta bulan Agustus kemarin, walau dia sebenarnya sudah lulus ujian bulan Februari.

Afi, nama panggilannya, mengatakan saat ini sedang berusaha mencari pekerjaan, namun sejauh ini belum mendapatkannya.

“Sekarang kegiatan saya banyak di depan laptop, melamar kerja di banyak portal,” kata Afi kepada ABC Indonesia.

Afi mengatakan dalam situasi sekarang ini dia semakin merasa cemas dengan situasi lapangan kerja di Indonesia.

Selain itu, ia mengaku mendapat tekanan setelah mendengar dan melihat teman-temannya yang lebih beruntung sudah mendapatkan pekerjaan.

“Ini yang membuat rasa percaya diri menurun melihat teman-teman yang sudah mulai dapat kerja.

“Memang sih kebanyakan dari mereka lulus sudah lebih dulu tetapi kadang membuat panik juga.”

“Apalagi kalau dipikir-pikir, saya sidang sarjana bulan Februari dan sekarang udah hampir bulan Oktober, berarti udah hampir delapan bulan saya nganggur,” katanya.

Sambil mencari pekerjaan, Afi mengatakan dia berusaha mengisi waktu dengan melakukan kegiatan lain untuk bisa merasa produktif, seperti belajar bahasa Spanyol.

“Waktu dulu awal-awal setelah lulus dan udah masuk masa pandemi, di bulan Maret-Mei, saya ikut beberapa kursus online sehingga bisa dapat sertifikat,” ujar Afi.

Bila ia masih juga belum mendapat pekerjaan, Safira mengatakan ia harus berpikir alternatif lain, misalnya membuat bisnis sendiri.

“Sebulan ini saya lagi rajin buat bikin roti, jadi tidak menutup kemungkinan untuk mencyoba jualan,” katanya.

“Kemarin di bulan Agustus, saya sempat ikut webinar tentang bikin roti sourdough. Terus setelah itu jadi tertantang aja buat bikin sourdough bread.”

“Akhirnya di bulan September ini hampir tiap minggu belajar buat bikin sourdough,” ujar Afi.

Mendapat kerja dari rekomendasi teman

Gregorius Ivan Sebastian lega sudah mendapatkan pekerjaan setelah kembali dari Korea Selatan dalam pertukaran mahasiswa.
Gregorius Ivan Sebastian lega sudah mendapatkan pekerjaan setelah kembali dari Korea Selatan dalam pertukaran mahasiswa.

Koleksi pribadi

Gregorius Ivan Sebastian sudah lulus dari jurusan Teknik Informatika di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang di tahun 2019 dan sekarang tinggal di Jakarta.

Setelah lulus di bulan Agustus 2019, Ivan, panggilan akrabnya, pergi ke Korea Selatan selama enam bulan untuk mengikuti pertukaran mahasiswa dengan Kwangwon National University di Chuncheon, sekitar 75 km dari ibukota Seoul.

Ivan baru kembali ke Indonesia di bulan Februari 2020, tepat saat wabah COVID-19 mulai merebak di sejumlah negara.

Ivan kini bekerja di perusahaan IT di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan dan merasa lega karena baru saja diangkat menjadi karyawan permanen.

“Ya sangat lega, karena tidak kebayang saat pandemi belum mendapat kerja, pasti saingan pun banyak dan lowongan yang tersedia sedikit ,” katanya yang kini bekerja dari rumah.

Semula Ivan sempat khawatir jika kontrak kerja yang awalnya tiga bulan tidak akan diperpanjang, karena saat ia menandatanganinya, wabah corona di Indonesia belum separah seperti sekarang ini.

“Sekarang dengan sudah diangkat menjadi karyawan tetap, rasa khawatirku sudah lumayan hilang.”

Ivan mengatakan sejumlah teman-teman satu angkatannya sampai saat ini belum dapat pekerjaan karena pandemi.

“Dilihat sekilas di Linkedin, banyak sekali yang pasang hashtag #readytowork untuk menarik perhatian perusahan.

“Memang ada di Linkedin format semacam banner yang mereka pasang yang juga ada tulisan #readytowork,” katanya.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia