ABC

Gigihnya Petani di Australia Barat Bertahan dari Kemarau

Para petani di kawasan Wheatbelt, Australia Barat, mengatakan kini mereka menghadapi musim kemarau terparah. Bagaimana cara mereka bertahan melewati tantangan tersebut?

Di sekitar desa Beacon yang terletak di kawasan itu atau sekitar 300 km di Timur Laut Kota Perth, kekeringan paling terasa bagi sekitar 100 penduduknya.

Salah satunya adalah keluarga Max Lancaster yang telah bertani di desa itu turun-temurun. Tahun ini, mereka mengambil keputusan berat: tidak menanami lahan mereka.

A old windmill stands in a dry paddock on a farm under a cloudy blue and white sky.
Kincir angin di lahan pertanian keluarga Lancaster.

ABC News: Courtney Bembridge

“Saya tumbuh sebagai petani di sini,” tutur Lancaster kepada ABC News.

“Kami memutuskan bertahun-tahun silam jika tidak akan tumbuh kita tidak akan menanam. Saya mengikuti keputusan ini sejak itu,” katanya.

A mid-shot of a smiling Max Lancaster standing on his farm with grain silos and pink and grey cockatoos in the background.
Keluarga Max Lancaster memeiliki lahan pertanian di dekat Beacon secara turun-temurun. Tahun ini mereka memutuskan tidak menanami lahan pertaniannya.

ABC News: Courtney Bembridge

Bertahan pada keyakinan seperti itu, Lancaster merasa optimis dengan hari-hari mendatang.

“Lebih dari dua kali (musim kemarau) tentunya akan sangat sulit bagi kebanyakan orang. Kita tentunya akan menjadi lelah,” katanya.

“Namun jika berpikir seperti itu, mungkin kita sudah meninggalkan tempat ini,” ucap Lancaster.

“Kita harus tetap berpikir bahwa setiap musim berbeda-beda. Dan musim yang baik akan segera tiba,” tambahnya.

A sheep dog stands in the tray of a farm ute looking at a herd of sheep in a paddock in the distance.
Si anjing Fred mengawasi domba di peternakan keluarga Lancaster.

ABC News: Courtney Bembridge

Anak Lancaster, Joel, mengatakan lahan pertanian mereka hanya mendapatkan sekitar 22 cm air hujan sejak April lalu. Itu berarti enam kali lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

“Bagi domba-domba kami, hanya debu kemerahan dan kekeringan yang ada,” katanya.

“Kita bisa frustrasi namun tak ada yang bisa kita perbuat. Jadi untuk apa frustrasi?” tanya Joel.

“Memang ada kekhawatiran namun begitulah keadaannya. Kita harus menjalaninya saja,” tambahnya.

A herd of sheep in a dry paddock on a farm.
Ternak domba di lahan pertanian keluarga Lancaster.

ABC News: Courtney Bembridge

Keluarga Lancasters juga berupaya keras menghindari kegelisahan mereka.

“Tetap menyibukkan diri merupakan salah satu cara. Makanya kami memperbaiki pagar, sehingga tidak berkeliling hanya melihat padang yang kering,” ujar Joel Lancaster.

A man kneels down in the dirt fixing a wire fence with a car and another man in the distance.
Joel Lancaster membetulkan pagar di lajan pertanian keluarganya.

ABC News: Courtney Bembridge

“Saya tetap yakin dengan masa depan. Jelas waktu yabg dekat ini akan berat namun saya rasa kita harus tetap yakin,” katanya.

“Hanya masalah menunggu musim yang bagus dan berharap musim kemarau semakin berkurang,” kata Joel.

Kemarau Mengusir Orang dari Beacon

Keluarga Jeff Munns juga merupakan keluarga petani di desa tersebut.

Jeff Munns and his son Dan enjoy a laugh while walking in a paddock on their farm near Beacon.
Jeff Munns dan anaknya Dan di lahan pertanian mereka.

ABC News: Courtney Bembridge

Dia memiliki 7 ribu ekor domba di awal tahun ini. Namun dia mulai menjual domba-dombanya ketika dia sudah memperkirakan datangnya kemarau.

Tak begitu lama, dombanya tersisa 200 ekor.

Jeff Munns and his son Dan stand along side a row of grain silos in a paddock.
Jeff Munns (kanan) dan anaknya Dan di tempat penyimpanan gandum hasil panen mereka.

ABC News: Courtney Bembridge

“Pastinya akan sulit bagi saya jika saya memiliki 5 ribu ekor domba saat ini. Sebab meski kami tetap bisa memberi mereka makan namun tidak akan pernah sama dengan makanan yang mereka peroleh dari merumput,” jelasnya.

“Induk domba tak akan punya air susu, jadi pasti akan banyak anak domba yang mati,” tambahnya.

“Tahun ini yang paling kering. Belum pernah turun hujan lebih dari 7 mm sehingga kami harus menghentikan semuanya,” katanya.

Anak Jeff bernama Dan (30) merupakan salah seorang etani termuda di desa itu.

A man kneels in a dry dam on cracked ground with a pole behind him showing the normal water level.
Dan Munns di dam yang sudah mengering di desanya.

ABC News: Courtney Bembridge

Dia meninggalkan desa Beacon untuk menyelesaikan sekolah di Perth. Dia kembali ke desanya untuk meneruskan usaha keluarganya.

“Orang tak mau kembali lagi. Saya rasa kemarau mengusir orang dari sini,” katanya.

“Saya suka hidup sebagai petani. Tak ada tempat terbaik untuk mengasuh keluarga,” ujar Dan.

Sama seperti keluarga Lancaster, keluarga Munns akan tetap bertahan di sana, berharap datangnya musim yang lebih baik bagi mereka.

Fred the kelpie leans his head on the tray of a ute while sitting in the back.
Fred, anjing keluarga Lancaster.

ABC News: Courtney Bembridge

Diterbitkan Kamis 13 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.