ABC

Gugatan Pencemaran Nama Baik oleh Google

Apakah hasil dari pencarian Google akan mampu mencemarkan nama baik seseorang? Sebuah persidangan di Pengadilan Tinggi pada Selasa (20/3/2018) dapat menjelaskan pertanyaan abad ke-21 ini.

Kasus tersebut menyangkut Milorad Trkulja, yang ditembak di belakang sebuah restoran di Melbourne, Victoria pada tahun 2004 oleh seorang penyerang yang tidak dikenal.

Insiden tersebut bertepatan dengan aktivitas geng di kota Melbourne, dan pencarian di Google secara salah mengkaitkan Milorad Trkulja dengan tokoh seperti bos kejahatan Tony Mokbel.

Milorad Trkulja menggugat Google karena pencemaran nama baik dan memenangkan kasus ini pada tahun 2012.

Dia kemudian memulai proses lain, mengklaim bahwa ketika mencari ungkapan-ungkapan seperti “penjahat dunia bawah Melbourne”, teks pencemaran nama baik, prediksi otomatis dan gambar-gambar yang ditampilkan memunculkan dirinya bersamaan dengan penjahat yang telah divonis.

Pada tahun 2017, Pengadilan Tinggi memberinya cuti khusus untuk mengajukan banding atas keputusan Pengadilan Tinggi Victoria, yang memenangkan Google bahwa kasus tersebut tidak memiliki prospek yang nyata untuk berhasil membuktikan pencemaran nama baik.

Pakar hukum telah memperdebatkan apakah mesin pencari seperti Google dapat dianggap sebagai “penerbit” berdasarkan hukum penghinaan di Australia.

Namun Profesor David Rolph, seorang spesialis hukum media di University of Sydney, mengatakan bahwa kasus tersebut mungkin terkait dengan masalah yang terpisah dan serupa.

Jika hasil pencarian mengungkapkan pencemarannama baik bagi perhatian pengguna internet, semestinya hasil tersebut dianggap mampu melakukan pencemaran nama baik?

Google
Milorad Trkulja menggugat Google untuk hasil pencarian yang salah menghubungkannya dengan tokoh kejahatan seperti Tony Mokbel (yang tertera digambar ini)

ABC News

Siapakah ‘pengguna mesin pencari biasa’?

Untuk memutuskan apakah sesuatu itu mencemarkan nama baik, pengadilan sering menerapkan tes hipotetis individual: apakah pembaca biasa dan wajar melihat materi itu sebagai sesuatu yang merusak?
Pertanyaan itu telah disesuaikan dengan teknologi baru: “Penonton televisi biasa dan wajar, pendengar radio wajar, misalnya,” Profesor Rolph menjelaskan.

Ketika mengesampingkan banding dari Milorad Trkulja, Pengadilan Banding Victoria menggunakan “pengguna mesin pencari biasa dan wajar” untuk memahami bagaimana hasil pencarian Google bisa dipahami.

Hasil pencarian didalam penyelidikan ini menghasilkan gambar komisaris polisi dan sejumlah actor, serta tokoh geng yang dihukum, kata profesor ekonomi Universitas Teknologi California, Nicolas Suzor.

Dengan berbagai hasil ini, Dr Nicolas Suzor percaya Pengadilan Tinggi Victoria sampai pada kesimpulan yang masuk akal.

“Seorang pengguna internet biasa tahu bagaimana menafsirkan hasil pencarian sekarang, dan hanya karena wajah pemohon muncul di halaman hasil pencarian di Google dengan kata kunci tertentu yang berpotensi mencemarkan nama baik, [itu] sebenarnya tidak akan mengganggu reputasinya,” sarannya.

Pengadilan Banding juga menetapkan prediksi otomatis tidak mampu melakukan pencemaran nama baik – khususnya, orang biasa dan wajar itu akan mengerti bahwa mereka itu adalah istilah pencarian sebelumnya oleh pengguna lain dan bukan sebuah pernyataan dari Google.

Ahli hukum sedang menunggu untuk melihat apakah Pengadilan Tinggi setuju.

Pencemaran nama baik di era internet

Ada kekhawatiran hukum mengenai pencemaran nama baik kesulitan beradaptasi dengan era internet.

Situs-situs dapat dihosting dari mana saja di dunia, yang dapat menyulitkan untuk menemukan orang yang tepat untuk disalahkan.

“Anda punya penggugat yang datang ke pengadilan dan mereka telah dirugikan atau diperlakukan secara salah, dan tidak ada pihak yang bisa kami tunjuk bahwa dalam jangkauan hukum kami dapat meminta untuk memperbaiki kesalahan itu,” kata Dr Suzor. .

“Itu sebabnya mesin pencari sekarang menjadi sasarannya.”

Google
Microsoft, yang dipimpin oleh CEO Satya Nadella, telah menentang tuntutan dari Pemerintah AS untuk mengungkapkan data pengguna.

Getty Images: Stephen Brashear

Di Australia, Mirolad Trkulja termasuk di antara segelintir orang yang telah berhasil menggugat Google.

Pada tahun 2015, misalnya, Google ditemukan bertanggung jawab secara hukum oleh Mahkamah Agung Australia Selatan untuk hasil pencarian yang terkait dengan konten yang mencemarkan nama baik, namun pengadilan tersebut sampai pada keputusan yang bertentangan.

Profesor Rolph mempertanyakan apakah undang-undang pencemaran nama baik yang berhasil diterapkan untuk surat kabar, radio atau televisi dapat langsung juga dialihkan ke teknologi baru, atau apakah sebuah pemikiran ulang yang lebih besar diperlukan.

“Anda memiliki perusahaan media yang sangat kaya seperti Google, yang menyediakan teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari konten yang dihasilkan oleh jutaan pengguna di mana perusahaan media tidak memiliki kendali,” katanya.

Dr Suzor khawatir bahwa jika Milorad Trkulja akhirnya berhasil, mesin pencari akan memiliki insentif untuk menghapus konten, namun tidak pernah ada insentif untuk tidak melakukannya.

Dia khawatir kebebasan berbicara akhirnya bisa hilang.

“[Perusahaan seperti Google mungkin] menghadapi kerugian finansial jika mereka gagal menghapus konten, namun mereka tidak dapat digugat karena menghapus konten secara salah,” katanya.

Google menolak berkomentar.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.