ABC

Ganja Sintetis Diujicobakan Sebagai Obat Epilepsi Anak di Australia

Anak-anak di negara bagian Victoria, Australia, yang hidup dengan epilepsi parah akan ambil bagian dalam percobaan klinis internasional yang menguji manfaat obat ganja sintetis.

Sepuluh anak, awalnya, akan terlibat dalam percobaan yang dilakukan ‘Austin Health’, yang akan fokus pada mencari dosis tepat dari obat yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan farmasi Amerika.

Profesor dari ‘Austin Health’, Ingrid Scheffer, mengatakan, ada laporan anekdotal tentang ganja obat yang disebut meringankan penderitaan anak-anak dengan epilepsi, tapi para dokter tak tahu seberapa efektif obat itu.

"Apa yang kami butuhkan adalah jawaban yang pasti. Saya berharap ini bekerja dan saya berharap ini akan membantu banyak anak yang saya rawat karena epilepsi parah," ujarnya.

Di dalam percobaan ini, beberapa pasien akan menerima ‘cannabidiol’ sintetis, yang berbentuk cair, dan pil.

Setelah tiga bulan, semua partisipan akan diberi obat tersebut dan datanya dianalisis untuk melihat apakah obat itu membuat perbedaan.

Profesor Ingrid mengatakan, penggunaan bentuk sintetis dari obat artinya para peneliti bisa yakin tentang apa yang dikonsumsi pasien mereka.

"Ini akan menjadi sangat murni, kita akan tahu apa yang akan mereka dapatkan dan kita akan tahu jika obat itu bekerja atau tidak dan itulah jawaban yang kita inginkan – Apakah obat ini benar-benar membantu?," sebutnya.

Ganja sintetis berbeda dengan narkoba

Ganja sintetis juga berbeda dari narkoba berbahaya yang dikaitkan dengan kematian para pecinta pesta.

"THC merupakan komponen psikoaktif dan itulah bagian yang digunakan di pesta-pesta dan membuat ‘fly’. Kami tak memberikan THC, dan itulah alasan lain mengapa senyawa sintetis begitu menarik," kata Profesor Ingrid.

Agar memenuhi syarat untuk ambil bagian dalam percobaan, anak-anak itu harus telah mencoba tiga obat antiepilepsi yang gagal untuk mengobati kondisi mereka.

Nicholas Johnson, 14 tahun, berharap untuk menjadi salah satu dari mereka yang terpilih untuk ambil bagian dalam studi ini.

Ia menderita dua Sindrom Korteks dan mengalami kejang yang berpotensi berbahaya setiap harinya, dengan masing-masing kejang berlangsung hingga 30 menit.

Ibunya, D'Alene Johnson, mengatakan, ia telah mencoba spektrum obat yang tersedia untuk epilepsi anak, namun kejang yang dialami Nicholas menjadi lebih sering.

"Sulit untuk memonitor kapan hal itu akan terjadi, tapi pastinya kami merencanakan hari kami tak lepas dari serangan kejangnya. Uji coba ini jelaslah sesuatu yang kami harap akan menjadi kisah sukses kami,” harapnya.

Ia mengaku, "Kami sangat berharap bahwa itu berarti kami bisa memiliki kehidupan yang bebas kejang."

Profesor Ingrid mengatakan, ia melihat banyak keluarga yang terpaksa mencari sumber ganja sendiri- ekstrak cair dari ganja – karena putus asa membantu anak mereka.

"Beberapa dari mereka mendapatkannya dari luar negeri, lainnya mendapatkan itu dari pekarangan orang, yang lain menumbuhkan sendiri, tapi sama sekali tak ada ‘checks and balances’," sebutnya.

Ia menyambung, "Kami tak tahu apa yang mereka dapatkan, kami tak tahu apakah itu punya banyak kandungan THC yang bisa merusak otak anak, sehingga uji coba ini sangat penting untuk obat yang baik."

Jika percobaan ini berhasil, para dokter berharap pasien akan bisa mengonsumsi obat ini selama bertahun-tahun.

Para peneliti berencana untuk mengadakan uji coba obat khusus untuk sindrom Dravet dan Lennox-Gastaut.