ABC

Hacker Asal Rusia Diduga Menyasar Pialang Saham Australia

Pihak berwenang di Australia telah berhasil menggagalkan skema perdagangan saham yang diduga dilakukan hacker atau peretas asal Rusia yang menarget para investor negeri kanguru.

Pialang saham atau yang disebut ‘trader’ gadungan itu berhasil mendapatkan akses ke rekening klien dari perusahaan ‘CommSec’ serta ‘E*TRADE’ dan membeli saham tanpa sepengetahuan mereka.

Pengadilan di New South Wales kini telah memerintahkan agar keuntungan para hacker yang senilai lebih dari 77.000 dolar (atau setara Rp 770 juta) harus dicegah supaya tak meninggalkan Australia.

"Ini tampaknya kegiatan kriminal," sebut Greg Yanco, yang bertanggung jawab atas pengawasan pasar modal di Komisi Keamanan dan Investasi Australia (ASIC).

Seorang peretas menembus akun pialang online Australia dan menjual saham klien mereka. (Foto: Sergio Dionisio, Getty Images)
Seorang peretas menembus akun pialang online Australia dan menjual saham klien mereka. (Foto: Sergio Dionisio, Getty Images)

Greg mengatakan, sang hacker atau peretas itu masuk ke rekening pialang online Australia dan menjual saham ‘blue-chip’ milik klien, memberinya (hacker) dana untuk membeli saham lainnya.

Menurut Greg, hacker tersebut lanjut menggunakan dana itu untuk membeli dan menawar harga saham yang sudah mereka miliki.

Setelah harga saham mencapai tingkat tertentu, hacker menjualnya melalui rekening jual beli saham pribadi milik mereka sendiri.

Dalam hal ini, saham berhasil diperdagangkan tapi Pemerintah Australia mencium adanya perdagangan yang mencurigakan sebelum mereka difinalisasi.

"Si hacker belum mampu mengambil keuntungan mereka dari Australia," ujar Greg Yanco.

ASIC telah menulis kepada para hacker, meminta mereka untuk menjelaskan cerita versi mereka tapi belum menerima tanggapan.

"Mereka dipersilakan untuk datang dan berkunjung," utara Greg.

Ia mengatakan bahwa sementara hal ini adalah kemenangan bagi ASIC, lembaga ini tak melakukan apa pun untuk meningkatkan keamanan akun pialang saham online di Australia.

"Baris pertama serangan kami, saya kira, pertahanan, adalah untuk benar-benar menahan uang itu dan benar-benar mencegah siapapun untuk melakukan hal ini lagi," tegasnya.

Masalah waktu

Greg mengatakan, ia ingin meyakinkan para investor bahwa para makelar atau ‘broker’ online juga memiliki sistem pemantauan mereka sendiri.

Biasanya ada jangka waktu tiga hari setelah transaksi saham dilakukan sebelum uang ditransfer, memberi waktu pemerintah untuk menutup celah terhadap kegiatan kriminal.

Nigel Phair, direktur keselamatan internet di Universitas Canberra, mengatakan, para ahli keamanan dunia maya atau ‘cyber’ prihatin akan semakin rumitnya serangan hacker.

"Ini adalah serangan yang relatif canggih karena pelaku telah menemukan pelanggan dengan rekening pialang online dan mereka telah menggunakan itu untuk mengubah harga saham demi keuntungan mereka sendiri," jelasnya.

Ia mengatakan, masalahnya bukan apakah hal itu akan terjadi lagi, tapi kapan terjadinya.

"Para penjahat sungguh lihai dalam mengikuti sejumlah aspek yang membuat mereka mampu mengambil keuntungan dari aktivitas online dan mereka akan terus melakukan hal ini di masa depan," terangnya.

Dalam pernyataan bersama dengan ASIC, Polisi Federal Australia (AFP) mengatakan: "Meskipun mereka berusaha untuk menghindari deteksi, AFP dan mitra penegakan hukum tetap berkomitmen untuk mengembalikan keuntungan yang mereka ambil."

Nigel berpendapat, cara terbaik bagi pialang saham untuk melindungi akun mereka adalah dengan memiliki password atau kata sandi yang kuat.

"Password yang baik yang berisi angka, huruf dan simbol adalah cara yang baik untuk diterapkan," katanya.

Kasus ini sekarang berada di Pengadilan Tinggi New South Wales.