ABC

Green Bond, Salah Satu Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Ramah Lingkungan

Sebelum dimulainya konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Bendahara Negara Amerika Serikat, Jacob Lew, memberi pidato yang isinya adalah bahwa aksi melawan perubahan iklim tidaklah harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Pidato Lew disambut baik oleh mereka yang berharap bahwa negosiasi seputar iklim akan selesai di Paris akhir 2015 nanti.

Tujuan pertemuan di Paris nanti adalah menghasilkan kerangka kebijakan untuk membatasi kenaikan suhu global, sebanyak 2 derajat Celcius lebih tinggi dibanding tingkat pra-industri .

Dibutuhkan rencana finansial untuk mendukung prinsip '2 derajat Celcius ini', dan tidaklah mudah menyusun rencana macam itu.

Salah satu yang sudah mencoba menyusunnya adalah bank investasi HSBC, yang menerbitkan laporan berjudul Financing a 2°C World report.

World Economic Forum pada tahun 2013 memperkirakan bahwa demi menghadapi tantangan perubahan iklim, dibutuhkan 700 miliar dollar (Rp 8.364 triliun) untuk membiayai infrastruktur energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, efisiensi energi dan kehutanan.

Menurut angka yang diberikan HSBC, ada pembiayaan tersembunyi di balik program-program bantuan pembangunan di dunia. Jumlah biaya tersembunyi ini sekitar 400 miliar dollar.

Maka, ada selisih pendanaan sekitar 300 miliar dollar setiap tahunnya.

Menurut HSBC, ada beberapa masalah yang menghambat tindakan finansial menuju bisnis  2°C finance, yaitu cara mengalirkan modal ke investasi ramah lingkungan.

Di antara masalah-masalah tersebut adalah sinyal kebijakan yang lemah dan persepsi bahwa investasi energi rendah karbon lebih rendah keuntungannya dibanding investasi energi lain.

HSBC menyatakan bahwa sebenarnya itu dikarenakan energi rendah karbon tidak mendapat tingkat tambahan subsidi, seperti halnya energi tinggi karbon.

Lembaga International Energy Agency menyatakan dalam sebuah laporannya di tahun 2013 bahwa bahan bakar fosil menerima subsidi sebesar 544 miliar dollar pada tahun 2012.

Ini lima kali lipat lebih banyak dibanding dukungan finansial yang diberikan pada energi terbarukan.

Salah satu instrumen yang digunakan dalam menjalankan 2°C finance adalah obligasi (bonds) hijau, alias green bonds.

Obligasi macam ini sama seperti yang biasa, namun dana yang digalang dengan menggunakan green bonds hanya untuk proyek yang ramah lingkungan.

Dalam enam bulan pertama tahun 2014, jumlah nilai green bond mencapai 18,4 miliar, naik 67 persen dibanding tahun 2013.

Saat ini, nilai itu diperkirakan akan melebihi 40 miliar dollar.

Namun, saat ini pasar masih belum memiliki prinsip-prinsip baku tentang pengertian green bond.