ABC

Foto Kuda Laut Lilit Cotton Bud di Laut Sumbawa Raih Penghargaan

Fotografer di balik gambar menawan dari seekor kuda laut yang mencengkeram ‘cotton bud’ (kapas untuk telinga) di Indonesia mengatakan bahwa ia berharap foto tersebut “memengaruhi kehidupan masyarakat dan menciptakan perubahan”.

Foto tersebut merupakan salah satu finalis yang terpilih dalam kompetisi Fotografer Alam Liar Tahun Ini yang diselenggarakan Museum Natural History di Sydney. Kompetisi ini, kini, memasuki tahun ke-53 penyelenggaraannya.

Setelah pengumuman tersebut, pemimpin ekspedisi dan fotografer bawah laut, Justin Hofman, berbagi foto itu di Instagram, sambil menulis bahwa ia berharap kejadian dalam foto itu “tak pernah terjadi”.

“Sekarang, karena kenyataannya demikian saya ingin semua orang melihatnya,” tulis Hofman.

“Apa yang dimulai sebagai kesempatan untuk memotret kuda laut kecil yang imut berubah menjadi rasa frustrasi dan kesedihan saat air pasang masuk membawa banyak sampah dan kotoran.”

"Foto ini berfungsi sebagai alegori untuk keadaan lautan kita saat ini dan di masa depan. Masa depan macam apa yang kita ciptakan? Bagaimana tindakan Anda membentuk planet kita?."

Unggahan tersebut tampaknya juga pernah dialami oleh sejumlah orang, mengilhami mereka untuk berbagi cerita mereka sendiri tentang bagaimana hal itu berdampak pada diri mereka.

“Hampir semua orang berbagi reaksi pribadi terhadap foto tersebut, menanyakan bagaimana kita bisa mencegah hal ini terjadi,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia tak bisa lepas dari komputer atau ponsel-nya selama seminggu karena mencoba untuk menanggapi semua orang yang menghubunginya.”

“Sejak hari Selasa (12/9/2017) lalu, saya benar-benar telah menghabiskan 18 jam sehari di depan komputer, terbangun ketika zona waktu tertentu memulai hari mereka untuk memastikan saya membaca pesan mereka.”

Justin Hofman telah mengabadikan kehidupan bawah laut di berbagai belahan dunia.
Justin Hofman telah mengabadikan kehidupan bawah laut di berbagai belahan dunia.

Supplied: Justin Hofman

Hofman berharap bisa berbagi foto dengan sebanyak mungkin orang, menginspirasi mereka untuk melakukan perubahan.

“Alasan foto tersebut telah diterima oleh begitu banyak orang di seluruh dunia adalah karena tidak memerlukan keterangan,” sebutnya.

“Anda bisa melihatnya dan Anda bisa memikirkan apa yang terjadi pada diri Anda sendiri. Sedangkan beberapa foto lainnya, seperti jika Anda melihat setumpuk tanduk badak tergeletak di tanah, Anda memerlukan keterangan tentang mengapa tanduk badak itu semuanya tergeletak di tanah.”

“Jadi, jika menyangkut fotografi konservasi atau foto jurnalistik, mereka tidak memerlukan keterangan – Anda bisa menggabungkan semuanya di otak Anda.””

Hofman mengatakan, anda tak memerlukan keterangan dalam fotografi konservasi.
Hofman mengatakan, anda tak memerlukan keterangan dalam fotografi konservasi.

Supplied: Justin Hofman

Hofman mengatakan, tanggapan terhadap foto tersebut telah memberinya harapan bahwa dunia bisa melakukan perubahan, terutama dengan penanganan sampah.

“Ini adalah foto penting…anda sungguh bermain dengan angka, anda tak pernah tahu kapan orang yang sebenarnya mampu berinvestasi dalam pabrik daur ulang plastik bisa melihat foto itu dan itu menginspirasi mereka,” ujarnya.

“Anda tak pernah tahu, jadi Anda harus menyampaikan ini ke sebanyak mungkin orang.”

"Sungguh menakjubkan melihat jumlah orang yang telah menghubungi saya dari seluruh dunia, ini memberi saya sedikit harapan,” tutur Hofman.

“Saya tak bisa sepesimistis itu ketika orang dari seluruh dunia bereaksi, khususnya mengubah cara hidup mereka.”

Kuda laut menambatkan diri ke potongan sampah plastik.
Kuda laut menambatkan diri ke potongan sampah plastik.

Instagram: Justin Hofman

Bagaimana foto itu diambil?

Hofman berhasil mengabadikan foto tersebut pada bulan Desember saat menyelam di Indonesia, di lepas pantai Pulau Sumbawa.

Pria berusia 33 tahun itu bersama seorang rekan, yang melihat kuda laut berenang di dekat mereka.

“Kami sebenarnya menemukan kuda laut itu pertama kali dan ia sendirian. Sebelum arus air berubah arah, saat gelombang pasang berubah adalah ketika semua puing dan sampah terbawa,” ceritanya.

“Saya rasa, kuda laut itu tepat berada di garis depan arus dan kami menemukannya terlebih dahulu lalu beberapa menit kemudian beberapa puing lainnya -benda alami seperti ganggang dan lamun -dan kuda laut pergi ke sana dan mengambilnya sedikit.”

“Tapi saat angin bertiup sedikit dan arusnya berubah arah maka saat itulah saat benda yang lebih besar -seperti plastik dan kotoran – mulai masuk ke daerah itu.”

Hofman telah menyelam bersama ikan pari di wilayah lain Indonesia.
Hofman telah menyelam bersama ikan pari di wilayah lain Indonesia.

Instagram: Justin Hofman

Ia hampir memutuskan untuk tidak mengabadikan foto itu, tapi saat itulah “rasa cemas bercampur antusias” (FOMO) melandanya.

“Sebagian dari itu adalah kebosanan, saya duduk di perahu selama satu jam tanpa melakukan apa-apa dan sebagian lainnya adalah bahwa saya belum pernah melihat banyak kuda laut dalam hidup saya,” akunya.

“Jadi, saya merasakan FOMO ini, rasa takut kehilangan ini, dan saya rasa saya bergumam, ‘Ah, saya akan menyesali ini -saya pernah berada dalam situasi di mana saya tidak membawa kamera dan saya menyesalinya di kemudian hari.”

Hofman mengatakan, itu bukan pertama kalinya ia melihat dampak sampah di lautan, mengingatkannya pada momen ketika ia menyelam dengan ikan pari di wilayah Indonesia lainnya.

“Ikan pari ini mencari makan di jalur arus tersebut, karena di situlah letak makanan mereka, dan di jalur arus itu ada potongan plastik, botol plastik,” sebutnya.

“Jadi, ini bukan pertama kalinya saya melihat sesuatu seperti ini, hanya ini satu-satunya momen ketika saya bisa mengabadikan gambaran pasti tentang hal itu.”

Diterjemahkan oleh Nurina Savitri. Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.