ABC

Gara-Gara Kandungan Kimia, Ekspor Mangga ke Jepang Terhambat

Dibutuhkan bertahun-tahun sebelum industri mangga Australia dapat mengambil manfaat dari kesepakatan perdagangan bebas dengan Jepang.

Para produsen mangga akan menunggu bertahun-tahun sebelum mereka dapat merasakan manfaat skema baru perdagangan bebas dengan Jepang. (Foto: Sue Dodd)
Kesepakatan tersebut dicetuskan bulan April lalu, namun baru disahkan pada bulan Juli ini di Canberra oleh Perdana Menteri Jepang dan Australia, yakni Shinzo Abe dan Tony Abbott.

Jepang adalah mitra dagang Australia terbesar kedua, namun dalam beberapa tahun belakangan ini, hanya sedikit produk mangga Australia yang mampu masuk ke pasar Jepang.

Menurut Direktur Utama produsen mangga ‘Manbulloo’, Marie Pirccone, kondisi tersebut akan bertahan paling tidak hingga tahun 2018.

Perusahaan yang dipimpin Marie memiliki perkebunan di Wilayah Utara Australia dan Queensland bagian utara, serta menanam hingga 4.5 juta mangga per tahunnya.

Ia mengatakan, kendala utama untuk masuk ke pasar Jepang adalah pelarangan bahan kimia pembasmi jamur yang bernama ‘fludioxonil’. Kandungan ini digunakan untuk menangani penyakit pasca panen, yaitu pembusukan buah yang telah matang.

“Kandungan itu terdaftar untuk penggunaan pada mangga dan diterima di banyak negara di dunia, namun Jepang memiliki tingkat residu tersendiri yang diberlakukan pada mangga,” jelas Marie.

Ia mengutarakan, hal itu berarti bahwa tak ada satu mangga-pun yang bersentuhan dengan ‘fludioxonil’ dapat dikirim ke Jepang.

“Para konsumen Jepang menyukai mangga Australia dan mereka mau membayar untuk mendapatkan mangga ini, namun kesepakatan perdagangan bebas belum berarti banyak dalam jangka pendek ini. Kondisinya akan bermanfaat bagi industri mangga Australia ketika kita boleh menggunakan ‘fludioxonil’ pasca panen,” tuturnya.

Para produsen mengajukan permohonan kepada Asosiasi Industri Mangga Australia (AMIA) dan pihak berwenang lainnya, baik di Australia maupun Jepang, untuk mempercepat adanya solusi.

Perusahaan pengembang kandungan kimia tersebut, Syngenta, telah mengindikasikan bahwa industri mangga Australia setidaknya harus menunggu hingga 2018, sebelum level residu maksimum disepakati dan diatur sesuai dengan permintaan Jepang.