ABC

Film Pendek Garapan Warga Bumiputera Sampaikan Pesan Kesehatan

Dengan menggunakan jaringannya dengan sejumlah musisi bumiputera, sebuah perusahaan rekaman di Darwin, Wilayah Utara Australia membantu membuat film pendek untuk menyebarluaskan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat di pedalaman.

Film pendek sebanyak 30 edisi itu ditulis oleh warga bumiputera sendiri yang sehari-hari hidup di komunitasnya.

Rencananya, film-film tersebut akan diluncurkan dua bulan mendatang.

Salah satu judulnya adalah 'Sugar Man', yang dibintangi Nigel Yunupingu. Film jenaka ini menekankan buruknya konsumsi gula berlebihan di kalangan komunitasnya, Galiwin'ku di Pulau Elcho, di Pesisir Daratan Arnhem.

Film-film pendek itu dikarang dan dibuat oleh sejumlah warga bumiputera yang tinggal di daratan Arnhem di Selatan hingga ke Pulau Croker, dengan bantuan pembuat film dari perusahaan rekaman Skinnyfish, Paul Williams.

Pendiri perusahaan rekaman Skinnyfish Music, Mark Grose,  mengatakan bahwa film-film itu akan diluncurkan oleh perusahaan rekamannya ke seluruh kawasan di Kawasan Teritori Utara.

Grose mengatakan setiap komunitas memiliki pendekatan  berbeda.

"Jadi film –film itu benar-benar digarap oleh warga bumiputera yang berbicara mengenai isu-isu di dunia modern,” katanya.

"Dengan pendekatan seperti ini,  warga di komunitas bumiputera tidak akan merasa diceramahi,  mereka tidak mendengarkan pakar atau dokter yang menjelaskan apa –apa yang harus mereka lakukan,” tambah Grosenya.

Secara keseluruhan film-film pendek menyampaikan pesan mengenai "hidup aktif,  tetap mengkonsumsi kuliner khas bumiputera (bush tucker)  dan panjang umur'.

Minuman ringan lebih murah dari air putih

Komedi, musik dan pengetahuan tradisional digunakan untuk menyampaikan masalah kesehatan serius, termasuk dampak konsumsi minuman ringan.

Bulan Agustus tahun lalu, toko pengecer di pedalaman mulai menjual minuman ringan untuk pertama kalinya.

John Paterson dari Aliansi Layanan Kesehatan Bumiputera di Kawasan Teritori Utara menyatakan bahwa di banyak toko di pedalaman, harga air minum lebih  mahal dibandingkan minuman ringan atau soft drink.

"Di banyak komunitas begitu anda masuk ke toko-toko di sana pasti anda akan menjumpai lemari pendingin yang penuh dengan Coke [Coca-cola],"katanya.

Sementara menurut Paterson, sayuran dan pilihan makanan sehat lainnya harganya justru jauh  lebih mahal.

"Sayangnya saya melihat ada ketergantungan besar pada produk makanan cepat saji, yang jelas berkontribusi terhadap obesitas, diabetes dan berbagai macam penyakit kronis lainnya, "katanya.

"Inilah sebabnya mengapa kita ingin mendorong pemilik toko, toko retail jaringan yang  memiliki cabang di komunitas bumiputera untuk serius mempertimbangkan apa yang mereka sediakan di toko-toko mereka dan benar-benar mempertimbangkan implikasi jangka panjangnya."

Memang, kesadaran warga pedalaman merupakan bagian dari masalah ini. Namun, subsidi dari pemerintah untuk makanan sehat di toko-toko di pedalaman juga bisa menjadi solusi, jelas Paterson.

Kembali ke pola makanan tradisional

Paterson mengatakan diperlukan upaya mengajak kembali warga untuk mengkonsumsi makanan tradisional.

"Ketika saya mengunjungi rumah nenek saya di pedalaman, dimana masyarakatnya tetap mengkonsumsi kuliner khas tradisional  bumiputera (bush tucker),  mereka jauh lebih sehat,” tuturnya.

"Saya tahu ada beberapa komunitas yang saat ini benar-benar berusaha kembali mengkonsumsi makanan tradisional (bush tucker) dan berusaha memasukan makanan khas itu di dalam menu mereka,” paparnya.

Angka kasus diabetes dan rematik hati lebih tinggi di kalangan penduduk bumiputera Australia.

Mereka yang terlibat dalam proyek ini berharap film-film pendek tentang kesehatan tersebut bisa diputarkan ini di pusat kesehatan di seluruh pedalaman dan sekolah-sekolah di seluruh Kawasan Teritori Utara.