ABC

Fesyen Aborigin Bukan Sekadar Gaya Berpakaian

Suku Aborigin, penduduk asli benua Australia, memiliki budaya yang mempesona. Sayangnya budaya mereka seolah tergerus oleh waktu dalam gempuran budaya pop dan modern ala negara barat.

Tapi masih ada harapan untuk dapat menyelematkan budaya Aborigin, yang tercatat oleh pemerintah Australia, sebagai kebudayan paling tua di dunia dengan perkiraan telah berusia lebih dari 50.000 tahun.

Sebuah program bernama ‘Global Indigenous Management‘ menjadi wadah agar semakin banyak warga Aborigin yang berkecimpung di dunia fesyen dan terus memperkenalkan budayanya lewat pakaian.

Australia Plus menemui Tina Waru, penggagas program ini, bersama dengan Damien Loizou, seorang desainer berdarah Aborigin; dan Hollie Johnson, salah satu model berketurunan Aborigin.

Salah satu tujuan Global Indigenous Management adalah agar lebih banyak warga Aborigin yang terlibat di industri fesyen Australia.
Salah satu tujuan Global Indigenous Management adalah agar lebih banyak warga Aborigin yang terlibat di industri fesyen Australia.

ABC: Erwin Renaldi

Apa yang membedakan fesyen Aborigin dengan fesyen lainnya?

Damien Loizou adalah desainer berdarah Aborigin asal Kawasan Australia Utara. Ia telah meluncurkan label pakaiannya Walya Swimwear, yang mengkombinasikan kenyamanan dan gaya dalam balutan motif tradisional. Walya dalam bahasa suku Warlpiri berarti bumi.

Ada alasan mengapa Damien memilih untuk membuat pakaian renang.

Tina Waru, pendiri Global Indigenous Management mengatakan jika fesyen Aborigin bukan hanya sekedar pakaian.

Hollie Johnson menggenakan pakaian renang dari label Walya Altjerre karya desainer Aborigin, Damien Loizou
Hollie Johnson menggenakan pakaian renang dari label Walya Altjerre karya desainer Aborigin, Damien Loizou.

ABC: Erwin Renaldi

Upaya yang dilakukan untuk menjadikan industri fesyen Aborigin mendunia

Tina Waru menyadari hanya sedikit pelaku kreatif berdarah Aborigin, seperti desainer yang karyanya bisa kita lihat. Karena itu kemudian ia ingin memperdayakan komunitas Aborigin, bahkan dengan tujuan bisa mendunia.

Program ini telah menjadi wadah untuk mengumpulkan bakat-bakat di bidang seni, kreatif, khususnya yang tertarik dengan fesyen.

Upaya Tina pun membuahkan hasil. Tina telah membawa sejumlah desainer dan model Aborigin Australia ke Kanada dan Selandia Baru, bulan September 2016. Lewat pagelaran Global Indigenous Runway, mereka menampilkan sejumlah koleksi-koleksi yang mengedepankan karya-karya dan wajah-wajah penduduk asli dari benua-benua Amerika, Australia, dan Selandia Baru.

Tina Waru, pendiri Global Indigenous Management based yang berbasis di Melbourne, Australia.
Tina Waru, pendiri Global Indigenous Management based yang berbasis di Melbourne, Australia.

ABC: Erwin Renaldi

Semakin banyak model berdarah Aborigin di panggung catwalk

Kini wajah-wajah Aborigin tak lagi asing muncul di sejumlah pagelaran busana berkelas internasional, seperti di Melbourne Fashion Week misalnya.

Hollie Johnson adalah salah satu model yang terus menjajaki karirnya sebagai model bersama Global Indigenous Management. Sudah sejak kecil ia bermimpi bisa menjadi model.

Mimpi utama Hollie Johnson dalam karirnya sebagai model adalah menyebarkan budaya Aborigin ke dunia.
Mimpi utama Hollie Johnson dalam karirnya sebagai model adalah menyebarkan budaya Aborigin ke dunia.

ABC: Erwin Renaldi

“Mimpi besar saya di karir model tentunya dan harus untuk menyebarkan budaya Aborigin lewat industri fesyen,” -Hollie Johnson.

Hollie juga berharap wajah-wajah Aborigin akan semakin terus bertambah menghiasi dunia fesyen Australia.

Mari bertemu Tina Waru, pendiri Global Indigenous Management; Hollie Johnson, model Aborigin; dan Damien Loizou, desainer Aborigin dengan menonton video berikut.

Ikuti terus cerita-cerita menarik Australia lewat situs australiaplus.com/indonesian dan facebook.com/AustraliaPlusIndonesia.