ABC

Galeri Nasional Australia Pamerkan Foto Klasik Indonesia

Belakangan ini, Indonesia sering menjadi topik yang disinggung dalam pemberitaan di media-media di Australia karena alasan politik. Tetapi Galeri Nasional Australia (NGA) berusaha untuk mengangkat Indonesia melalui pameran foto-foto klasik yang menceritakan keindahan Indonesia sejak masa lampau.

Menyimpan hasil karya seni dan budaya dari Indonesia pernah menjadi prioritas National Gallery of Australia atau Galeri Nasional Australia (NGA) di tahun 1967, namun kemudian fokus galeri ini bergeser jauh.

Barulah dalam beberapa tahun terakhir, NGA kembali mengalihkan fokusnya ke Indonesia. Di tahun 2007, NGA telah mengumpulkan setidaknya 8.000 photo dari Indonesia yang diambil di abad ke-19 dan 20. Foto-foto ini diambil oleh para fotografer dari negara-negara barat dan Asia.

Sejumlah ilmuwan setidaknya butuh tujuh tahun untuk menyusun katalog dan meneliti gambar. Ada sekitar 250 foto yang sekarang ini dipamerkan di NGA. Pameran bertajuk Garden of The East: photography in Indonesia 1850s – 1940s ini terbuka untuk umum.

Kurator fotografi senior, Gael Newton mengatakan Indonesia tidak memiliki koleksi arsip sebesar yang ada di Canberra.

"Tidak ada koleksi arsip yang sama dan bisa mudah diakses di Indonesia," ujar Newton. "Peneliti dari Indonesia telah datang ke NGA untuk meneliti. Di bidang akademik dan budaya, banyak institusi Australia yang telah mengkhususkan diri untuk mempelajari Indonesia."

"Australia akan memiliki masa depan yang sangat intens," tambahnya. "Dalam banyak hal kita adalah pusat untuk studi soal Indonesia, di sejumlah universitas dan koleksi-koleksi, seperti koleksi kain yang kita miliki. Yang kita harapkan adalah mereka yang tidak hanya menggunakan materi yang kita miliki, tapi menceritakan apa dibalik barang-barang tersebut."

Memotret kehidupan Indonesia

Foto-foto dalam pameran ini adalah tentang Indonesia, tetapi sejumlah foto-foto didapatkan dari sejumlah negara. Dalam foto bisa terlihat keindahan pemandangan alam Indonesia, baju-baju yang eksotis, dan penggambaran kehidupan di jaman penjajahan. 

Termasuk dalam koleksi ini adalah hasil jepretan Henri Cartier Bresson di pertengahan abad ke-20.

Seabad sebelumnya, fotografer petualang sering keliling untuk bisa hidup dari mengabadikan foto. Hal yang relatif baru pada jaman tersebut. Mereka mengambil obyek-obyek foto seperti pemandangan dan warga-warga lokal dengan pakaian adat yang eksotis.

Bahkan ada pula album-album foto keluarga dari seorang fotografer asal Belanda yang membidik pengalaman mereka tinggal di kota dan perkebunan. 

Foto-foto ini juga mengabadikan bagaimana kekayaan yang dimiliki Indonesia saat itu. Mulai dari foto-foto panen lada, kapuk, dan tebu.

"Di akhir abad ke 19 kita bisa melihat tren untuk foto-foto yang lebih estetis dan promosional," kata Newton.

Posisi Australia dan Indonesia

Direktur Nasional Galeri Australia (NGA), Ron Radford mengatakan warga Australia perlu lebih banyak mengenal soal sejarah Indonesia. Indonesia merdeka di tahun 1945, sekitar 50 tahun sebelumnya Australia baru menjadi negara federasi.

"Kami sangat senang menjadi tuan rumah pameran ini dan percaya bahwa posisi geografis, politik dan budaya Australia di kawasan Asia Pasifik menjadikan sangat tepat bagi Galeri Nasional Australia untuk memiliki seni yang kaya dan beragam," kata Radford.

"Selalu ada hubungan yang menarik, mungkin hubungan yang lebih dekat di antara warga, dan berharap pameran ini bisa membantu," ungkap Newton. "Dengan adanya pameran ini telah mengajari saya bagaimana menjadi warga Asia Pasifik."

Fokus Galeri Nasional Australia akan terus belanjut, dengan seni dari Bali yang akan dipamerkan pada bulan Juni mendatang.