ABC

Haider Al Asnawi Koboi Kelahiran Irak

Menggunakan topi koboi, sepatu bertaji dan jaket rumbai, penampilan Haider Al Hasnawi jauh dari gambaran kebanyakan pria muda Muslim.

Remaja pria berusia 17 tahun dari Katherine, Northern Territory mungkin merupakan penunggang banteng kelahiran Irak pertama di Australia.

“Saya sangat hanya suka sekali melakukannya… ini memicu adrenalin, atmosfirnya, tidak ada perasaan yang lebih baik dari berada dipunggung banteng,” katanya di event Rodeo Mount Isa di pedalaman Queensland akhir pekan lalu.

Karyawan pemasang pagar ini berkendara sejauh 1400 kilometer dengan mobil pinjaman untuk bertanding di event rodeo terbesar dan termahal di Australia.

“Jadi ini bukan sekedar melintas dan menunggang banteng saja,” katanya.

“Ada banyak usaha yang harus dilakukan. Banyak latihan, Anda harus memiliki kekuatan dan keseimbangan dan anda juga harus bersikap positif terhadap segala sesuatunya.”

Haider Al Hasnawi, Mt Isa rodeo
Haider Al Hasnawi bertarung di kompetisi menunggang banteng liar junior di event Mount Isa rodeo.

Supplied: Stephen Mowbray

Haider pertama kali menunggang banteng di event Rodeo di Noonamah Rodeo di luar Kota Darwin dua tahun lalu dan langsung jatuh hati.

Tahun lalu dia menjadi pemenang kedua di kejuaraan Northern Cowboys Association untuk kategori penunggang banteng Junior dan bertanding untuk merebut gelar nasional di Dalby.

Haider mengakui kalau rodeo adalah olahraga yang berbahaya, tapi tumbuh besar di Nasiriyah, Irak bagian tenggara, dia memandangnya sebagai hal yang relatif.

“Banteng bisa membunuh anda, begitu juga dengan tembakan senjata,” katanya.

Nasiriyah berada ditengah salah satu pertempuran paling menakutkan antara Irak dan angkatan laut Amerika selama berlangsungnya invasi AS ke Irak pada tahun 2003.

“Itu masa yang sangat menakutkan .. anda bisa bermain di jalan dan tiba-tiba saja entah dari mana asalnya, ada tembakan senjata dan bom secara tiba-tiba, dan anda harus bersembunyi,” katanya.

Haider, ibunya dan ketiga orang saudara laki-lakinya pindah ke Australia pada tahun 2009, dan akhirnya bisa berkumpul dengan ayah Haider yang tiba lebih dahulu 20 tahun yang lalu.

Menukar peluru dengan menunggang banteng bukan masa depan yang menjanjikan yang dibayangkan ibu Haider bagi anaknya.

“Ibu saya, dia sedikit khawatir dan seperti ibu pada umumnya tapi dia cukup mendukung. Sementara ayah, dia tidak terlalu khawatir, tapi dia mengizinkan saya untuk menunggang banteng juga,” katanya.

Haider mengaku tetap merasa gugup sebelum menunggang banteng, tapi pengalamannya di Irak mungkin membantu menempa ketangguhan mentalnya.

“Setelah berada di punggung banteng, semua terasa hidup ketika itu, dan mencoba untuk tetap bertahan menunggangnya selama delapan detik waktu yang dibutuhkan untuk mencetak gol.

“Anda tidak bisa berpikir terlalu banyak atau Anda akan mendapatkan perlawanan kuat,” katanya.

“Anda harus memperhatikan tingkah si banteng dan mengikuti gerakannya dan bertahan demi nyawa anda.”

Sapi jantan berhasil mengalahkan Haider di ajang rodeo Mount Isa kali ini.

Tapi pekan depan, dia akan kembali mengikuti rodeo di Pine Creek rodeo NT, dan mencoba peruntungannya kembali.

“Selama bisa menunggang banteng saya merasa senang,” katanya.

Diterjemahkan pada pukul 19:00 WIB, 15/08/2016, oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.