Gigihnya Petani di Australia Barat Bertahan dari Kemarau
Para petani di kawasan Wheatbelt, Australia Barat, mengatakan kini mereka menghadapi musim kemarau terparah. Bagaimana cara mereka bertahan melewati tantangan tersebut?
Di sekitar desa Beacon yang terletak di kawasan itu atau sekitar 300 km di Timur Laut Kota Perth, kekeringan paling terasa bagi sekitar 100 penduduknya.
Salah satunya adalah keluarga Max Lancaster yang telah bertani di desa itu turun-temurun. Tahun ini, mereka mengambil keputusan berat: tidak menanami lahan mereka.
“Saya tumbuh sebagai petani di sini,” tutur Lancaster kepada ABC News.
“Kami memutuskan bertahun-tahun silam jika tidak akan tumbuh kita tidak akan menanam. Saya mengikuti keputusan ini sejak itu,” katanya.
Bertahan pada keyakinan seperti itu, Lancaster merasa optimis dengan hari-hari mendatang.
“Lebih dari dua kali (musim kemarau) tentunya akan sangat sulit bagi kebanyakan orang. Kita tentunya akan menjadi lelah,” katanya.
“Namun jika berpikir seperti itu, mungkin kita sudah meninggalkan tempat ini,” ucap Lancaster.
“Kita harus tetap berpikir bahwa setiap musim berbeda-beda. Dan musim yang baik akan segera tiba,” tambahnya.
Anak Lancaster, Joel, mengatakan lahan pertanian mereka hanya mendapatkan sekitar 22 cm air hujan sejak April lalu. Itu berarti enam kali lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
“Bagi domba-domba kami, hanya debu kemerahan dan kekeringan yang ada,” katanya.
“Kita bisa frustrasi namun tak ada yang bisa kita perbuat. Jadi untuk apa frustrasi?” tanya Joel.
“Memang ada kekhawatiran namun begitulah keadaannya. Kita harus menjalaninya saja,” tambahnya.
Keluarga Lancasters juga berupaya keras menghindari kegelisahan mereka.
“Tetap menyibukkan diri merupakan salah satu cara. Makanya kami memperbaiki pagar, sehingga tidak berkeliling hanya melihat padang yang kering,” ujar Joel Lancaster.
“Saya tetap yakin dengan masa depan. Jelas waktu yabg dekat ini akan berat namun saya rasa kita harus tetap yakin,” katanya.
“Hanya masalah menunggu musim yang bagus dan berharap musim kemarau semakin berkurang,” kata Joel.
Kemarau Mengusir Orang dari Beacon
Keluarga Jeff Munns juga merupakan keluarga petani di desa tersebut.
Dia memiliki 7 ribu ekor domba di awal tahun ini. Namun dia mulai menjual domba-dombanya ketika dia sudah memperkirakan datangnya kemarau.
Tak begitu lama, dombanya tersisa 200 ekor.
“Pastinya akan sulit bagi saya jika saya memiliki 5 ribu ekor domba saat ini. Sebab meski kami tetap bisa memberi mereka makan namun tidak akan pernah sama dengan makanan yang mereka peroleh dari merumput,” jelasnya.
“Induk domba tak akan punya air susu, jadi pasti akan banyak anak domba yang mati,” tambahnya.
“Tahun ini yang paling kering. Belum pernah turun hujan lebih dari 7 mm sehingga kami harus menghentikan semuanya,” katanya.
Anak Jeff bernama Dan (30) merupakan salah seorang etani termuda di desa itu.
Dia meninggalkan desa Beacon untuk menyelesaikan sekolah di Perth. Dia kembali ke desanya untuk meneruskan usaha keluarganya.
“Orang tak mau kembali lagi. Saya rasa kemarau mengusir orang dari sini,” katanya.
“Saya suka hidup sebagai petani. Tak ada tempat terbaik untuk mengasuh keluarga,” ujar Dan.
Sama seperti keluarga Lancaster, keluarga Munns akan tetap bertahan di sana, berharap datangnya musim yang lebih baik bagi mereka.
Diterbitkan Kamis 13 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.