ABC

Generasi Muda Australia Makin Aktif Berpolitik

Generasi muda Australia saat ini jauh lebih aktif terlibat dengan kegiatan politis dibandingkan dengan kelompok warga  Australia yang lebih tua dan kemungkinannya mereka juga lebih bersedia terjun ke dunia politik. Demikian hasil penelitian terbaru yang dilakukan untuk Museum Demokrasi Australia.

Peneliti Max Halupka dari Universitas Canberra mengatakan hasil riset ini menunjukan kalau keterlibatan masyarakat kelompok usia tertua dan termuda dalam kegiatan politik di Australia saat ini menunjukan titik tertinggi, dan ini membalikan pandangan konvensional yang menilai kelompok masyarakat berusia dibawah 35 tahun sangat apatis.

"Pendapat yang mengatakan kelompok warga berusia dibawah 35 tahun sangat tidak peduli dengan kegiatan politik itu tidak adil, sebaliknya mereka sekarang banyak sekali terlibat tapi dengan pendekatan yang baru, mereka memiliki jenis keterlibatan yang lebih luas dan beragam,” katanya.

Menurut Max Halupka, ukuran keterlibatan generasi muda di bidang politik sangat tergantung bagaimana mendefinisikannya. Jika keterlibatan politik hanya diukur dengan kegiatan tradisional seperti bergabung dengan partai politik atau ikut turun ke jalan berdemonstrasi atau menulis surat protes ke anggota parlemen, maka generasi muda sekarang ini bisa dibilang jauh tertinggal keterlibatannya di bidang politik dibanding generasi sebelumnya.

Tapi jika kegiatan online – seperti bergabung dengan forum advokasi, terlibat dalam kampanye atau isu-isu lain atau memberikan komentar di media sosial juga diukur, maka keterlibatan politik generasi muda sangat tinggi.

"Ini pil pahit yang harus diterima orang banyak, kalau sesuatu yang disebut aktifis online alias clicktivisme dan keterlibatan online merupakan bentuk legitimasi partisipasi politik,” kata Halupka.

"Keterlibatan ini memang berbeda dari keterlibatan tradisional, keterlibatan dalam bentuk konvensional yang kita lihat dari generasi baby booming yang sebelumnya aktif melakukan protes dan pergerakan sosial,”

"Namun bentuk Clicktivisme tetap memiliki legitimasi, mereka membantu membentuk politik komunitas,”

Meski demikian muncul perbedaan mengenai apakah kegiatan media sosial secara politik memiliki arti.

"Tapi media sosial sering  kali  hanya menjadi gaung saja, dimana orang-orang secara terus menerut terekspose dengan informasi yang sifatnya hanya memperkokoh opini yang sudah ada sebelumnya saja. Saya tidak melihat hal demikian sebagai bagian dari demokrasi yang sehat,’ kata Aaron Martin, dari Universitas Melbourne.

"Saya khawatir melihat sedikitnya keterlibatan di partai politik, karena menurut saha organisasi non pemerintah dan organisasi publik lainnya memang melakukan banyak hal luar biasa, tapi mereka tidak pernah bisa menggantikan mekanisme agregat yaitu partai politik.”

Namun sebagian kalangan lainnya tetap yakin kalau keterlibatan di internet bisa menuntut pada leterlibatan dalam proses demokrasi.

“Sebagian besar anak muda sekarang mengakses berita dari media sosial,  ada sekitar 40% generasi muda yang aktif memberikan komentar atau mengunggah pendapat mereka mengenai politik di dunia  maya. Sementara sebagian lainnya cenderung hanya menyukai, meneruskan tweet,” kata Ariadne Vromen, dari Universitas Sydney.

Penelitian oleh U niversitas Canberra ini akan dipub likasikan akhir tahun ini di Museum Demokrasi Australia sebagai bagian dari pameran  yang menampilkan bagaimana persepsi warga Australia mengenai politik.