ABC

Festival Seni HAM Australia Tampilkan Kisah Penambang di Kawah Ijen

Film tentang penambang belerang di kawah Ijen, Jawa Timur, menjadi salah satu film yang ditampilkan di Festival Seni dan Film Hak Asasi Manusia (Human Rights Arts and Film Festival atau HRAFF) di Melbourne, Australia.

Salah satu adegan film Where Heaven Meets Hell
Festival tersebut berlangsung dari tanggal 8 hingga 22 Mei 2014 di kota Melbourne. Selain itu, HRAFF juga diadakan di enam kota lain di Australia.
Ini adalah ketujuh kalinya HRAFF digelar.
Ella McNeill, direktur HRAFF, menyatakan bahwa tujuan acara tersebut adalah menyampaikan isu-isu terkait Hak Asasi Manusia (HAM) dengan cara yang menarik, yaitu film dan seni.
Tahun ini, film Where Heaven Meets Hell, yang bercerita tentang perjuangan mencari nafkah para penambang belerang di kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu yang diputar di festival.
Alur film yang disutradarai oleh Sasha Friedlander dari Amerika Serikat ini berpusat pada empat penambang belerang yang hampir setiap hari berkutat dengan sesak nafas, membawa beban berat dan berada di lingkungan berbahaya, demi keluar dari kemiskinan.
Salah satunya, Anto, seorang suami dan Ayah yang di sela menambang belajar bahasa Inggris dan Perancis karena bercita-cita menjadi pemandu wisata agar tidak harus menambang lagi.
Ada juga Sukarman, yang sudah bekerja di kawah selama 35 tahun. Meskipun usianya sudah lanjut, Ia tetap bekerja karena ingin memberi yang terbaik untuk keluarganya.

Salah satu karya yang dipamerkan dalam HRAFF ke tujuh di Melbourne. (Foto: Lili Tu)
McNeill bercerita bahwa saat diputar di Melbourne, seluruh tiket untuk film Where Heaven Meets Hell terjual habis. “Film itu sangat indah dan sangat intim…” jelasnya.
“Film itu benar-benar becerita tentang kondisi di sana dan tempat-tempat lain di Indonesia, di mana hanya itulah pilihan yang ada, dan itu pun sebenarnya tak membebaskan [dari kemiskinan],” lanjut McNeill,
“ Bagi saya, sangat menyentuh, dan menyadarkan saya betapa orang-orang itu kerja begitu keras dalam kondisi yang kita di Australia tak akan mau terima.”
Ini bukan pertama kalinya Indonesia diangkat dalam HRAFF .
Tahun 2007, saat HRAFF digelar pertama kalinya, kolektif seni asal Yogyakarta Taring Padi dilibatkan untuk kegiatan seni ‘Human Rights in Arts’.
Ada juga film berjudul Forbidden Forest of the Dayak People tentang komunitas Dayak di Kalimantan Timur yang berusaha melindungi hutan mereka. Film karya Alva Lim, Luis Patron dan Citt Williams ini diputar di HRAFF tahun 2008.
Pada tahun yang sama, seniman Indonesia Darwin Tan dilibatkan dalam pameran ‘Story of a Secret State,’ yang temanya adalah HAM di Korea Utara.

Karya lain yang dipamerkan dalam HRAFF ketujuh (Foto: Lili Tu)
HRAFF ke 7 mengusung beberapa tema, seperti ‘Creative Spirit ‘(Jiwa Kreatif), tentang kekuatan seni untuk menyembuhkan, memaafkan dan mendobrak batas, serta ‘Far From Fear’(Jauh dari Ketakutan), tentang tokoh-tokoh dan komunitas yang melawan ketidak adilan.
Where Heaven Meets Hell, contohnya, berada di bawah kategori ‘Ties That Bind’ (Ikatan), yaitu tentang hubungan antar manusia, terutama keluarga.
Film-film lain yang ditampilkan antara lain No Burqas behind Bars, tentang tiga perempuan yang dipenjara di penjara Takhar, Afghanistan, setelah melarikan diri dari kekerasan dalam rumah tangga atau perjodohan, dan juga film animasi Mia and the Migoo, yang bercerita tentang anak perempuan yang mencari ayahnya yang tertimpa longsor.
Selain film, ditampilkan juga sejumlah pameran dan karya seni, seperti ‘Lesser Gods’, karya seniman Ryan Presley dari Australia. Karya ini mendalami masa lalu dan kewenangan di Australia, sebagai refleksi untuk masa depan.
Sedangkan ‘Voicing the Unspoken’ menyorot pengalaman para imigran Vietnam yang kini tinggal di Australia, mulai dari perjalanan mereka hingga menyesuaikan diri di negara baru. Tema ini juga mencoba menyuguhkan cara baru dalam memandang pengungsi.

Menangkan Belajar Bahasa Inggris gratis di Australia – Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

Menangkan Belajar Bahasa Inggris gratis di Australia – Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus – See more at: http://australiaplus.com/indonesian/2014-05-22/metode-kontrasepsi-pada-kanguru-berhasil-diujicobakan/1314972#sthash.cNckArEP.dpuf